Selama lima belas menit itu, aku bolak-balik mengecek penampilanku, apakah masih terlihat menawan dan fresh seperti saat keluar salon tadi. Aku memakai gaun terusan pendek sekitar 20 cm di atas lutut berwarna biru muda dengan tali yang kecil di bahuku. Lumayan tipis juga soalnya BH-ku yang berwarna htam bisa kelihatan samar-samar. Kakiku yang mungil dibungkus dengan sepatu hak tinggi warna silver. Sehelai syal sutra melingkar dengan manisnya di leherku menyelinap di antara helai-helai rambutku yang panjangnya melebihi bahuku. Wajahku yang lonjong dihiasi make up tipis tapi lumayan elegan dan tentunya menambah manis penampilanku. Sepasang anting yang lebih mirip gelang karena cukup besar diameternya menghiasi kedua telingaku. agen poker
Aku sudah hampir habis menghisap light mentolku yang ketujuh ketika seseorang mengetuk kaca mobilku yang terbuka sedikit. Reflek tanganku langsung memencet tombol power window dan seketika itu tampak senyum menawan yang langsung membuatku tersipu. Senyum menawan itu milik seorang pemuda berkulit putih dengan rambut sedikit ikal dan tampang yang lumayan cakep ditambahsepasang sunggingan lesung pipitnya.
“Hallo, saya Arman, kamu Natasha yah”, tanyanya sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya menyalamiku. Aku yang masih tersipu hanya mengganggukan kepalaku saja.
“Aku naik yah”, tanpa kujawab Arman sudah bergegas memutar dan membuka pintu kiri mobilku.
Aku hanya bisa membisu dan benar-benar nggak tahu mau berbuat apa. Setelah dia masuk baru aku tahu kalau Arman bertubuh lumayan kekar dan keliatannya sedikit lebih tinggi dari aku.
“Ayo, kita jalan Nat”, katanya,”Aku rada laper nih”, katanya.
Sejenak aku masih terdiam dan tak berapa lama mobilku sudah melaju perlahan di jalanan Bandung yang habis diguyur hujan sore tadi. Sambil terus muncul pertanyaan yang terulang-ulang sejak tadi,”Sedang mimpikah aku”.
Namaku Natasha. Aku lahir sebagai pria normal bernama Nathan dari keluarga yang lumayan berada di Bandung. Aku berumur 24 tahun dan baru lulus dari kuliahku di jurusan psikologi dari sebuah universitas swasta di Bandung. Wajahku sebenarnya lumayan cakep, putih mulus, tanpa jerawat dan jakun yang hampir tak kelihatan. Tubuhku boleh dibilang langsing dengan tangan dan kaki yang nyaris tak berotot. Sekilas tubuhku mirip wanita tapi tanpa buah dada, sepasang buah dada yang selalu kudambakan. Rambut asliku hitam agak kaku panjang melebihi bahuku dengan potongan shaggy.
Sebenarnya aku tidak tahu mulai kapan aku mulai lebih suka dengan penampilanku sebagai Natasha. Sewaktu SMP aku mulai rajin mengambil baju kakak-kakakku yang semuanya cewek dan mencobanya. Mulanya cuman buat cekikikan sendiri karena kurasa lucu banget kalau aku lagi mencoba pakaian cewek. Kemudian berlanjut dengan memakai wig milik kakakku yang kebetulan pengurus teater di kampusnya dan selalu membawa pulang semua kostum klubnya ke rumah. Dan terakhir aku mulai memakai make up milik mamaku. Entah kenapa lama-kelamaan aku merasakan sebuah sensasi yang kurasa sangat luar biasa jika sedang berpenampilan sebagai Natasha. Seolah dalam diriku ada dua kepribadian yang jelas bertolak belakang, Nathan dan Natasha.
Selama aku kuliah, aku memilih tinggal di kos dekat kampus daripada di rumahku sendiri yang notabene besar dan cukup mewah itu. Dengan alasan lebih bebas dan bisa konsentrasi penuh ke kuliah. Padahal aku tahu kalau aku pengen supaya Natasha lebih sering keluar dari persembuyiannya. Hampir setiap malam di kosku aku berubah menjadi Natasha dan pagi harinya aku menjalani kebidupan kuliahku sebagai Nathan seperti layaknya seorang laki-laki normal. Sesudah ngekos aku mulai banyak memborong baju-baju cewek di factory-factory outlet yang tersebar di Bandung.
Dengan alasan hadiah untuk pacar atau adik, mulai dari celana pendek jean yang ketat, tank top, gaun panjang, kulot, sepatu-sepatu tinggi serta wig mulai dari yang pendek sampai yang panjang aku membelinya dengan alasan untuk kegiatan teater kampus. Untuk celana dalam dan BH, diam-diam kuambil milik kakakku di rumah yang kira-kira sudah jarang dipakai lagi. Dan sebagian lagi kupesan dari internet. Buat urusan alat-alat make up aku sengaja ikut jaringan MLM dari cewek temen kuliahku dengan alasan buat menambah uang jajan. Jadi singkatnya semua kebutuhan Natasha lengkap banget.
