Quantcast
Channel: Cerita Sex 17+ – Kumpulan Cerita Sex Hari Ini
Viewing all 68 articles
Browse latest View live

Cerita Sex Pemuda Pemuas Nafsu Birahi Sex

$
0
0

Teman saya suka cerita pada saya bahwa suaminya kuat sekali dalam seks. Kebetulan suaminya orang Arab. Katanya, kalau main ia kerasa nyilu dan kesemutan di vaginanya. Sejak itu aku sering membayangkan suami temanku. Karena orangnya tinggi besar, dadanya berbulu tebal.
Pada suatu hari aku main ke rumah temanku itu. Katakan saja namanya Linda, dan nama suaminya Mansur. Pak Mansur buka pijat refleksi. Selain itu ia suka olah raga. Ketika aku sampai di rumahnya ia sedang berolah raga. Dan aku ngobrol dengan Linda sahabat karibku. Aku datang ingin membuktikan cerita Linda, apa benar barang suaminya gede. Tak lama kemudian, ia datang dengan memakai celana olah raga yang cukup tipis. Ia duduk di depanku. Sambil aku minum teh aku ngelirik sedikit ke bagian selangkangannya, tapi karena ada Linda aku tak lama-lama ngeliriknya. Tidak lama Linda pergi untuk menyiapkan sarapan pagi. Tinggallah aku berdua dengan suaminya ngobrol. Kesempatan aku untuk melirik agak lama. Astaga, beneran omongan Linda, nampak menonjol di celananya tonjolan besar dan panjang. Aku berkata dalam hatiku, bagaimana kalau itu ngaceng dan telanjang. Pantesan kalau Linda main, katanya, sampai sambat-sambat.
Sejak itu aku suka membayangkan penis suami teman saya yang Arab itu. Setiap aku main sama suamiku aku membayangkan barang pak Mansur yang besar dan panjang itu. Karena barangnya suami tidak keras secara maksimal aku menyarankan diurut refleksi oleh Pak Mansur. Suamiku sangat setuju, ia minta di datangkan ke rumah. Suami kenal baik dengan Pak Mansur. Kemudian mulai suaminya saya diurut oleh Pak Mansur kira-kira jam 8 malam. Aku berada di sebelah suamiku yang sedang diurut itu. Kesempatan bagiku untuk melihat benjolan di selangkangan Pak Mansur.
Sekarang aku cari alasan supaya aku diizinkan diurut oleh Pak Mansur. Dengan alasan yang tepat aku diizinkan. Setelah suamiku diurut giliran aku sekarang diurut. Karena suami tidak tahan, ia pergi mandi. Tinggallah sekarang aku berdua dengan Pak Mansur. Ia mulai ngurut dari betisku yang mulus. Aku bertanya dalam hati, apakah Pak Mansur tidak terangsang melihat betis dan pahaku yang mulus itu.
Kemudian ia mulai menyingkap rokku sehingga nampaklah padanya pahaku yang mulus. Ia berkata padaku, “Ibu harus sering diurut refleksi, seminggu sekali, karena ibu punya gejala darah tinggi. Tapi minggu depan kalau bisa jangan pakai rok, pakai sarung saja, supaya mudah ngurutnya di bagian ujung paha dan pinggulnya. Itu kalau suami ibu setuju.”
“Suamiku pasti setuju, kalau memang itu bisa menyembuhkan, apalagi ia sudah percaya sama bapak,” balasku.
Dan suamiku ternyata mengizinkan apa yang disarankan oleh Pak Mansur.
Minggu depannya ia datang lagi, suamiku giliran pertama yang diurut. Setelah selesai baru sekarang giliran aku. Aku ganti pakaian dengan sarung, lalu tengkurep. Hatiku mulai dak-dik-duk tidak karuan. Ketika ia mengurut betis kiriku, kaki kananku kumasukkan pelan ke selangkangan Pak Mansur sambil kugerak-gerakkan pelan-pelan. Terasa barang Pak Mansur bergerak-gerak mulai ngaceng. Terasa benar di kakiku kalau barang Pak Mansur besar sekali.
Tidak lama kemudian suamiku pamit ke Pak Mansur untuk keluar beli rokok karena rokoknya habis.
Pak Mansur menjawab “Ya, Pak”. Ucapannya yang halus dan lembut membuat suamiku tambah percaya. Pak Mansur mulai berani menyingkap sarungku sampai ke pangkal paha. Ia mengurutku sampai ke pangkal paha.
“Aduh,” kataku ketika jari-jarinya mengenai bibir vaginaku.
“Sakit bu?” tanya Pak Mansur.
“Tidak,” sahutku.
Mulailah ia mengurut agak berani di bagian pangkal pahaku sambil mengelus-ngelusnya, dan aku semakin tidak tidak tahan, dan mulai terangsang.
Pak Mansur paham dengan suara rangsanganku. Ia menyuruhku berbalik telentang sehingga ia dapat melihat pemandangan yang menggairahkan. Ia menyingkap lagi sarung sampai ke pangkal paha sampai kelihatan CD-ku. Ia mulai menggerak-gerakkan jarinya ke bibir vaginaku. Aku semakin tidak tahan. Ia semakin memasukkan jarinya semakin dalam hingga mengenai lobang vaginaku dan mendorongnya pelan-pelan, tapi tidak berhasil, karena lobang vaginaku peret. Ia menyopotnya dan memasukkan ke mulutnya sambil diludahi kemudian ia masukkan kembali. Kini baru jari Pak Mansur masuk le lobang vaginaku. Aku menggelinjang kenikmatan. Sayang sekali kenikmatan itu terhenti, karena suamiku datang dari membeli rokok. Walaupun demikian, sebelum suamiku tiba di kamar, kami berdua saling menatap dalam-dalam sambil saling tersenyum. Sekarang kami berdua sudah saling mengerti keinginan masing-masing dan tak malu-malu lagi. Tinggal menunggu kesempatan lain yang lebih baik saja….
Mingggu depannya Pak Mansur datang lagi. Kemudian mengurut suamiku. Tidak lama kemudian telepon berdering, aku yang menerimanya. Teman bisnis suamiku minta agar suamiku datang ke rumahnya untuk membicarakan bisnis yang sangat penting dan menguntungkan. Aku sampaikan hal itu pada suamiku. Ia bilang bahwa ia akan datang setelah diurut.
Hati dak-dik-duk, apakah suamiku mengizinkanku diurut tanpa ada dia karena akan pergi ke rumah rekan bisnisnya yang cukup jauh dari rumahku.
Setelah suamiku selesai diurut, aku bertanya, “Pak, bagaimana kalau aku tidak usah diurut saja, ya.”
“Tidak apa-apa, diurut saja, aku sudah percaya, kok sama Pak Mansur. Ia orangnya baik.”
Setelah mandi suamiku berangkat menuju ke rumah rekannya. Tinggallah aku berduaan dengan Pak Mansur malam-malam sekitar setengah sepuluh. Hatiku dak-dik-duk, aku akan merasakan penis orang Arab malam ini, kataku dalam hati.
Aku tengkurep. Pak Mansur langsung menyingkap sarung sampai ke pangkal pahaku. Rupanya ia sudah tidak tahan ingin merasakan lobang vaginaku yang kecil. Aku orangnya ramping, tinggi 155 cm. Seangkan Pak Mansur tinggi besar, dan dadanya berbulu tebal. Ia langsung menyingkap CD-ku dan memainkan bibir vaginaku, kemudian CD-ku dipelorotin. Sekarang nampaklah vaginaku, ia meludahi lobang vaginaku dicampur dengan minyak.
Aduh, sekarang aku benar-benar tidak tahan, ingin segera dimasuki barangnya. Ia membuka sarungku, BH-ku dan kausku. Kini aku telanjang bulat. Dan ia mulai membuka celananya, kaos. Aku melirik ingin tahu seperti apa barangnya. Begitu ia membuka celana dalamnya, astaga… penis Pak Mansur benar-benar besar dan panjang, ngaceng tegak, seperti barangnya kuda.
Aku takut bercampur ingin merasakan. Aku takut robek, dan jebol lobang rahimku, bercampur ingin merasakan puncak kenikmatan. Ia mulai mengangkangkan lebar-lebar pahaku. Ia mengarahkan penisnya yang besar, panjang dan keras ke lobang vaginaku. Ia menekankan barangnya. Aku berteriak kecil, “Aduuuh… sakit, Pak.”
“Ditahan, Bu. Nanti akan hilang rasa sakitnya berganti kenikmatan yang luar biasa.”
Penis Pak Mansur kurang lebih panjangnya 20 cm dan ukurannya besar sekali, seperti barangnya kuda. Ia menekan barangnya sampai tiga kali tapi tidak bisa masuk juga, saking besarnya. Ia sudah tidak tahan, nafsunya membara. Ia meludahi lobang vaginaku banyak sekali sampai meleleh ke pantatku, dicampur dengan minyak. Barang Pak Mansur pun dilumati minyak dicampur ludah biar licin.
Kemudian ia mengarahkan kembali penisnya ke lobang vaginaku dan menekannya. Aku berteriak sambil menggigit bibirku. Tapi Pak Mansur semakin keras menekannya. Setelah bersusah payah, akhirnya penisnya berhasil masuk juga. Ia menancapkan semuanya. Ia menindihku sampil menciumi dan mengecup bibirku dengan gagar. Ia mulai menggenjotku dengan ganasnya. Sampai terdengar bunyi dari lobang vaginaku… Cprot… Cprot… Sambil memelukku gemes bercampur ganar. Tubuhku yang ramping ditekuk-tekuk sambil digenjot. Sekarang aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa. Ia mengenjot lobang vaginaku lama sekali. Aku disetubuhi 3 ronde sampai terasa lemas seluruh tubuhku. Aku melihat sudah jam 1 malam. Berarti kami telah bermain selama 3 jam setengah. Waduuh… nikmatnya luar biasa….
Sayang, kami tak bisa melanjutkannya semalam suntuk. Kami harus segera berbenah supaya tak kepergok suamiku yang sebentar lagi akan kembali. Tapi aku puas sekali dengan persetubuhan kami malam ini…

The post Cerita Sex Pemuda Pemuas Nafsu Birahi Sex appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.