Setelah kehidupanku di kamar kos sebagai Natasha kujalani selama kuliah, aku mulai terpikir merasa jenuh karena seakan tidak ada tantangan. Natasha dalam diriku mulai pengen keluar dari kamar kos dan mencari pengalaman yang baru. Siang itu di warnet sesudah nge-browse cewek-cewek transsexual dari internet, aku iseng nyari kenalan lewat chatting. Dari situlah aku berkenalan dengan Arman. Berhari-hari aku mengaku sebagai Natasha seorang cewek centil kesepian dari Bandung yang lagi cari cowok.
Tanpa diduga suatu hari setelah ngobrol macem-macem Arman mengutarakan kalau dirinya lebih menikmati ‘making love’ sama waria. Terus terang saat itu aku agak kaget bercampur senang sambil meyakinkan Arman kalau kelakuannya itu menurutku wajar-wajar saja. Setiap chatting Arman selalu tak pernah absen menceritakan pengalaman-pengalamannya dengan cewek-cewek warianya yang selalu berhasil membuatku masturbasi berulang-ulang sepulang dari warnet. Membayangkan tangan-tangan Arman yang memelukku dari belakang, bibirnya yang mencium helai rambutku, memainkan penisku dan membangunkannya dari tidurnya.
“Aaachh.., mmhh..,” desahku sambil terus mendesah lirih.
Sekali lagi aku menikmati khayalanku sendiri dengan Arman. Lelehan air maniku di pahaku yang putih saat itu akhirnya menyadarkanku kalau aku sudah horny banget sama seorang yang bernama Arman.
Lama kelamaan aku tak tahan lagi dan hari itu, Minggu pagi, aku akhirnya mengaku pada Arman kalau aku bukan cewek seperti umumnya kalau aku adalah seorang Natasha yang sebenarnya.
“Man, aku mau membuat pengakuan, nih”, tulisku di lajur chatting.
“Pengakuan apa Natasha sayang, kalau kau naksir sama aku yah he.. he.. he..” balasnya enteng tanpa tahu aku yang lagi deg-degan berat.
“Itu juga sih he.. he..,” tulisku lagi,”Bukan, soal siapa aku sebenarnya, Man”. Tanpa menunggu jawaban dari Arman aku menulis lagi,”Kalau aku sebenernya tak jauh beda sama waria-waria yang sering kamu ceritain.”
Sejenak hening dan tak ada balasan dari Arman. Aku sempet bingung dan berpikir kalau aku salah mengatakan ini ke Arman.
“Man, kamu masih di sana”, tanyaku.
Tak lama ada jawaban dari Arman,”Kamu serius, Nat, aku nggak tahu mau ngomong apa”.
“Iya, aku serius dan aku pengen ketemuan, Man. Kamu mau apa nggak kalau kita ketemuan?”, tanyaku sedikit memelas,”kamu nggak marah kan, Man.”
Percakapan yang cukup bikin stress itu pun berlanjut dengan mulusnya, seperti yang kurencanakan. Apalagi setelah Arman tahu kalau Natasha masih boleh dibilang masih virgin, belum pernah ‘making love’ beneran. Dia malah yang balik ngebet buat ketemuan sama aku.
“Minggu depan, aku ke Bandung, kamu siap-siap buat aku yah sayang,” tulis Arman di akhir tulisan chattingnya.
“Oke, sampai ketemu, aku tunggu yah sayang,” balasku.
Aku masih bengong dan terpaku sambil terus menatap monitor komputer. Apa yang sudah kulakukan? Aku membuat janji untuk bertemu sebagai Natasha dengan orang yang hanya kukukenal lewat chatting. Apa yang harus kulakukan?
Beberapa hari aku bingung dan terus memikirkan janji dengan Arman, akhirnya keputusanku sudah bulat untuk tetap memenuhi janjiku dengan Arman. Mungkin aku sudah kelewat horny sama Arman. Rayuan-rayuan gombalnya buat aku dan khayalanku sendiri tentang Arman mungkin sudah merasuk terlalu dalam. Aku memutuskan untuk ketemu Arman bahkan aku berniat untuk memuaskannya. Melebihi dari cerita cerita pengalamannya bersama waria di Jakarta.
Sore itu aku membuka koran infomedia seputar Bandung dan melihat begitu banyak salon-salon baru yang menawarkan servis lumayan lengkap. Muncul ideku untuk memakai jasa mereka walaupun aku sendiri sudah terlatih buat berdandan sebagai Natasha. Kupikir selain untuk memuaskan diri sendiri dan tampil cantik buat Arman, ideku ke salon bisa jadi sebagai sarana latihan. Latihan buat Natasha untuk pertama kalinya bertemu dengan orang lain selain Nathan sendiri.
Esok paginya, setelah aku mandi dengan sabun sampai wangi dan mencukur semua bulu-bulu di badanku terutama rambut kemaluanku sampai licin. Kemudian kupilih baju-baju yang akan kupakai dan membawa lengkap semua kebutuhan Natasha, aku pergi ke salon. Aku sengaja pergi pagi-pagi ke salon soalnya terus terang selain nervous banget juga aku kepikiran untuk merubah total penampilanku buat Arman.