Cerita Sex Birahi Cinta Terlarang

$
0
0

Nama saya Benard, usia saya kini 29 tahun. Istri saya (yang saya nikahi tiga tahun yang lalu) bernama Dina. Kami bertemu saat kuliah, dia lebih muda dua tahun dari saya. Manis menurut saya dengan tinggi 160 cm. Saya sangat mencintai istri saya karena sangat pengertian. Kami sudah mempunyai anak (laki-laki) berumur 1,5 tahun, lucunya anak saya ini, saya bisa tahan bermain dengannya sampai berjam-jam. Itulah sebabnya saya sering berkata kepada teman-teman saya bahwa kebahagiaan abadi adalah jika kamu pulang dari kantor kemudian bermain bersama anakmu.
Namanya Jason, sengaja saya namakan demikian karena saya sangat suka dengan point guard Phoenix Sun yaitu Jason Kidd. Untungnya dia juga sudah mulai suka memantul-mantulkan bola ke tanah, sebuah dasar permainan basket.
Saya bekerja disebuah perusahaan multinasional yang bermarkas di Jerman. Penghasilan saya lumayan, lebih dari cukup malah, sehingga saya bisa tinggal di perumahan elite di pinggir kota Jakarta. Namun saya lebih suka hidup sederhana, mobilpun hanya punya satu.
Saya punya sobat kental yang bernama Irvan. Persahabatan saya dengan Irvan sudah terbina sejak kami masih sama-sama TK. Usianya sama dengan saya, kami hanya berbeda satu bulan (saya lebih tua). Perkenalan saya dengan Irvan terjadi karena kami saling berebut kue ulang tahun yang dibawa oleh teman kami. Saat itu, seperti layaknya anak kecil kami bertengkar yang kemudian berkembang menjadi perkelahian ala anak kecil. Irvan sempat terjengkang saat itu, demikian juga saya yang terjatuh karena kaki saya ditendangnya setelah ia terjatuh kena pukulan saya. Dilerai oleh guru, kamipun akhirnya berkenalan. Hukuman yang diberikan Ibu Yanti adalah selama satu bulan selama di sekolah, kami harus bersama terus. Ternyata hukuman seperti ini sangat efektif karena sejak saat itu pula kami selalu bersama. (Hukuman dari Ibu Yanti ini sepertinya bisa dicontoh oleh guru-guru lain…..).
Kebersamaan kami tidak hanya di TK. Ketika masuk SD, kami ingin sekali untuk tetap bersama. Kebetulan niat kami ini menjadi kenyataan. Kami masuk ke sebuah SD swasta yang terkenal amat disiplin. Seingat saya, kami hanya sekali terpisah selama SD, SMP dan SMA, yaitu kelas empat SD. Sisanya kami selalu sekelas. Hingga SMA kami selalu mempunyai prestasi di sekolah yang hampir sama. Jika Irvan dapat ranking tiga maka saya dipastikan akan berada di peringkat dua atau empat. Terhitung saya unggul lima kali dan Irvan tujuh kali.
Kedekatan saya dengan Irvan juga mengimbas ke kedua orangtua kami. Saya sudah seperti anak sendiri di depan orangtuanya demikian pula sebaliknya. Ketika kecil, kami sering bergantian menginap. Ini memang memudahkan kedua orangtua kami untuk mengontrol kami. Kalau saya menginap di rumah Irvan, maka ibunya segera menelepon ibu saya dan mengatakan bahwa saya menginap dirumahnya. Hal serupa juga terjadi pada Irvan.
Satu-satunya yang berbeda pada kami hanya sifat. Saya orang yang mudah sekali bergaul. Setiap ada pertemuan, hampir dapat dipastikan saya menjadi centre of attention karena kemampuan saya untuk berbicara. Irvan sebetulnya bukannya tidak baik berkomunikasi, ia hanya lebih pendiam, itu pula yang membuatnya tampak lebih berwibawa dibanding saya.
Hobi kamipun sama yaitu main sepakbola dan basket. Jika main sepakbola, Irvan biasa menempati posisi wingback kanan, sedang saya gelandang bertahan. Karena wibawanyalah, Irvan selalu menjadi kapten saat bermain sepakbola. Di basket, posisi yang sering di tempatinya adalah posisi small forward. Saya sendiri biasa diposisi shooting guard.
Kami memang ditakdirkan untuk bersahabat. Selain hobi dan tetek bengek lain yang sama, kami sama-sama bungsu dari empat bersaudara. Jumlah kakak perempuan dan laki-laki pun sama, hanya berbeda urutan. Keluarga Irvan, laki-laki-perempuan -perempuan- laki-laki sedang saya, perempuan-laki- laki-perempuan- laki-laki.
Tinggi kami berdua tidak berbeda jauh yaitu sekitar 180 cm, hanya saja Irvan lebih tinggi dari saya sekitar satu cm. Penampilan fisik kami, kalau boleh saya sedikit sombong, sangat OK. Banyak teman-teman wanita kami yang tertarik kepada kami.
Ketika kuliah (tempatnya juga sama di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung, jurusan manajemen), kami tetap satu kost. Tapi karena namanya juga kost-kostan, kami tidak bisa memilih untuk bersebelahan kamar. Irvan mendapat kamar di lantai dua sedang saya dilantai satu.
Prestasi kami saat kuliah juga hampir mirip dengan prestasi kami di TK-SD-SMP-SMA, hanya saja kali ini karena kuliah kami tidak mungkin sekelas terus. IP kami yang selalu mirip, kisarannya sekitar 2,7-2,8. Yang ajaib, saat sebelum sidang sarjana, IPK kami sama persis yaitu 2,76. Karena malam sebelum sidang (kami sidang berbarengan) saya sibuk menjadi mentor bagi Irvan, akhirnya saat sidang sesungguhnya saya hanya mendapat nilai B dan Irvan justru A. Akan tetapi, hal ini bukanlah masalah bagi saya.
Dua tahun terakhir sebelum lulus, Irvan tertarik dengan gadis sekampus kami yang berada di angkatan dua tahun lebih muda. Nama gadis tersebut Sheila. Rupanya sangat cantik, berhidung mancung, berkulit putih mulus, berdarah bule sedikit (ayahnya indo-belanda) . Tingginya sekitar 175 cm dengan berat badan yang sangat proporsional. Yang kurang proporsional menurut saya hanyalah dadanya yang sedikit kebesaran. Singkat kata Sheila sangat seksi. Jujur saja, saya sempat suka dengannya.
Awal-awal pendekatan, Irvan selalu mengajak saya bila apel ke rumah Sheila. Alasannya singkat saja “Loe khan pinter ngomong…”. Karena saat itu saya juga belum punya pacar, kami sering sekali jalan bertiga. Tak heran jika Sheila kemudian dekat juga dengan saya. Kedekatan saya dengan Sheila bahkan sudah melebihi kedekatannya dengan Irvan. Ini saya anggap sudah sangat berbahaya, jadi akhirnya saya memutuskan untuk tidak lagi menemani Irvan.
Pendekatan Irvan untuk mencairkan hati Sheila berlangsung cukup lama, kurang lebih 1,5 tahun. Malah akhirnya saya yang lebih dahulu mendapat pacar, yaitu Dina yang saya dekati selama kurang lebih enam bulan. Dan tak lama (kurang lebih satu bulan) setelah saya dan Dina resmi pacaran, merekapun menyusul resmi berpacaran. Bahagianya hati kami saat itu.
Sheila juga yang mempunyai usul agar kami mengontrak rumah bersama (maksudnya saya dan Irvan). Dan usulan ini kami anggap sangat bagus dan enam bulan sebelum lulus, kami pindah kerumah kontrakan kecil berkamar dua. Sheila dan Dina sering datang dan mengurusi segala kebutuhan kami, dari mulai makan hingga keperluan kami sehari-hari. Saat itu kami merasa sebagai dua cowoq paling beruntung di dunia.
Kebiasaan kami untuk menjaga keamanan adalah sistem bawa kunci sendiri-sendiri. Setiap saat pagar rumah di gembok dan pintu rumah dikunci, ada atau tidak ada orang. Kebiasaan Irvan jika pulang kerumah adalah teriakannya yang khas “Permisi…! “, saya tidak mempunyai kebiasaan itu. Ini pula akhirnya yang menjadi tanda siapa yang pulang.
—–
Setelah lulus, kami sibuk mencari kerja kesana kemari. Irvan lah yang paling beruntung diantara kami. Baru sebulan lulus, dia sudah menerima panggilan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta, sedang saya juga sudah sering terima surat balasan, tapi isinya kerap berisi penolakan.