Mobil kijangku melaju ke basement parkiran sebuah Mall dan di situ aku mulai merubah diriku menjadi Natasha. Sengaja kupilih parkir di sudut yang agak gelap dan sepi biar aku leluasa untuk berias dan berganti baju. Setelah kucopot semua pakaianku, aku mulai memakai celana dalam cewek dan BH warna hitamku. Kemudian aku memakai rok jeanku yang lumayan mini dan atasan putih dengan renda-renda di tiap lubang bajunya.
Kusapu wajahku yang dengan make up tipis dan kegeraikan rambutku yang hitam sebahu. Kemudian kupasangkan sepasang anting di telingaku. Berkat pengalamanku bertahun-tahun dalam sekejap aku sudah menjadi Natasha yang cantik. Setelah kupakaikan selopku dan kacamata hitamku, aku pun siap bergegas menuju salon yang sudah aku pilih dan kutelepon dari koran kemarin.
Mmmhh.., horny rasanya dan ditambah deg-degan juga keluar di tempat umum sebagai Natasha. Soalnya ini kali pertamaku aku mengalaminya. Mulai dari mengembalikan tiket ke petugas parkiran di mall, menyetir di jalanan Bandung, sampai akhirnya siap-siap buka pintu di parkiran salon. Aku ngerasa sexy dan cantik banget pagi itu. Aku yakin ada sedikit-sedikit cairan maniku yang keluar karena pengalamanku yang lumayan heboh ini.
Setelah kuparkirkan mobilku aku mengecek penampilanku dan bergegas turun masuk ke salon yang baru buka itu.
“Selamat pagi, Mbak,” sapaku pada penjaga yang ada di meja resepsionis salon itu.
Jantungku masih terus berdegup makin kencang, aduh, jangan-jangan ketahuan nih kalau aku bukan cewek asli. Untunglah berkat pengalamanku selama ini menjadi Natasha dan suaraku yang memang agak lembut dari sononya, mereka tak ada yang curiga.
“Selamat pagi,” balasnya,”Mau servis apa, Mbak. Eh, EMbak yang namanya Natasha yah, yang telepon kemaren sore itu?”
Aduh, senengnya ini pertama kalinya aku dipanggil Mbak.
“Eng, iya betul, banyak Mbak servis yang mau saya ambil,”jawabku sambil tersenyum.
Aku memang berniat tidak akan menyia-yiakan kesempatan pertamaku ini untuk menikmati semua kenikmatan yang memang disediakan untuk kaum wanita itu. Aku sudah merencanakan untuk menikmati semuanya mulai dari manicure, pedicure, facial, make up, sampai merubah penampilan rambutku. Aku terus terang pengen meluruskan rambutku yang agak kaku ini dengan hairbonding sejak dulu. Senang rasanya melihat cewek-cewek kebanyakan mengibaskan rambut bondingnya yang lemas. Dan mengecat rambutku dengan warna merah, brunnet, dan memotongnya dengan model baru supaya penampilanku kali ini benar-benar istimewa.
Ada satu perasaan yang luar biasa, semacam ejakulasi yang terus tertahan, selama aku menikmati semua layanan di salon ini. Hampir 6 jam aku menikmati semuanya. Termasuk lama karena aku mengambil cukup banyak layanan yang mereka tawarkan pagi itu.
Wah, mengasyikan pikirku, mengingat penampilanku kali ini yang akan berubah total. Masalah bagaiman caranya aku balik ke kos sebagai Nathan dengan rambutku yang sudah dibonding dan berwarna merah bisa kupikirkan nanti saja. Hhmm.., makin cantik saja tiap kulihat di kaca, kala Natasha sedikit demi sedikit berubah total.
Sore menjelang malam mereka selesai mendandaniku. Pelan-pelan kubuka mataku setelah sebelumnya sering kututup dan sengaja untuk tidak terlalu sering melihat ke kaca.
“Astaga..,” teriakku dalam hati, “Siapa cewek cantik yang ada di kaca ini”. Cewek dengan make up yang terlihat fresh dan rambut merahnya panjangnya yang indah mirip di iklan-iklan shampoo. Wajahku yang kelihatan lebih bersih dan sudah dibubuhi make up tipis. Aku benar-benar hampir nggak mengenali wajahku sendiri di kaca itu. Hmm.., yang pasti Arman bakal tergila-gila melihat penampilanku sekarang.
Setelah itu aku meminjam kamar mandi salon untuk mengganti bajuku dengan pakaian yang telah kupersiapkan untuk bertemu Arman. Sesudah semua baju, rok, dan pakaian dalamku kutanggalkan, aku mulai memakaikan BH dan celana dalam yang baru kubeli. Warnanya tetap hitam tapi yang ini dihiasi dengan renda-renda dan lebih terlihat transparan. Huh, agak repot juga saat aku mengenakan celana dalamnya soalnya penisku masih agak menegang akibat sensasi yang baru kurasakan.
Kemudian kukenakan gaun dengan tali tipisnya berwarna biru muda. Bahan gaun itu halus dan lembut seperti sutra sehingga tampak menempel pas dengan tubuhku yang langsing. Tak lupa kusemprotkan parfum Issei-ku sedikit di sana-sini termasuk di sekitar pahaku dekat selangkangan. Semoga bau harumnya yang bercampur keringatku bisa membuat Arman melayang. Sehelai syal sutra telah melingkar di leherku dan aku pun selesai bersiap. Sambil berjalan menuju meja resepsionis aku melirik ke kaca sekali lagi dan huff.., cantiknya Natasha.
Hari sudah menjelang gelap ketika aku melajukan mobilku ke tempat yang kujanjikan dengan Arman. Di halaman parkir senuah hotel di jalan Dago. Aku sudah tak sabar dan rasa merinding mungkin karena libidoku yang tinggi terus menyerangku.
“sudah lama yah nunggunya, Nat,” kata Arman mencoba membuka pembicaraan,”Sorry, ya..”
“Nggak lama kok, Man,” sahutku lembut dan kulayangkan lirikan padanya,”Cuman sudah rada nggak sabar ajah. Penasaran gimana tampang kamu.”
“Terus sekarang kan sudah ketemu, gimana dong kesan-kesannya,” kata Arman sambil menggerakkan tangannya yang kekar ke atas paha kiriku. Sejenak kurasa ada semacam sengatan pada pahaku dan aku terdiam sejenak.
“Boleh juga, lumayan,” kataku sambil kulirik tangan Arman yang terus bergerak mengarah ke selangkanganku.
“Kalau kamu keliatan cantik banget, Natasha,” ucapnya di dekat telingaku dan tangan Arman sudah sampai di atas penisku. Pujian dan usapan lembutnya pada penisku walaupun masih di atas gaunku membuat aku sejenak memejamkan mataku dan melayang.
“Eff..,” ups tak sadar aku mendesah lirih,”Man, kita makan di dekat sini aja yah.”
Ucapanku ternyata menyadarkannya dan setelah dia mengangkat tangannya di mendekatkan bibirnya ke telingaku lagi.
“Terserah kamu saja sayang,” bisiknya lembut.
Setelah kukunci pintu mobilku segera Arman menggandeng tanganku dan meremasnya. Aduh, senangnya aku seakan cuman tinggal aku satu-satunya cewek di dunia ini. Tak lama aku dan Arman makan sambil ngobrol mesra saling mengenal. Waktu kembali ke mobil tak lupa Arman memeluk pinggangku dan aku pun menyandarkan kepalaku di bahunya yang kekar. Sungguh bahagianya aku malam ini dan kini aku tak merasa canggung lagi pada Arman. Walaupun aku masih tetap saja merinding karena horny berat.
“Man, kamu yang nyetir yah sayang,” kataku sambil tersenyum menggoda.
“Oke, emang kenapa sayang, ada sesuatu yah,” sahut Arman sambil balas menggoda. Aku cuman membalas pertanyaannya dengan satu kecupan di pipinya. Dan mobil kami pun melaju lagi di jalanan Bandung.
Aku menggeserkan letak dudukku lebih dekat ke bangku supir. Kusenderkan kepalaku ke bahu Arman dan tanganku kuletakkan di pahanya. Mungkin aku sudah demikian terbuai denngan Arman sehingga sikapku semakin mesra dan centil kepadanya. Di tengah perjalanan mulai jari-jariku mulai nakal mengusap pahanya dan sekitar selangkangan Arman. Sampai akhirnya terpegang olehku milik Arman dan terus kuusap dengan lembut. Penis Arman agaknya bereaksi terpengaruh oleh usapanku. Arman hanya tersenyum dan mencium kepalaku. Hmm.., ternyata punya Arman lumayan gede juga, minimal sedikit lebih besar ukuranku.
“Hmmff.., kamu mulai nakal yah,” kata Arman sambil mengecup kepalaku. Mendengar perkataannya aku cuma dan tak tahu kenapa aku mulai tak sabar untuk melihat miliknya. Tanpa pikir panjang kubuka sabuknya dan pelan-pelan kubuka resletingnya. Kupelorotkan celananya sedengkul dan saat itu aku melihat tonjolan yang wow, gede juga. Kuusap lagi penisnya dari luar celana dalamnya. Aku sudah mulai membayangkan penisnya yang besar itu kukulum habis dalam mulutku.
“Emmff, sayaang..,” desah Arman lirih. Desahannya membuatku tak puas hanya memegangnya dari luar.
Pelan-pelan kumasukan jari-jariku ke dalam celananya. Kuraba mulai dari kepala penisnya yang besar dan mekar. Terus ke batangnya dan sampai di buah zakarnya kuusap lagi dengan gerakan memutar sambil sesekali melirik ke Arman. Desahan-desahan lirih terus kudengar dari mulut Arman.
Tanpa kuduga Arman melihat ke arahku dengan pandangan memohon dan mengelus rambutku. Dan dengan sedikit mendorong dia menundukkan kepalaku ke arah penisnya. Aku sedikit kaget campur senang. Entah kenapa aku menurut saja dorongan dari Arman itu. Kuciumi penisnya yang besar itu dan kugigit-gigit pelan penisnya sambil tanganku yang satunya mengelus buah zakarnya. Desahan kembali muncul dari mulut Arman sambil tangannya terus mengelus rambutku. Membuat gairahku makin naik dan jantungku makin berdegup kencang.
Lama-kelamaan aku tak sabar lagi dan kutolehkan pandanganku ke Arman.
“Sayang, boleh Natasha buka nggak,” kataku pura-pura bertanya. Arman yang kupikir memang menginginkannya cuman mengangguk. Lalu tanpa menunggu lagi kubuka perlahan celana dalamnya dan kupelorotkan ke pahanya.