Sebulan setelah dipanggil, Irvan dinyatakan diterima di perusahaan tersebut. Inilah yang membuatnya menjadi sering bolak balik Jakarta-Bandung. Saya menjadi sering sendirian di rumah, walaupun Dina masih sering datang dan menemani saya. Saya dan Irvan walaupun mempunyai pacar yang sering berkunjung ke rumah, sangat menjaga pergaulan. Saya dan Dina kerap hanya berciuman dan berpelukan jika dirumah, demikian pula dengan Irvan dan Sheila. Kami juga menjunjung sopan santun yang menjadi dasar budaya suku kami.
Suatu hari, saat saya sedang sendirian dirumah, Sheila menelepon. Saya katakan bahwa Irvan belum pulang dari Jakarta. Namun, rupanya Sheila justru ingin berbicara dengan saya. Mulanya saya pikir hanya akan berbicara di telepon, paling nanya soal Irvan, pikir saya. Rupanya Sheila ingin berbicara langsung dengan saya dan meminta ijin untuk datang. Saya ijinkan, kebetulan Dina kuliah sampai malam dan baru besok datang ke rumah kontrakan ini.
Kira-kira pukul satu, dengan mukanya yang ceria Sheila datang. Setelah mengunci pagar dan pintu kami duduk di ruang tamu (kebetulan, ruangan dirumah ini selain dua kamar tidur, hanya ruang tamu ini). Sheila saat itu mengenakan pakaian yang sudah menjadi ciri khasnya, jeans ketat, kaus juga ketat dengan rompi diluarnya.
Kami berbincang-bincang dan bercanda cukup lama. Kami memang sangat nyambung jika ngobrol, jadi obrolan seakan mengalir tanpa diatur. Sampai tiba-tiba Sheila menundukan kepalanya dan ketika kepalanya terangkat lagi, saya llihat butiran airmata mengambang disudut matanya. “Sel, kenapa…?” aku segera bertanya sambil berjalan mendekatinya. Dengan mata merah dan airmata yang siap meleleh, Sheila berkata bahwa suasana seperti ini sudah lama ia harapkan. Saya jadi bingung akan maksudnya berkata seperti itu. “Gue sangat mengharapkan bisa ngobrol berdua sama loe sudah sejak lama Nard,” ucap Sheila sambil menyeka airmatanya. Saya berlutut didepannya sambil bertanya lagi maksudnya apa. Ia mengulangi perkataannya dan menambahkan bahwa maksudnya adalah ngobrol berdua dengan saya.
Saya masih kebingungan dan tak bisa berbicara ketika dari mulut Sheila keluar pernyataan yang mengagetkan, “Gue sebetulnya suka sama loe, Nard”. Hah? Saya terlonjak kaget dan tetap tak mampu berkata-kata. Kemudian Sheila menambahkan bahwa dirinya sangat terpukul ketika tahu bahwa saya dan Dina resmi pacaran. Harapannya musnah, impiannya melayang, angannya terbang yang berakibat ia akhir luluh didepan Irvan. Bersedianya ia menjadi pacar Irvan rupanya terdorong rasa kecewanya gagal mendapatkan saya. Atas dasar itu juga Sheila memberikan usul agar saya dan Irvan tinggal dirumah kontrakan ini, maksudnya agar ia bisa setiap hari melihat saya, sekedar melihat saya.
Semakin lama berpacaran dengan Irvan, hatinya justru semakin kuat melekat pada diri saya. Ia tahan berada di rumah ini hanya untuk melihat segala aktivitas saya seharian, walaupun itu dilakukannya dalam pelukan dan belaian Irvan. Tak dipungkirinya, Irvan sangat ia sayangi, tapi cintanya tetaplah pada saya. Ia membutuhkan orang yang mampu menjadi tempat bertanya, Irvan tidak memiliki itu. Sifat dasar kamilah yang akhirnya menjadi penentu bagi Sheila.
“Nard, maukah kamu peluk Sheila?” Saya terdiam sejenak, sungguh tak mampu berkata-kata. Memeluk Sheila? Bagi laki-laki lain kesempatan ini tidak akan dibiarkan hilang, tapi bagi saya, memeluk Sheila dengan kehangatan cinta adalah pengkhianatan terhadap Dina dan Irvan. Akhirnya segala perdebatan di kepala saya perlahan-perlahan saya singkirkan. Pelan-pelan tangan saya mencari pinggang Sheila dan mendekatkan tubuh saya kepadanya. Sejenak saya merasakan dada saya menabrak segumpal benda kenyal di dada Sheila. Tangan Sheila kemudian melingkar dipundak saya dan segera menarik saya agar lebih menempel pada tubuhnya. Seketika saya merasakan himpitan kekenyalan dadanya di dada saya. Sheila memeluk saya dengan kuat dan mulai mencium leher saya sambil berkata pelan dikuping saya,”Thanks Nard, I love you,”.
Saya hanya tercenung mendengar ucapannya. Kemudian sambil tetap berpelukan ia mengatakan bahwa jika ia menjadi istri Irvan, mungkin ia tidak akan pernah merasakan keindahan seperti ini. Seumur hidup ia mencari cowoq ideal buatnya dan baru kali ini menemukannya dalam diri saya. Sheila memang baru sekali pacaran yaitu dengan Irvan. Sangatlah menyesal jika apa yang menjadi impiannya harus lepas walaupun sudah berada di depan mata. Mendengar penuturannya, saya hanya berkata bahwa saya juga amat sayang dengannya, tapi kata-kata saya terhenti oleh sebab yang hingga saat ini saya tidak tahu apa, dan dengan lembut saya mencium pipinya.
Sheila tertunduk dipundakku sambil tersenyum dan membalas ciuman itu pada pipi kiriku. Mungkin karena terbawa suasana, Sheila dengan gerak refleksnya langsung mencium bibir saya dan menahannya lama. Ketika dilepaskannya ciuman itu, ia tertunduk malu atas kelakuannya, tapi wajahnya terlihat tersenyum. “Maaf Nard, mudah-mudahan kamu ngga marah,” ujarnya singkat. Saya hanya diam dan baru sadar ketika Sheila menarik tubuh saya dan tubuhnya direbahkan di karpet. Saya merasakan desiran hangat di sekitar kemaluan saya dan menyadari bahwa milik saya itu sudah menegang menekan perut bagian bawah Sheila.
Tanpa pikir panjang, saya mencium bibir Sheila dan dibalas dengan sangat panas olehnya. Sambil terus berciuman, saya melepaskan pelukan dan mulai meraba tubuh Sheila yang putih mulus itu. Tidak ada dalam pikiran saya untuk berbuat lebih. Jemarinya juga tidak tinggal diam mulai menjelajahi dan mengusap-usap punggung saya.
Lama kami bergumul dikarpet ruang tamu itu, berciuman, menciumi leher masing-masing dan menjilatinya. Kurang lebih sekitar 45 menit kami bercumbu sampai akhirnya saya berinisiatif menghentikannya. Dengan nafas tersengal-sengal, Sheila memandangi saya dengan wajah sedikit kesal. “Kenapa Nard?” tanya Sheila. “Jangan Sel, nanti keterusan,” jawab saya. Saya duduk di sofa dan sesaat kemudian Sheila duduk disebelah saya dengan merapatkan tubuh dan menggelendot manja. Kata-kata terimakasih mengalir dari bibir ranum yang baru saja saya kulum itu. Ia merebahkan kepalanya di dada saya dan memeluk saya erat.
—–
Sejak itu, selama sebulan, kami mengulangi perbuatan yang sama setiap Irvan harus ke Jakarta. Jadwal kuliah Dina bisa dengan mudah diketahui Sheila karena mereka sekampus dan setiap hari Sheila dan Dina kebagian jadwal yang berbeda.
Sikap kami didepan Irvan juga tidak berubah. Sehari-hari kami berusaha menjaga kewajaran. Semua ini dengan tujuan agar tidak diketahui oleh masing-masing pasangan kami. Didepan saya, Sheila tetap manja dengan Irvan dan saya tetap mesra didepan Dina.
Dan kami mengulang lagi apa yang sudah sering kami lakukan saat Irvan ke Jakarta. Dina sudah pulang saat Sheila datang. Karena saya ingin mandi dahulu, tidak saya ketahui ketika Sheila sudah bertukar pakaian. Yang saya ketahui, ia sudah mengenakan bicycle pant pendek dan kaus oblong putih saat saya selesai mandi. Darah saya mendesir ketika Sheila menghampiri saya. Ia tampak sangat seksi dengan lekuk tubuh yang terbayang di kausnya.
Langsung ia memeluk saya dan kami mulai lagi bercumbu. Saat itu saya juga hanya bercelana pendek. Desiran hangat mengalir deras di sekitar kemaluan saya ketika saya menindih Sheila. Tangan saya mengusap-usap punggungnya juga tangannya melakukan hal yang sama. lehernya habis saya ciumi dan saya jilati. Desahnya semakin menderu. Entah setan apa yang lewat, saya kali memberanikan diri memasukan tangan saya ke dalam kausnya. Saya raba perutnya yang indah dan perlahan-lahan mulai naik ke arah dada. Tak saya kira sebelumnya, Sheila bukannya melarang malah membimbing tangan saya menuju dadanya. Seumur hidup, baru sekali ini saya merasakan gumpalan kenyal didada ceweq, bahkan milik Dina pun saya tak berani.
Tangan saya terdiam diatas dadanya dan kemudian tangannya diletakan diatas tangan saya dan mulai meremas. Tangan saya jadi ikut meremas dadanya. Wow, saya sungguh baru sekali ini merasakan lembutnya gumpalan kenyal milik ceweq. Semakin keras saya remas, Sheila semakin keras mendesah.
Tiba-tiba saya merasakan ada yang meraba kemaluan saya. Saya lihat, jemari Sheila mulai meraba dan juga meremas-remas milik saya yang sudah mengeras itu. Tangannya kemudian mulai menyelusup ke dalam celana saya dan juga menyelusup kedalam celana dalam yang saya pakai. Seketika aliran darah disekitar kemaluan saya bertambah deras. Tak mau kalah, saya langsung membuka kaitan bra yang dipakai Sheila dan segera kembali meremas buah dadanya (Saya gambarkan sedikit, buah dada Sheila mempunyai ukuran yang besar bagi ukuran ceweq indonesia. Mungkin karena perawatan yang baik, buah dadanya masih kencang).
Semakin panas permainan kami ini sampai akhirnya kami membuka seluruh pakaian kami dan saling memberikan senyuman. Tak habis-habisnya saya memandangi tubuh telanjang Sheila dengan sebentuk tubuh yang seksi dan indah. Tidak mungkin cowoq tidak terangsang jika melihat tubuh indah seperti yang dimiliki Sheila.
Kali ini giliran Sheila yang menciumi dan menjilati seluruh tubuh saya. Milik saya sudah mengacung tegang dan jilatan berikut ciuman Sheila makin turun kebawah. Saya rasa saya sudah tidak tahan lagi. Saya langsung bangun dan merebahkan Sheila diranjang. Sheila malah mendekap saya ketika saya bergerak akan menindihnya. Milik saya yang sudah menegang itu menempel keras di kemaluannya yang berbulu lembut disekitarnya. Desahnya makin terdengar ketika gesekan terjadi. Nafsu sudah menguasai kita berdua dan semakin mengkungkung kami saat ujung kemaluan saya menyentuh mulut kemaluannya. Kakinya berusaha menahan badan saya agar tidak mendorong tubuhnya lebih dalam. Rintihan kesakitan terdengar saat saya mulai kembali menekan tubuhnya. Saya sama sekali tidak ingin memasukan milik saya kedalam kemaluannya, bagaimanapun itu adalah hak suaminya kelak.
Tiba-tiba tangannya meraih milik saya dan menggesek-gesekan ujung milik saya itu dimulut kemaluannya. Badan terlonjak-lonjak, sayapun merasakan sensasi yang luar biasa. Kenikmatan yang tidak ada bandingannya. Tubuh saya bergetar menahan nafsu yang semakin memuncak. Tiba-tiba tubuh Sheila menegang dan terlonjak amat keras ke kasur. Saya dengar desahnya sempat sangat keras dan perlahan mereda. “Sayangku, aku udah ngga tahan lagi,” ujarnya setengah membisikiku. Kebimbangan segera hinggap dikepalaku. Wajahnya memancarkan kehangatan yang berbeda dan saya menjadi tidak berakal. Pelan-pelan saya dorong tubuh saya dan milik saya perlahan-lahan masuk ke mulut kemaluannya. Wajahnya meringis menahan sakit sambil terus mendorong tubuh bagian bawah saya agar perlahan terus masuk.
Mulut kemaluannya terasa sangat sempit. Saya lepas kembali dan perlahan-lahan saya masukan lagi. Begitu berulang-ulang sampai akhirnya saya sudah tidak tahan lagi dan seketika menerobos mulut kemaluannya dengan ganas. Ia terlonjak kaget dan saya lihat airmatanya meleleh tapi wajahnya tersenyum, “Ohh…sayangku. ..,” desahnya sambil memelukku erat. Tubuh saya mulai bergerak naik turun dan saya merasakan desiran hangat di seluruh kemaluan saya. Terasa ada yang memijit-mijit seluruh permukaan milik saya itu. Walaupun sambil menahan sakit, Sheila terlihat sangat menikmati permainan kami tersebut. Permainan yang sama-sama baru kita rasakan sekarang.
Tak sampai sepuluh menit, mungkin karena masih sama-sama baru, saya merasakan nikmatnya muncratan cairan hangat dari kemaluan saya didalam rongga kemaluan Sheila. Kemaluannya seketika menjadi hangat dan dipenuhi oleh cairan kental dari kemaluan saya.
Sheila memeluk saya dengan sangat erat, ia sesegukan menahan tangisnya, bibirnya bergumam menyebutkan bahwa ini adalah yang pertama baginya. Kami berpandang-pandanga n dan saya kemudian bertanya apakah ia menyesal?
Kaget saya dibuatnya ketika dengan cepat ia menggeleng dan berkata,”Sheila melakukannya dengan orang yang memang menjadi idaman Sheila dari dulu, Sheila tidak menyesal…, ” tuturnya diiringi senyuman di bibirnya. Mungkin karena gemas, ia mencium bibir saya lagi dan memainkan lidahnya didalam mulut saya.
—–
Sejak peristiwa “the first time” yang kami alami itu, kami menjadi semakin terobsesi untuk mengulang kejadian itu dan mereguk kenikmatan yang tidak pernah kami rasakan sebelumnya.
Semua tingka laku kami memang tetap biasa, tidak ada yang berubah. Saya tidak ingin hubungan saya dengan Dina berantakan karena kegiatan Sheila dan saya tercium, terlebih lagi terhadap Irvan, sobat kental saya yang sudah saya anggap sebagai saudara kembar itu. Tetapi semua itu akan segera berubah menjadi nafsu terpendam ketika Irvan dan Dina tidak ada. Kami melakukan lagi dan lagi dan lagi…..seperti tidak ada lagi hari esok dengan makin panas dan bernafsu.
Saya dan Sheila tetap melakukan persetubuhan kami ini sampai saat menjelang mereka menikah. Bisakah anda bayangkan? Tiga hari sebelum menikah, kami masih sempat melakukan persetubuhan itu. Ditengah waktu yang sempit kami melakukannya di dalam kamar kakak Sheila yang memang kosong. Letak kamar tersebut di paviliun rumah Sheila. Itu kami lakukan ditengah-tengah kesibukan orang-orang mempersiapkan rumah untuk upacara perkawinan Irvan dan Sheila.
Selama sebulan setelah pernikahan mereka (Saya dan Dina menikah sebulan lebih dulu dari mereka), saya dan Sheila menghentikan perbuatan biadab tersebut. Sampai suatu hari Irvan menelepon saya dan memberitahu bahwa ia akan tugas ke Eropa selama seminggu sambil menanyakan titipan apa yang saya mau. Saya menjawab sekenanya karena bayangan saya segera lari ke tubuh indah Sheila yang sudah sering saya reguk tersebut. Dan benar saja, sepuluh menit setelah itu, Sheila gantian menelepon saya dan mengajak saya bertemu di sebuah hotel di daerah Jakarta Selatan.
Kami akhirnya melakukan perbuatan laknat itu lagi dari siang hingga sore hari seakan kerinduan selama sebulan terobati dengan tiga kali hubungan badan yang kami lakukan.
Itulah perbuatan kami yang pertama setelah Sheila dan Irvan menikah. Sebulan kemudian, saya mendengar dua kabar baik bahwa Dina dan Sheila tengah hamil. Saya dan Irvan terlonjak kegirangan karena Dina dan Sheila sama-sama hamil satu bulan.
—–
Kini, Jason dan Grant (anak Irvan dan Sheila, diberi nama itu karena Irvan sangat mengidolakan Grant Hill, power forward Detroit Piston) sudah berumur 1,5 tahun. Keduanya lincah dan cerdas. Hobi mereka sama. Karena saya dan Irvan memang membeli rumah yang bersebelahan, otomatis Jason dan Grant menjadi dua sahabat kecil selalu rukun.
Grant dan Jason terlihat persis seperti saya dan Irvan. Saya sering mendengar Irvan memuji Grant dengan bangga sampai saya sempat kaget ketika sambil dengan muka ceria Irvan berkata, “Mukanya mirip banget sama elo Nard, liat aja tuh, ngga salah gue punya sobat kayak elo,” seketika saya melihat Grant dan memang benar, ciri-ciri fisiknya sama dengan saya sehingga Grant dan Jason selintas seperti adik kakak. Kemudian dengan cepat pula mata saya memandang Sheila yang tersenyum dan begitu bertemu muka dengan saya, ia mengangguk pelan sambil tersenyum ke arah saya…..