Wuih, aku makin horny saja takala dugaanku benar punya Arman memang besar dan sudah berdiri tegak. Dengan bulu kemaluannya lebat dan hitam, dan penisnya yang besar berurat seakan menungguku. Kurasa ini saatnya kupraktekkan semua teknik yang aku tonton dari vCD setiap menjadi Natasha di kamar kosku.
Sambil kusibak rambut kemaluannya kukecup ujung penis Arman dan kujilati lembut. Kurasakan sudah ada sedikit cariran di ujung penisnya. Tanda kalau Arman sudah horny dari tadi. Kujilati terus ke arah bawah mulai dari ujungnya sampai ke buah zakar. Di daerah buah zakarnya sengaja kumain-mainkan dengan jilatan dan gigitan-gigitan kecil mulutku. Sambil terus kucoli batang penisnya dengan gerakan naik turun. Tanganku yang satunya lagi mengelus-elus pahanya.
Ahh.. mmff.. enak sayang,” desah Arman sambil terus melajukan mobilku dengan lambat-lambat. Aku melirik ke arahnya dan mulai kumasukkan burung Arman ke mulutku. Pertama kumainkan pelan dan setelah yakin aku bisa melakukannya tanpa terkena gigiku aku pun mulai memainkan lidahku. Makin lama semakin cepat dan makin gesit kumainkan lidahku. Aku sungguh menikmati saat mengulum penis Arman apalagi saat penisnya kumasukkan makin dalam ke mulutku.
Ess.. mm.. sayaang..,” Arman terus mendesah kali ini mulutnya sampai agak terbuka menikmati servis oralku. Tangannya makin kuat meremas rambutku dan tubuhnya sedikit bergetar. Aku makin senang melihat Arman bertingkah seperti itu.
“Sssayaang.. aku kayaknya mau keluar deh.. mmff.. ,” kata Arman terbata padaku. Mendengar perkataannya aku makin gencar menyerangnya. Dan satu desahan terakhir dari Arman mendorong cairan maninya yang kental keluar dari penisnya yang makin berurat dan menegang.
Mmm.. aku sengaja berencana untuk tak akan melepaskan mulutku dan berusaha menikmati cairan maniku yang pertama dari seorang pria. Agak asin dan aneh rasanya lalu kutelan saja dan mulai kumainkan lidahku pada kepala burung Arman. Arman pasti merasakan sensasi yang luar biasa karena dia tak berhenti mendesah dan tubuhnya menggelinjang. Setelah kuhabiskankan tanpa sisa semua cairan yang ada di penisnya baru kulepaskan mulutku. Arman mendorong kepalaku ke arahnya dan memberikan satu kecupan di bibirku. Bahaginya hatiku aku ternyata bisa memuaskan Arman dan aku berhasil melakukan oral untuk pertama kalinya dalam hidupku.
Kubersihkan bibirku dengan tissue dan kubereskan lagi celana Arman. Setelah itu kusenderkan lagi kepalaku ke bahunya dan dengan lembut mulai lagi kuusap penis Arman yang terbaring lemas di dalam celananya. Arman tersenyum kepadaku dan berkata,”Dasar nakal, belum puas yah..”
“Belum dong sayang.. eh kita kemana sekarang.. ,” tanyaku.
“Kita ke hotelku aja yah sayang.. aku mau bales kamu, hehe..” candanya sambil terus mengelus rambutku.
“Oke, aku pasrah aja deh sama kamu.. Man.” jawabku manja sambil kupejamkan mataku berusaha menikmati semua yang terjadi hari ini.
Tak lama pun kami sampai ke hotel tempat Arman menginap. Kurapikan bajuku dan kusisir rambutku dengan jari-jariku. Kemudian kuambil travel bag-ku yang berisi pakaian dan alat make upku. Aku memanng sudah mempersiapkan semua kebutuhanku kalau Arman nanti mengajak untuk menginap. Digandengnya aku melewati lobi sambil tanganku melingkar di pinggangnya. Ingin rasanya membuat iri orang-orang yang ada di lobi hotel itu dengan kemesraan yang kutujukan untuk Arman. Tampaknya lumayan berhasil karena segerombolan anak muda yang sedang santai di lobi sempat terdiam dari obrolannya dan melirik ke arahku. Aduh, aku merasa seneng dan bangga membalas pandangan ingin tahu mereka.
Sesampai di kamar hotel, aku minta ijin pada Arman untuk ke kamar mandi sebentar. Aku ingin menganti bajuku dan kalau bisa mandi sebentar. Soalku badanku terasa lengket banget setelah seharian belum mandi.
“Man, aku mandi dulu yah.. lengket nih..”
“Oke, jangan lama-lama yah .. Abis itu aku juga mau mandi nih..” sahut Arman sambil melepaskan gandengannya dari tanganku. Di kaca kamar mandi aku memandang diriku yang masih terlihat cantik walaupun sudah agak kusut. Kulepaskan syalku dan mulai kukeluarkan pakaian yang akan kupakai setelah mandi.
“Tok, tok..” tiba-tiba pintu kamar mandi diketok.
“Ya, ada apa sayang,”sahutku.
“E.., sayang ini ada barang yang jatuh punya kamu bukan.. ,” kata Arman.