The post Cerita Sex Birahi Cinta Terlarang appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Cerita Sex Nikmatnya Ngentot Anus Ibu

$
0
0

Tepatnya pada malam hari,tanggal 24 januari 1999 yang lalu. waktu itu umur saya masih 19 tahun. saya mengalami kejadian yang tidak masuk akal. pada waktu itu sekitar pukul sembilan malam aku mau pergi ke kamar mandi. secara samar-samar aku mendengar suara desahan yang bersal dari dalam tempat itu. Dengan rasa penasaran aku buka pintu kamarmandi itu dengan perlahan.oohh…. ternyata apa yang ku lihat sempat membuatku tidak percaya. di sana aku melihat ibuku sedang melakukan onani senggan menggunakan ujung sikat gigi yang di masukkan ke dalam lubang anusnya. betapa terkejutnya beliau waktu itu. lalu ibu berkata” sini sayang,janggan bilang sama siapa-siapa ya, kalau mama melakukan ini…… terus tanpa di sangka beliau mengatakan “donga…… kalau donga mau merasakan enaknya ngelakuin ini , ibu bisa bantu kok” . tanpa sempat menjawab lagi, tiba-tiba ibu langsung menarikku masuk dan langsung menjilati mulutku dengan penuh nafsu dan rintihan.”oooooooohhhhhhggg….. keluarin lidahnya dong sayang,biar ibu enak ngulummnya shhhhhoooohhhh….. lagi-lagi ia merintih kenikmatan setelah mempermainkan lidahku dengan mulutnya. di keluar masukkannya lidah ibu ke dalam mulutku,dan aku pun membalasnya dengan lebih bernafsu lagi. karena sudah terlanjur nafsu,.lalu aku menanggalkan pakaianku. “oohh..biar ibu saja yang melepaskannya sayang”.kata ibuku.
setelah melepas bajuku ,sekarang giliran celanaku dibukanya,dengan posisi ibu yang jongkok dan aku berdiri. smbil mendesah ibuku mengatakan”wah… kontolmu rupanya besar juga sayang…, kalau dari dulu ibu tau kalau kontolmu sebesar ini, pasti ibu sudah lama minta”. tak lama kemudian aku merasakan kontolku terasa hangat,ternyata ibu sudah mengulumnya dengan penuh nafsu. lalu aku ikut jongkok dan kuremas payudara ibu yang memang agak kendor itu.oohh….. sayaaaang…… teruskann…….. oohh…….. eh ..bagai mana kalau aku menjilat lubang anus ibu,kataku. “aku ingin merasakannya bu,seperti di film porno ujarku lagi”. … apa kamu enggak merasa jijik?….. “engak bu…. ayo dong bu cepetan nungging biar aku bisa menjilatnya……. ia..deh sayang… lalu ibuku ambil posisi nungging yang pantatnya menghadap tepat ke mukaku.”ayo sayang,jilatin dong……. mama udah enggak tahan lagi ingin ngerasainnya…..”secara perlahan-lahan mukaku mendekati lubang anus itu. terlihat jelas lubang yang berwarna kemerahan itu. ku tempelkan lidahku ke lubang anus itu,ku rasakan ibuku mengejang sewaktu lidahku mendarat disana……. oooohhhhhhh… nikmatnya……… ayo terus sayang… masukan lidahmu ku anus ibu…… oohhh….. dengan penuh nafsu ku jilati seluruh permukaan anus itu,bahkan bukan permukaannya saja,aku bahkan berani untuk memasukkan jariku ke dalam lubang wangi itu.
jariku terus mengorek ke dalam lubang itu , dan lidahku pun ku masukan juga ke dalam lubang anus itu…… aahhh….. rasanya sungguh lezat… hampir setengah lidahku berada di dalam lubang anus itu. “ooooooohhhhhhhhggggg……… bagai mana rasanya sayang?…” tanya ibuku.”enak bu jawabku ,sambil memberikan jariku yang masuk ke dalam duburnya tadi. setelah agak lama melakukan itu,ibu menyuruhku terlentang di lantai kamarmandi.” ayo… sayang….. ibu sudanh enggak tahan lagi ingi merasakan kontol kamu……. dengan posisi jongkok ibu mulai mengarahkan lubang memeknya sudah lama basah itu ke arah kontolku…… blesss….. oooohhhhhh…… rintih ibuku setelah pelerku masuk ke lubang vaginanya. dengan goyanggan yang sepertinya sangat berpengalaman ibuku terus menaik turunkan pantatnya….oooooohhhhhgggghhhh…… enakk.. sekali kontolmu sayang…….. “ayo sayang isap tetek ibu” sambil memberikan teteknya kearahku.”..oooohhhhsaayaanggg…mama mau keluarghh… ” sebelum maninya keluar,ibu menarik pantatnya dari kontolku,dan mengarahkan memeknya ke mukaku yang sedang terbarig…..”hisap sayang…hisap air mani mama….” lalu air mani mama sebagian besar tertelan olehku,rasanya boleh juga… “eh kamu belum keluar,ya sayang?…..kalau begitu, kamu masukin aja anunya ke lubang anus ibu….. sambil nungging ,ibuku mengarahkan kontolku ke lebang anusnya…bles….kontolku ternyata dengan mudah menembusnya.mungkin karena ibuku sering malakukannya dengan ayah. terus…. terus… .terus…… sayang…… ohhhhhh…… ooohhhhhhhh…. .crooootttt……. croooott…. akhirnya aku menumpahkan air maniku di dalam lubang pantatnya.” oohh..ibu puas atas permainanmu,sayang,” kata ibuku lagi. entah….. berapa kali kami melakukan hal itu… yang jelas,sampe saat ini kami masih sering melakukan itu…… enakkk…..

The post Cerita Sex Nikmatnya Ngentot Anus Ibu appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Cerita Sex Ngentot Dengan Simpanan Mama

$
0
0

Mamaku itu memang hebat. Di usianya yang sudah kepala lima dia masih tetap cantik dan sexy. Di pekerjaanpun ia tetap paten. Karirnya melesat terus. Jabatannya kini sudah wakil direktur di perusahaan tempatnya bekerja. Karena hidup dengan Mama sejahtera, maka aku memilih untuk tinggal bersamanya sejak ia bercerai dengan Papaku setahun yang lalu.
Papaku yang cuma bekerja sebagai pegawai rendahan, mana bisa memenuhi kebutuhanku yang doyan hura-hura. Jangankan membelikanku mobil, sepeda motor aja Papa enggak bisa. Dua orang adikku juga memilih tinggal bersama Mama. Sama sepertiku, mereka juga doyan hura-hura. Ngabisin duit Mama yang aku enggak tahu gimana caranya, selalu saja ada. Apa yang kami minta selalu bisa dipenuhinya.
Namaku Tomi. Semester enam fakultas ekonomi di sebuah perguruan tinggi swasta yang beken di Jakarta. Adikku Mimi. Juga kuliah di fakultas ekonomi satu kampus denganku. Tapi dia masih duduk di semester dua. Adikku yang paling kecil, Toni. Dia masih kelas tiga SMU.
Dari kecil selalu hidup bergelimang harta, dari penghasilan Mamaku, membuat kehidupan glamour sangat melekat pada diri kami. Masing-masing kami dibelikan Mama mobil sebagai alat transportasi. Uang jajan tak pernah kurang. Karena itu aku dan adik-adikku tak pernah protes dengan apapun yang dikerjakan oleh Mamaku. Aku dan adik-adikku selalu kompak membela Mama. Termasuk saat bercerai dengan Papa. Padahal sebab perceraian kedua orangtuaku itu adalah jelas-jelas karena kesalahan Mama. Papa menangkap basah Mama sedang pesta sex dengan tiga orang gigolo muda di hotel!
Meski begitu, aku dan adik-adikku tetap aja kompak membela Mama. Soalnya belain Papa juga enggak ada untungnya. Lagian kelakuanku dan adik-adikku juga enggak beda-beda amat sama Mama. Aku dan Toni pernah bawa perek ke rumah. Si Mimi tahu tentang hal itu dan dia sih santai-santai aja. Soalnya dia juga sering bawa cowok ganteng ke kamarnya.
Setelah bercerai, rumah kami yang megah jadi seperti rumah bordil aja deh. Mama, aku, Mimi, dan Toni, rutin bawa partner sex kemari. Karena kami sama gilanya, jadi asyik. Kalau waktu ada Papa enggak asyik. Papa suka rese. Meski tak bisa memarahi kelakukan binal anak-anaknya, tapi Papa suka ngomel atau ngasih nasehat. Huh, menyebalkan aja Papaku itu.
Dari banyak cowok, si Willy yang paling sering dibawa Mama ke rumah. Dia tuh, kayak suami baru Mama aja jadinya. Hampir tiap hari dia ada di rumah. Paling kalau Mama lagi bosen dan ingin cari variasi pasangan lain, barulah dia ngibrit dari rumahku, balik ke kostnya.
Karena seringnya si Willy di rumah, aku dan adik-adikku jadi akrab dengan dia. Apalagi usianya enggak jauh dariku. Dia juga masih kuliah. Umurnya hanya lebih tua dua tahun dariku. Obrolan kami nyambung. Tentang apa saja. Otomotif, sport, musik, dan pasti ngesex. Hehe. Bisa dibilang, si Willy ini piaraan Mama. Segala biaya hidupnya, Mamaku yang nanggung.
Si Mimi paling senang dengan keberadaan Willy di rumah. Piaraan Mama itu dimanfaatinnya juga buat muasin nafsunya yang binal.
“Habisnya si Willy itu ganteng banget sih. Macho. Mana bodinya oke banget lagi. Belum lagi kontolnya. Gede banget Tom. Ngesexnya gila-gilaan. Pantes aja Mama paling demen ama dia dibandingin ama gigolonya yang lain,” kata Mimi padaku suatu hari. Dasar nakal. Dasar maniak tuh si Mimi.
Mendengar cerita si Mimi tentang kontolnya si Willy membuatku penasaran juga. Eits. Jangan salah sangka dulu men. Aku bukan gay. Jelas-jelas aku cowok straight. Cuman, dengar ukuran kontol orang sampai 28 sentimeter kan jelas bikin penasaran. Jangankan aku, cowok lain pasti juga penasaran. Gila aja kontol bisa segede itu!
Selama ini kupikir kontolku sudah paling gede. Panjangnya sekitar delapan belas senti. Susah-susah lho, cari kontol sepanjang punyaku ini di Indonesia. Ternyata punya si Willy malah lebih gila. sampai 28 senti men, selisih sepuluh senti dari punyaku. Ambil penggarisan deh, liat dari titik 0 senti sampai 28 senti, panjang banget kan ukuran segitu.
Meski penasaran, enggak mungkin kan aku permisi ke dia buat liat kontolnya. Gila aja. enggak usah ya. Pernah kepikiran buatku untuk ngintip dia saat ngentot dengan Mamaku atau si Mimi. Tapi males ah. Ngapain juga ngeliat saudara kandung sendiri ngentot. enggak ada seru-serunya. Entar aku jadi incest lagi. Bikin berabe aja.
Namun, yang namanya rezeki memang enggak kemana. Waktu itu malem hari. Hampir dini hari malah. Aku baru pulang. Biasalah, ngabis-ngabisin duit Mama. Semua orang sudah tidur kayaknya. Kerongkonganku rasanya kering banget. Haus. Aku langsung ke dapur, ingin ngambil minuman dari lemari es.
Pas aku nyampe di dapur aku terkesima. Kulihat Mama sedang berbaring telentang di atas meja makan kami. Pakaian atasannya terbuka memamerkan buah dadanya yang masih kencang dan besar. Sementara bagian bawah tubuhnya tak menggenakan penutup apa-apa. Sekitar memeknya yang penuh jembut lebat kulihat belepotan cairan putih kental sampai ke perutnya. Banyak banget. Mama tak sadar dengan kehadiranku, karena saat itu ia sedang memejamkan matanya sambil mendesah-desah.
“Ngg.. Enak banget Will,” katanya dengan suara mendesis. Rupanya dia baru aja dientot sama si Willy di atas meja makan itu.
Aku segera mengalihkan tatapanku dari tubuh Mamaku yang mengangkang itu. Entah kenapa, kok aku rasakan aku kayaknya terangsang. Bisa berabe nih. Pandanganku kualihkan ke lemari es. Saat menatap ke arah sana aku kembali kaget. Disana berdiri si Willy. Dia tak menggenakan pakaian apapun menutupi tubuhnya. Badannya yang tinggi dan kekar berotot itu polos. Dia sedang menenggak coca cola dari botol.
Mataku langsung menatap ke arah kontolnya. Gila men. Si Mimi enggak bohong. Di selangkangannya kulihat sebatang kontol dengan ukuran luar biasa. Sedang mengacung tegak ke atas mengkilap karena belepotan spermanya sendiri kayaknya. Batangnya gemuk, segemuk botol coca cola yang sedang dipegangnya. Panjang banget. Kepala kontolnya yang kemerahan seperti jamur melewati pusarnya. Batang gemuk itu penuh urat-urat. Aku sampai melotot melihatnya. Kupandangi kontol itu dengan teliti. Ck.. Ck.. Ck.. Sadis.
“Baru pulang Tom?” kata Willy menegurku.
Ia sudah menyadari kehadiranku rupanya. Aku segera menolehkan pandanganku dari kontolnya. Gawat kalau ia tahu aku sedang serius mengamati detil kontolnya itu.
“He eh. Iya,” sahutku sambil mengangguk.
Untung saja lampu di dapur itu bernyala redup. kalau terang benderang, pasti Willy bisa mengetahui kalau wajahku sedang bersemu merah saat itu. Malu.
Mamaku yang sedang berbaring lemas diatas meja makan tiba-tiba melompat bangun. Ia sibuk mencari-cari roknya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya yang terbuka.
“Eh, Tomi. sudah lama kau datang?” kata Mama dengan ekspresi malu.
“Baru aja ma,” sahutku.
Aku beraksi seperti tidak terjadi apa-apa disitu. Segera kuambil minuman dingin dari lemari es. Tubuh Willy yang berkeringat tepat disampingku. Saat mataku melirik ke arah dalam lemari es, mencari minuman, kusempatkan untuk melirik sekali lagi ke arah batang kontol Willy. Kali ini aku bisa melihatnya lebih jelas. Karena ada bantuan penerangan dari lampu lemari es. Gila! Bagus banget bentuk kontolnya, pikirku.
Setelah mendpatkan minuman dingin, aku segera meninggalkan dapur. Tinggallah Mamaku dan Willy disana. Aku tak tahu apakah mereka masih melanjutkan lagi permainan cabul mereka atau tidak. Yang pasti sepanjang jalan menuju kamarku, pikiranku dipenuhi dengan kontol si Willy yang luar biasa itu.
“Gila! Gila!” rutukku dalam hati.
Kok aku bisa mikirin kontol punya cowok lain sih? Ada apa denganku ini? Rasanya malam itu aku susah untuk tidur. Setelah membalik-balikkan badan beratus kali di atas ranjangku yang empuk, barulah aku bisa tertidur. Itupun setelah jarum jam menunjukkan pukul empat pagi. Sebentar lagi pagi menjelang.
Berjumpa dengan Willy keesokan harinya aku jadi rada-rada grogi. Entah kenapa. Mataku jadi suka mencuri pandang ke arah selangkangannya. Aku jadi menyadari, kalau ternyata saat selangkangannya ditutupi celana seperti itu, ukuran tonjolan diselangkangan itu, memang beda dengan punyaku. Jauh lebih menonjol kayaknya. Gila! Gila! Rutukku lagi dalam hati. Kok aku jadi mikirin itu aja sih?!
Si Willy sih enggak ada perubahan. Ia tetap cuek aja seperti biasanya. Ia tak merasa ada yang aneh dengan kejadian semalam. Sepertinya ia tak perduli kalao aku memergokinya telanjang bulat bersama Mamaku. Kayaknya, buatnya itu hal yang lumrah saja. Dasar gigolo profesional dia.
Sebulan berlalu. Dan selama rentang waktu itu, aku jadi pengamat selangkangan Willy jadinya. Entah kenapa, aku selalu berharap akan punya kesempatan lagi untuk ngelihat perkakas gigolo itu. Tapi tak juga pernah kesampaian. Sampai suatu hari.
Aku ingin berenang pagi-pagi di kolam renang yang ada di halaman belakang rumahku. Ketika aku sampai di kolam renang mataku langsung menangkap sebuah tontonan cabul. Si Mimi sedang ngentot dengan Willy. Dasar nekat si Mimi. Padahal Mama kan masih ada di kamarnya pagi-pagi begini.
Adikku yang cantik dan sexy itu sedang nungging di tepi kolam renang. Dibelakangnya Willy asyik menggenjot kontolnya dalam lobang vagina adikku itu. Genjotannya liar dan keras. Menghentak-hentak. Tubuh si Mimi sampai terdorong-dorong ke depan karena hentakan itu. Kelihatannya si Mimi keenakan banget. Bibir bawahnya digigit-gigitnya dengan giginya. Ia menggelinjang-gelinjang sambil merem melek menikmati hajaran kontol Willy yang luar biasa itu di memeknya.
Aku terangsang hebat. Celana renang segitiga yang kukenakan, tak lagi bisa menampung kontolku yang membengkak. Aku tak tahu. Aku terangsang karena apa? Apakah karena melihat persetubuhan mereka, atau karena serius mengamati kontol besar Willy yang keluar masuk vagina si Mimi itu. Entahlah.
Tanganku langsung mengocok batang kontolku yang sudah kukeluarkan dari celana renangku. Kukocok sekuat tenaga. Cepat. Aku ingin segera menumpahkan spermaku.
“Eh, Tom. Ngapain luh?” tiba-tiba kudengar suara Mimi menegurku.
Mataku yang sedang merem melek langsung menatapnya. Kulihat ia menolehkan wajahnya yang cantik memandangku yang sedang berdiri mengangang sambil ngocok. Willy tersenyum memandangku. Mereka tak menghentikan permainan mereka.
“memang lo enggak bisa liat, gue lagi ngapain,” jawabku cuek. Willy tertawa kecil mendengar jawabanku.
“Gila lo,” kata Mimi. Setelah itu ia kembali asyik menikmati genjotan Willy.
Akhirnya akupun orgasme sambil memandangi Mimi dan Willy yang terus bercinta. Tak lama setelah itu si Willy yang orgasme di mulut Mimi. Sebelum spermanya sempat mencelat dari lobang kencingnya, Willy menyempatkan menyabut kontolnya yang gemuk dan panjang itu dari vagina Mimi. Lalu disuruhnya Mimi membuka mulutnya lebar-lebar menyambut tumpahan sperma Willy yang deras. Aku benar-benar terbius birahi melihat detik-detik Willy menumpahkan spermanya di mulut adikku itu. Entah kenapa nafsuku terasa menggelegak melihat kontol itu menyemburkan spermanya yang deras berulang-ulang. Kupelototi setiap detik orgasme Willy itu tanpa berkedip sama sekali. Aku tak ingin kehilangan momen yang indah itu sedetikpun.
“Gila lo. Adik sendiri ngentot ditonton,” kata Mimi padaku.
Saat itu kami bertiga berbaring di tepi kolam renang kelelahan. Kalau orang melihat kami saat itu, mereka tidak mengetahui kalau kami baru saja orgasme tadi. Yang melihat pasti hanya mengira kami sedang berjemur menikmati cahaya matahari di tepi kolam renang.
“Habisnya elo berdua sama gilanya sih. Masak pagi-pagi ngentot disini. Ketahuan Mama gimana?” sahutku.
“Cuek. Mama enggak bakalan bangun. Sebelum ngentotin gua, Mama habis dihajar sama si Willy. Jadi Mama pasti sedang ngorok kecapaian,” jawab Mimi yakin.
“Benar Wil?” tanyaku.
“Yap,” sahut Willy singkat.
Dasar si Willy. Habis ngentot dengan Mama, masih sanggup ngentoti si Mimi sebinal tadi. Benar-benar profesional nih cowok, pikirku. Itu pengalaman keduaku melihat kontol si Willy.