“Barang apa..?” kataku penasaran sambil membuka kunci pintu dan melongokkan kepalaku di sela pintu kamar mandi. Tiba-tiba Arman menyeruak masuk ke kamar mandi dan langsung memutar tubuhku sehingga sekarang posisinya memelukku dari belakang.
“Man, apa-apaan kamu..Nakal banget sih..” kataku manja.
“Aku sudah nggak sabar nih..” katanya sambil mulai meraba tubuhku dan menciumi leherku.
“Sebentar dong sayang.. aku sudah lengket nih..” sahutku sambil memejamkan mataku. Tangannya yang tadinya memilin-milin putingku tiba-tiba sudah masuk ke celana dalamku dan meremasnya bersama buah zakarku dalam satu genggaman tanggannya yang besar.
“Acchh.. Aduh.. Mmm.. Sayang sabar dulu dong..” kataku sambil kupegang tangannya dan membalikkan badanku sehinga kami berhadapan. Kulingkarkan tanganku di lehernya dan kudekatkan mulutku ke mulutnya.
Arman langsung menciumku dan melumat bibirku. Ketika lidahnya mulai masuk ke mulutku tangannya sudah berpindah ke atas pantatku dan meremas-remasnya. Dan kami pun sekejab ber-french kiss dengan panasnya. Aku sungguh menikmatinya dan tampaknya penisku pun menikmatinya. Makin membesar dan menekan ke punya Arman. Kemudian Arman melepas lembut bibirnya dan mengecup keningku sambil berkata padaku, “Hayo kamu juga sudah nggak sabar yah.. Aku tunggu di luar yah sayang, kamu mandi dulu yah.”
“Eeehh..”desahku merajuk sambil mengangguk.
Setelah kukunci pintu, aku pun mandi dan keramas dengan peralatan mandi yang kubawa sendiri. Setelah selesai aku menyisir dan mengeblow rambutku dengan hair dryer yang kubawa. Ku semprotkan lagi parfum Issei-ku. Dan kukenakan lagi make up yang barusan kuhapus sebelum mandi. Make up malam ini sengaja kubuat agak tebal biar dalam suasana remang pun aku masih terlihat cantik.
Baru kemudian kupakai celana dalam model g-string warna hitam dan BH dengan warna yang sama. Di bagian luar kukenakan lingerie dari sutra warna putih yang menerawang. Hmm, seksi juga kulihat diriku sendiri di kaca. Aku memutar badanku untuk memantas apakah semuanya sudah rapi. Kemudian kukenakan piyama mandi dari hotel. Pelan-pelan kubuka pintu kamar mandi dan berjalan ke ruang tidur.
Di tempat tidur sudah kulihat Arman tengah duduk menanti diriku sambil mengenggam gelas berisi wine.
“Hai, cowok.. Aku sudah wangi nih..” kataku menggoda.
“Terus kalau wangi minta diapain..” Balas Arman sambil menawarkan gelas wine padaku. Kuterima gelas winenya dan segera duduk manja di pangkuan Arman.
Dibukanya pijama mandi hotelku dan Arman mulai menciumi bahuku. Kuteguk sedikit wine dan langsung kucium mulut Arman. Lidahku langsung menyelinap masuk ke dalam mulutnya dan mengajaknya bergelut. Tangan Arman segera meraba selangkanganku dan memegang bagian belakang leherku. Tanganku yang satunya meremas-remas rambut Arman. Hangatnya wine segera terasa mengalir di tubuhku seiring rangsangan Arman pada selangkanganku.
Kubuka kancing kemeja Arman satu persatu dan bibirku kuarahkan ke lehernya. Kujilati semua bagian lehernya, turun ke ketiaknya, dan semua bagian dadanya. Pada bagian putingnya kugigit-gigit kecil. Sambil tanganku membalas rabaannya di bagian penis Arman. Tiba-tiba Arman memutar tubuhku dan posisinya sekarang ada di belakangku sehingga dia bebas meraba semua bagian tubuhku. Sambil mencium leherku tangannya masuk ke dalam celana dalamku. Dan mulai memegang penisku yang sudah mulai menegang sejak tadi. Dan tangan satunya meraba dan memainkan puting susuku.
“Ehhff.. Man aku sudah nggak sabar nih..” desahku sambil mataku merem melek. Dia tak menjawab.
Dibaringkannya tubuhku di ranjang dan diambilnya syal sutra yang tadi kubawa. Aku bingung mau apa dia dengan syalku itu. Ternyata dia mengikat kedua tanganku ke bagian kepala ranjang. Sehingga kedua tanganku tak bisa kugerakkan dan aku terbujur pasrah pada apa yang akan dilakukan Arman. Dalam posisi demikian aku malah bertambah horny saja.
“Sayang.. aku mau diapain..” tanyaku.
“Sudah kamu diem aja.. nanti juga tahu sendiri..” jawab Arman.
Kemudian Arman menyibakkan rambutku ke satu sisi dan mulai mencumbu leherku. Sensasi yang luar biasa akku merasakan diriku diikat dan Membayangkan diriku akan diperkosa oleh seorang pria gagah seperti Arman. Sambil terus mencumbuku dia membuka lingerieku perlahan dan kini aku cuman memakai BH dan celana dalam saja. Dituangkannya sisa wine yang tak kuhabiskan di sekujur tubuhku.