The post Cerita Sex Ngentot Dengan Simpanan Mama appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Cerita Sex Yang Mengejutkan Nafsu Birahi

$
0
0

Kejadiannya lima tahun yang lalu, suatu ketika tetangga saya pindah rumah. Tepatnya berselang dua rumah dengan rumah saya. Dalam beberapa hari rumah itu kosong dan yang tersisa hanya sebuah lampu bohlam yang terus menyala di teras rumahnya. Saya tahu karena rumah itu selalu saya lalui kalau pulang kerumah. Persisnya satu minggu setelahnya, Rabu siang hari, disebelah rumah agak sedikit berisik. Saya kebetulan sedang tidak kuliah penasaran apa yang terjadi disana. Ternyata ada yang mengisi rumah itu. Saya hanya menonton mereka yang sedang memindahkan barang-barang kedalam rumah. Setelah saya tanya ternyata rumah itu dibeli oleh seorang wanita yang rencananya rumah tersebut akan ditempati oleh saudaranya.
Sore hari keesokan harinya ketika saya hendak pulang, seperti biasa saya melewati rumah itu. Terlihat seorang wanita, umurnya berkisar 30 tahunan. Saya secara spontan menemuinya dan memperkenalkan diri saya. Kurang lebih lima menit saya berbicara dengannya. Namanya Endang, walau lebih tua dari saya tetapi dia tidak mau dipanggil “Teteh”. Tapi saya bersikeras untuk tetap memanggilnya dengan sebutan itu. Bentuk tubuhnya lumayan “Bahenol”, wajahnya manis dan murah senyum, dan dari situ saya tahu bahwa dia hanya berdua dengan seorang pembantu rumah tangga. Beberapa hari selanjutnya keluarga kami sudah cukup mengenal teh Endang begitu juga para tetangga yang lain.
Suatu hari saya sedang tidak kuliah jadi saya santai dirumah, kebetulan saya dirumah sendiri, teh Endang datang kerumah ingin meminta pertolongan.
“Puunteen..”, katanya dengan suaranya yang halus dan logat daerahnya yang kental.
“Eh.. teh Endang, ada apa ya?”, sahutku.
“Lho Agus ngga kuliah?”, tanyanya penasaran.
“Engga teh.., engga ada kuliah hari ini, ada apa teh?”, tanyaku lagi.
“Agus bisa bantu Endang ga?”, katanya dengan sedikit canggung.
“Kalo bisa saya bantu kenapa engga teh!”, kataku untuk meyakinkan dia.
“Bener nih? di rumah banyak kursi yang masih berantakan.. jadi Endang minta tolong diatur biar ga berantakan.. soalnya ngehalalangan jalan”, katanya dengan memelas.
“Kan Agus gede badannya jadi Endang minta tolong ya.. enteng koq”, tambahnya sambil menepuk pundakku.
“Masa suka pitnes ga kuat sih!”, katanya sambil tersenyum manis padaku.
Melihat senyuman itu sebagai seorang laki-laki saya tertantang dan saya langsung berkata “Ya” walau dalam hati dan saya yakin semua laki-laki apabila mengalaminya akan sama reaksinya dengan saya.
“Iya deh teh, saya bantu..”, jawabku dengan sedikit kasihan melihat raut mukanya.
“Bener nih?”, katanya untuk meyakinkan saya.
“Ya udah kalo ga mau mah teh..”, kataku untuk memancing dia.
“Eh.. Agus ga marah kan, soalnya takut ganggu kamu, yuk..”, katanya sambil mengajakku kerumahnya.
Setelah sampai dirumahnya saya heran karena semua perabotan rumahnya telah tertata rapih. Saya merasa tertipu dan agak menyesal atas kejadian itu. Tetapi saya melihat sebuah lukisan yang belum tergantung. Lukisan itu lumayan besar dan saya perkirakan memang agak berat untuk diangkat oleh teh Endang.
“Aduh maap ya Gus, bukannya Endang boong sama Agus.. cuma emang lukisannya mau digantung berat sekali.. jadi Endang bilang kursi bukannya lukisan.. ga pa pa kan Gus?”, katanya sambil menjelaskan hal itu.
“Ooh.. ya ga pa pa sih teh, cuma teteh bilang aja.. ga usah malu-malu.. kita kan tetangga harus saling tolong”, kataku.
Lalu teh Endang menyerahkan beberapa buah paku, palu, dan tidak lupa lukisan yang berat itu. Lalu teh Endang masuk kekamarnya.
Saya mulai bekerja dan tiba-tiba teh Endang keluar sambil berkata, “Gus maap ya Endang tinggal dulu, soalnya ada perlu sebentar, kalo perlu apa-apa tinggal minta si Yuyun aja yah”, katanya.
Dari situ saya baru tahu nama pembantunya.
“Nanti Endang kasi oleh-oleh deh buat Agus”, Tambahnya sambil tersenyum keluar rumah.
Lalu dia berteriak kepada pembantunya bahwa dirumah ada saya sedang memasang lukisan itu dan dia pun pergi sambil membawa mobil sedannya.
Setelah pembantu itu menutup pintu garasi rumah lalu ia masuk dan menemuiku.
“Agus maaf ya, ga bisa saya temenin soalnya banyak yang musti dikerjain nih.. kalo perlu sesuatu panggil saya aja yah!”, katanya.
“Eh.. iya Mbak, silahkan..”, kataku sambil memperhatikannya.
Dia berbalik lalu berjalan ke arah kamarnya didekat ruang dapur. Saya perhatikan memang umurnya agak sedikit lebih tua dari saya dan bentuk tubuhnya agak montok dan berisi. Setelah beberapa lama selesai juga lukisan itu tergantung di dinding. Saya mulai merasa haus. Saya panggil si Yuyun tetapi dia tidak menyahut. Lalu saya menuju dapur dan ternyata ada kulkas di sana. Ketika selesai minum saya mendengar seperti suara percikan air dan ternyata memang dari kamar mandi. Si Yuyun memang sedang mandi. Kemudian tidak tahu dari mana datangnya, saya mulai penasaran ingin mengintip si Yuyun. Saya membayangkan tubuh Yuyun yang tadi masih memakai pakaian lalu saya membayangkan bagaimana tubuhnya apabila telanjang bulat. Badan saya langsung memanas dan gemetar sambil berusaha mencari celah untuk mengintip. Tetapi sayang sekali tidak ada satu celah pun, kemudian saya berfikir untuk melihat Yuyun berganti pakaian dimana lagi selain di kamarnya.
Saya mencari kamarnya dekat dapur. Saya mendapatkan hanya satu kamar disitu dan saya berkesimpulan bahwa itu memang kamarnya. Saya masuk kamar itu lalu saya mencari tempat yang bagus untuk bersembunyi. Akhirnya saya bersembunyi dibawah kasurnya. Beberapa menit kemudian Yuyun masuk kamar dan mengunci pintunya. Pertama hanya terlihat kedua kakinya saja lalu tiba-tiba terlihat handuknya yang terbelit di badannya dilepasnya, karena handuknya seperti berputar-putar mengelilingi badannya lalu bunyi seperti sebuah benda yang dilemparkan ke kasurnya. Saya yakin si Yuyun dalam keadaan telanjang. Dengan nafas yang memburu saya berusaha mengintip dari bawah kasurnya.
Setelah berusaha saya melihat badannya yang membelakangi saya sedang memilih pakaian dalamnya. Saya hanya melihat bagian (maaf) pantatnya saja yang besar dan padat juga sedikit bagian payudaranya dari arah belakang. Payudaranya memang besar sekitar 36B tetapi saya yakin lebih besar dari itu. Lalu dia agak sedikit menungging dan dari belahan pantatnya terlihat bulu-bulu halus mengelilingi vaginanya yang hanya terlihat sebagian dari belakang. Vagina itu terjepit oleh pantatnya sehingga hanya berbentuk garis hitam saja dan kebetulan bulu-bulu yang mengelilinginya tidak banyak. Tiba-tiba dia jongkok lalu terbukalah vagina Yuyun. Saya yang dari tadi memperhatikannya sudah tidak kuat lagi sepertinya saya ingin menyentuh dan memegang seluruh tubuh Yuyun. Badannya yang sintal serasa memanggil saya untuk menyentuhnya. Penis saya serasa ingin bergerak bebas. Penis saya sudah tegang dari tadi tetapi terasa sakit karena terhalang celana dan tertahan oleh ubin. Dalam hati saya ingin keluar dari tempat persembunyian lalu saya menyetubuhinya hingga saya puas. Apakah saya berani?
Saya mencoba bertahan untuk tidak melakukannya tetapi apa boleh dikata keinginan saya untuk berbuat lebih besar. Lalu saya kaluar secepat mungkin lalu saya memeluk badan Yuyun dari belakang sambil mulutku menciumi lehernya, tangan kanan saya meremas payudaranya, dan tangan kiri saya mulai membelah vaginanya dengan dua jari dan memasukan jari tengah ke dalam lubang vaginanya. Yuyun kaget dan sudah terlambat untuk menghindar dari perlakuan saya.
“Eh.. siapa.. eehh.. ja.. ngan.. aahh.. oohh.. oohh..”, suaranya sambil berusaha membalikan badannya.
“Kamu sexy.. mmhh.. ssllrrpp.. mmhh.. jangan takut.. gue bikin lu puas Yun.. mmhh.. sslrrpp..”, bisikku sambil terus mencumbunya dan menggerayangi seluruh tubuhnya.
“Ku.. rang.. ajar.. ehh.. mmhhehh.. oohh.. aughh.. le.. pas.. in.. haahh.. aahh.. mmhh.. aahh..”, katanya sambil terus mencoba membalikan badannya.