“Arman.. Nakal banget sih..,” teriakku manja. Dia tak menjawab dan mulai menjilatku dari leher sampai ujung jari-jari kakiku. Nikmat sekali rasanya seakan semua pori-pori kulitku terangsang dengan hebatnya. Tubuhku tak bisa diam dan terus melenggak-lenggok menahan geli luar biasa yang sedang kurasakan.
“Acchh.. Sss.. Mff..,” desahan demi desahan terus keluar dari mulutku. Tubuhku sudah melayang tinggi ketika tangan Arman menarik tali pengikat g-stringku. Setelah terlepas mulailah Arman menjilati semua bagian penisku.
Mulai dari ujung dan berlama-lama di daerah buah zakarku. Dikulumnya dan digigit-gigitnya. Seakan membalas perbuatanku di mobil tadi. Aku makin tak tahan dibuatnya. Tangan yang satunya mengusap-usap lubang pantatku. Rasanya semua kenikmatan sekarang tumpah semua di tubuhku.
“Man.. Ohh.. Sss,” desahku sambil terus mengelinjang. Ternyata sensasi puncaknya ketika Arman mulai mengulum penisku dan tangannya memainkan puting susuku. Dan tangannya yang satu lagi terus menusuk-nusuk lubang anusku dengan ibu jarinya. Tak pernah kubayangkan rasanya sebelum ini kalau dioral oleh orang lain seperti ini rasanya. Apalagi ketika sesekali Arman menjilati lubang anusku dan memainkan lidahnya. Aku menikmatinya selama hampir 20 menit. Aku terus-terusan mendesah dan mengelinjang hebat.
“Man.. aku sudah nggak kuat nih.. Man.. Eeecchh,” jeritku.
“Acchhff.. Man aku mau keluar nih..” Badanku mengejang dan tak lama kemudian aku langsung terasa lemas ketika cairan yang kutahan-tahan sejak seminggu lalu akhirnya keluar juga dan habis ditelan Arman. Kemudiaan Arman mendekatiku dengan tanganku yang masih terikat dia menindihku. Dan aku pun membalas ciuman Arman dengan mulutnya yang penuh cairan maniku.
Tapi bukannya jatuh lemas aku, libidoku malah makin bertambah tinggi. Aku belum merasa puas dan tak mau kalah maka kulucuti semua baju Arman dan kusapu setiap jengkal kulitnya dengan lidahku. Sekarang posisiku dan Arman saling terbalik membuat posisi 69. Kudekatkan tubuhnya dan kudekatkan penisku ke arah mulutnya. Aku merasa ketagihan pada sepongan dari Arman.
“Man.. Isep lagi dong sayang.., Natasha ketagihan nih sayang..!” aku merengek, dan Arman memenuhi keinginanku.
Kami pun berposisi 69, aku tidak merasa canggung dan jijik dengan yang kami lakukan ini. Entah kenapa aku semakin menjadi liar dengan kenakalan dan makin horny dengan tingkahku. Dengan buas kuhisap dan kumainkan buah zakarnya sedangkan penisku kumaju mundurkan di dalam mulut Arman.
Tak berapa lama Arman memutar tubuhku dan mengajakku berciuman lagi. Setelah itu dia menatapku sambil bertanya apakah dia boleh memasukkan penisnya ke anusku. Aku yang masih virgin soal urusan itu sempat berpikir sejenak. Namun tangan Arman yang terus mencoliku dan cumbuannya di leher membuatku menganggukkan kepalaku tanda setuju.
“Pelan-pelan ya sayang.. Aku belum pernah soalnya.. Sss,” pintaku sambil terus mendesah karena tangan Arman yang bermain nakal di penisku.
Aku membalikkan badanku dan kakiku di angkatnya. Setelah kubasahi dengan ludahku penis Arman kubimbing menuju ke lubang anusku. Rasanya aneh banget seperti ada sesuatu yang kenyal-kenyal berusaha masuk pelan-pelan. Agak perih dan terasa mengganjal. Pelan-pelan Arman mulai menggerakkan penisnya maju mundur. Tak berapa lama tangan Arman kembali mengocok penisku. Terasa perih-perih tapi terus terang aku suka merasakan sensasi yang luar biasa itu.
“Acchhff.. Man.. Enak banget nih..” desahku sambil tanpa sadar kugigit bibir bawahku menahan geli yang luar biasa.
Rasanya ada dua rasa geli-geli tapi nikmat yang saat itu menyerangku. Aku rupanya tak bisa bertahan lama karena pengalaman baruku itu dan aku pun sudah hampir mau orgasme lagi.
“Man.. aku sudah mau keluar lagi nih..Aduh..man..” kataku.
“Sebentar lagi sayang.. Mmmff.. Kita barengan yah..” Sahut Arman menahan geli.
Tak berapa lama aku sudah tidak bisa menahan lagi dan tak lama keluar sudah maniku disusul punya Arman yang terasa hangat memgalir di dalam anusku. Aku segera membalik badanku dan memeluk Arman erat-erat. Memeluk pria yang sudah memerawani lubangku yang masih virgin ini. Dan Arman membalasnya dengan menciumi keningku.
Kami berpelukan agak lama dan aku pun menikmati menyandar di dada Arman. Aku minum wine lagi sambil bercanda mesra dengan Arman. Kemudian kami ke kamar mandi bareng dan setelah Arman membersihkan badannya. Dia memandikanku seolah-olah aku ini boneka teman bermainnya. Oh, entah apa lagi yang bisa terjadi aku merasakan banyak sekali pengalaman baru malam ini bersama Arman. Setelah itu kami balik lagi ke tempat tidur. Dan malam itu sepertinya libidoku dan Arman benar-benar tak ada habisnya. Kami pun bermain lagi.
Aku berinisiatif memulainya dengan mengoral lagi penis Arman sementara Arman dalam posisi tertidur menikmatinya sambil mengerang-erang lirih. Sambil melumat penis Arman penisku kukocok dengan tanganku yang satunya lagi. Ketika sedang menikmati permainanku sendiri tiba-tiba aku jadi pengen merasakan apa yang dirasakan Arman ketika menyodomi anusku.
“Man.. Aku pengen nyobain kaya kamu tadi.. Boleh nggak..” pintaku. Arman tidak menjawab tapi langsung menyerongkan tubuhnya.
Aku pun seperti anak kecil yang dikasih mainan baru langsung tersenyum dan membelai rambut Arman. Posisiku sekarang sudah di belakang Arman. Kujilati lubang anusnya dan lidahku kuputar-putarkan masuk ke dalam. Tanganku terus mengocok penis Arman. Kemudian pelan-pelan kumasukkan penisku setelah kubasahi ujung penisku dengan ludahku. Setelah masuk semua kumaju mundurkan penisku. Pertama-tama terasa janggal dan seperti terjepit penisku. Lama-kelamaan aku merasakan penisku seperti dipuntir dengan halus dan dipijat-pijat. Aku merasakan kenikmatan yang baru lagi. Desahku tak pernah berhenti mengiringi kenikmatan itu.
“Sayang.. Enak banget nih.. Aduh.. Aduh.. Mff..” kataku.
Bukannya menyahutku Arman malah memutar-mutarkan pantatnya dan rasanya makin nikmat saja bagiku. Tanpa kusadari aku mulai menyakar punggung Arman dan mulai menjerit-jerit sendiri kegelian.
“Man.. Acchh.. Sss.. Sayang.. Enak banget..cchh..” Tak lama kemudian aku sudah memuntahkan cairanku ke dalam anus Arman. Kemudian diangkatnya aku ke atas perut Arman dengan penisku yang mulai mengecil.
“Gimana sayang.. Suka nggak.. hehehe” kata Arman sambil cekikikan.
“Eeehhmm.. kamu nakal banget yah sayang.. Suka banget.. Eh punya kamu belum keluar yah sayang..” sahutku.
“Belum dong..,” jawab Arman.
Tanpa basa-basi lagi kuoral lagi punya Arman sambil tanganku memainkan putingnya. Setelah penis Arman menjadi keras dan berurat lagi kubimbing penisnya masuk ke lubang anusku. Posisiku sekarang berjongkok di atas Arman sambil berpegangan pada tangan Arman. Mulai kunaikturunkan pantatku sambil sesekali kuputar-putarkan. Arman tampaknya menikmati apa yang kulakukan. Matanya merem melek sambil mengerang lirih. Aku makin bersemangat memompa penis Arman sambil kukibas-kibaskan rambutku. Aku merasa sexy dan liar banget malam itu. Hampir setengah jam aku melakukan ini. Dan lama kelamaan bukan rasa perih lagi yang kurasakan tapi aku malah mulai merasakan nikmat yang beda di lubang anusku dan penisku pun menegang lagi.
“Sayang.. aku mau orgasme nih.. Acchh.. Sss..” desah Arman.
Aku langsung mengeluarkan penisnya dari anusku. Dan membalik badanku sehingga sekarang kami berposisi 69 lagi dengan tubuhku di atas Arman. Kumasukkan penis Arman yang tegang berurat itu. Dan kumajumundurkan penisnya dalam mulutku sambil kumainkan dengan lidahku. Kusedot-sedot habis penis Arman. Ternyata Arman juga melakukan hal yang sama pada penisku. Tubuhku terus melenggak-lenggok tak karuan merasakan semua ini. Sampai tak lama kemudian akhirnya kami orgasme berbarengan. Dengan mulut masing-masing yang masih penuh dengan air mani kami berciuman agak lama. Setelah itu kami tertidur pulas dengan kepalaku kusenderkan di dada Arman dan memeluk pinggangnya. Esoknya paginya kami belum puas dan bermain lagi sampai siang.
Malam itu benar-benar malam yang sangat indah dan istimewa buat Natasha. Beruntung aku bisa bertemu dengan Arman yang seakan-akan tahu benar apa yang kuinginkan. Aku dan Arman masih terus berhubungan. Kami berjanji untuk saling bertemu setiap dua bulan sekali. Sekarang aku sedang melanjutkan program profesi untuk kuliah psikologiku. Rambutku yang merah sudah makin panjang dan wajahku makin cantik berkat salon langgananku. Sampai sekarang aku masih rajin chatting buat mencari temen-temen baru yang mau kenalan sama Natasha.
The post Cerita Sex Pengalaman Pertama Menjadi Waria appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.