Dari desahannya saya muai yakin bahwa Yuyun sebentar lagi akan menjadi santapan yang lezat untuk memenuhi nafsu birahi saya. Terlihat dorongan Yuyun sudah mengendor dan yang terdengar hanya desahannya saja yang membuat saya makin bernafsu. Setelah Yuyun lemas tak berdaya seluruh tangan saya lepaskan dari badannya lalu saya membopongnya ketempat tidurnya. Setelah badannya saya rebahkan ditempat tidur saya melihat Yutun sudah pasrah dan terlihat air mata yang keluar dari matanya. Sepintas saya merasa kasihan tetapi saya sudah tidak dapat berfikir panjang lagi melihat badan yang sudah telanjang bulat dan pasrah ada didepan saya dan siap untuk dinikmati.
Lalu saya membuka seluruh pakaian dan sayapun telanjang sudah. Lalu saya mendekati badan Yuyun dan menindihnya lalu saya cium seluruh wajahnya. Kedua tangan saya memegang kedua tangannya sehingga penis saya dan vaginanya hanya bersentuhan dan bergesekan. Dari vaginanya sudah banyak cairan yang keluar yang menandakan dia sudah terangsang oleh perlakuan saya tadi. Bibirnya saya cium dan langsung saya kulum sihingga lidah saya secara leluasa masuk kedalam mulutnya. Saya tidak menyangka ternyata Yuyun membalas ciuman saya tadi sehingga kami bergelut dalam ciuman yang sangat bernafsu. Lidah kami berdua seakan menyatu dan berusaha untuk mendapatkan apa yang kami cari, KEPUASAN..
Setelah kami berciuman, kedua tangan saya langsung saya arahkan kearah ketiaknya sambil sedikit mengelitiknya. Bibir saya secara liar menjalar ke payudaranya secara bergantian.
“Oohh.. eehh.. mmhh.. Gus.. aahh.. aahh.. aahh..”, desahnya.
“Gimana Yun enak kan?”, tanyaku padanya.
“Ee.. nn.. aakk.. ahh.. mmhh.. Gus.. ja.. ngan.. brenti.. aahh.. oohh.. aahh..”, desahnya dengan agak sedikit berteriak.
“Ehh.. Yun.. jangan teriak-teriak dong, nanti banyak yang denger..”, kataku sambil melihat sekeliling kamar.
“Abis.. ennakk.. eennaakk.. enn.. eenn.. nnaakk..”, desahnya lagi tetapi sekarang sambil berbisik.
Setelah Yuyun berkata demikian badannya terasa terangkat dan pinggulnya mendorong-dorong badan saya.
“Eehh.. eehh.. mmhh.. Gus Yuyun mau pipis.. adduuhh.. aahh.. pipiss.. ppiiss.. mmhh.. pi.. ppiiss..”, desahnya lagi.
Setelah berkata demikian terasa sekali selangkangan Yuyun basah total, seperti ada cairan yang lebih banyak keluar dari vaginanya. Ternyata Yuyun orgasme yang kesekian kalinya. Saya tidak tahu apakah dia sudah orgasme sebelum ini. Cairan itu menjalar keseluruh bagian selangkangannya lalu menjalar ke pahanya dan juga berkumpul dipantatnya. Lalu badannya bergetar dan terdiam sejenak sepertinya ingin merasakan kepuasan yang ada saat orgasme.
Sesudah itu ia tersenyum manja kepadaku dan berkata, “Gus.. kamu dah belum?”.
“Ya belum dong, orang kontol gue aja belum ngerasain memek Yuyun..”, kataku sambil memelintir puting payudaranya.
“Ahh.. ehhmm.. ya udah cepetan masukin Gus.. tapi cepet ya takut Bu Endang dateng..”, katanya sambil membuka kedua pahanya dan melebarkan vaginanya yang sudah basah.
Lalu saya arahkan penis saya kearah vagina Yuyun yang telah merekah. Pada saat penis saya menyentuh bibir dalam vaginanya, terdengar bunyi klakson mobil. Ternyata Teh Endang pulang. Dengan cepat kami berdua berpakaian dan Yuyun terlebih dahulu keluar kamar dan segera membukakan pintu garasi.
“Yun, kamu jangan kasih tau Teh Endang ya kalo kita berdua..”, kataku kepadanya.
“Tenang aja Gus, Yuyun mulai suka koq, abis Yuyun udah lama ga gituan..”, katanya setelah memotong perkataanku tadi.
Saya keheranan setelah mendengar perkataan Yuyun bahwa ia “Sudah lama ga gituan”. Sambil keluar kamar saya masih berfikir tentang perkataan itu. Teh Endang masuk ke rumah dan menemuiku.
“Nah kan gampang Gus, tuh lukisannya udah selesai, makasih ya..”, kata Teh Endang sambil tersenyum manis padaku.
“Nih buat kamu..”, sambil menyerahkan sesuatu padaku.
“Wah jadi ngerepotin Teh Endang nih.. he.. he.. he.. makasih..”, kataku.
Ternyata sepotong besar kue Black Forest. Dalam hati saya berkata, “Tau aja dia kesukaan gue..”.
“Endang tau.. kamu kan badannya gede.. jadi doyan makan dong”, katanya.
Setelah itu saya berpamitan pulang walau saya ditahan untuk tidak segera pulang oleh Teh Endang. Dengan alasan sudah agak sore, akhirnya saya diijinkan pulang.
“Kapan-kapan mainlah kemari Gus, kita ngobrol trus ngegosip dulu”, katanya.
“Iya Teh Endang, saya suka koq main kemari”, jawabku sambil menatap Yuyun yang hanya tersenyum.
Pada saat saya melangkah keluar gerbang rumah, Teh Endang memberikan senyum manisnya padaku dan tiba-tiba Yuyun berkata, “Makasih ya Gus..”.
Saya hanya tersenyum karena ucapan Yuyun tadi mengandung arti yang hanya dimengerti oleh kami berdua saja. Saya meninggalkan rumah dengan sesuatu yang mengganjal, yaitu kepuasan yang menggantung karena saya belum merasakan kepuasan yang seutuhnya dan hilang begitu saja di depan mata, eh maksud saya di atas ranjang..
*****
Suatu hari, saya lupa harinya, saya sedang tidak kuliah juga. Saya bermain kerumah Teh Endang lagi.
“Permisi..”, salamku. Sampai lima kali tidak ada yang menyahut. Dalam hati saya bilang apabila yang keenam kali tidak ada yang menyahut maka saya akan pulang saja.
“Permisi..”, kataku lagi dengan agak sedikit keras.
“Iya.. Iya.. tunggu sebentar..”, terdengar suara Yuyun samar-samar.
Yuyun berlarian menuju pagar dan membukakan pintu.
“Tadi saya udah denger koq, saya baru selesai mandi trus buru-buru deh..”, katanya.
Memang terlihat rambutnya yang masih basah dan tercium wangi sabun mandi yang masih wangi.
“Maaf Yun, eh Teh Endang ada ga?”, tanyaku sambil masuk kedalam rumah.
“Tadi Bu Endang pergi, katanya mau ketemu temannya.. gitu”, jelasnya.
“Agus mau ketemu Teh Endang apa aku?”, katanya lagi.
“Ngapain ketemu kamu Yun, rugi..”, kataku sedikit bercanda.
“Ah kemaren aja cuma ditongengin sedikit aja udah kaya orang kemasukan setan gerayangin badan saya..”, katanya.
“Iya sih, tapi saya lagi ga mut ah, mau ngobrol aja..”, kataku.
Setelah berbicara panjang lebar dengan Yuyun, saya tahu banyak tentang dia. Yuyun ternyata janda tanpa anak. Dia kawin muda karena dijodohkan oleh kedua orangtuanya. Suaminya di desa kawin lagi dengan wanita lain. Mendengar itu saya jadi mengerti semua. Ketika saya tanya tentang Teh Endang ternyata juga janda dan sudah menikah dua kali. Pada perkawinan pertama Teh Endang kawin dengan bule keturunan Australia tetapi ditinggal suaminya kembali ke negaranya dan tidak ada kabar. Pada perkawinan kedua Teh Endang menikah di Bandung tetapi mereka bercerai atas kemauan Teh Endang karena mantan suaminya itu telah memiliki istri terlebih dahulu. Juga tanpa dikarunuai anak. Pada perkawinan inilah Yuyun baru ikut Teh Endang di Bandung.
Selama Yuyun menjelaskan tentang hal tersebut, saya baru sadar bahwa setelah saya perhatikan badannya ternyata terlihat samar-samar puting payudaranya yang hitam. Ternyata Yuyun tidak menggunakan BH karena tadi tergesa-gesa membukakan pintu untuk saya. Saya jadi bertanya-tanya jangan-jangan Yuyun tidak Memakai CD juga. Lalu saya mencari cara untuk mengetahuinya. Saya akan membuat dia berdiri.
“Yun, ambilin minum dong, air putih aja deh..”, kataku.
“Oh Iya lupa.. tunggu ya”, katanya sambil bergerak menuju dapur.
Yuyun jalan membelakangi saya dan ternyata memang benar Yuyun tidak memakai CD karena dari belakang terlihat belahan pantatnya dengan pantat yang besar. Saya langsung terangsang. Saya ikuti ke dapur. Pada waktu Yuyun membelakangi saya, langsung saya peluk dia. Saya langsung meremas kedua payudaranya dari belakang dan menciumi lehernya sambil menggesekan penis saya yang masih terbungkus celana ke belahan pantat Yuyun.
Yuyun kaget tetapi dia membiarkan saya. Ia malah berpegangan pada meja dapur dan agak sedikit membungkuk. Tangan Kiri saya langsung turun membuka bagian bawah dasternya dan menyusup diantara kedua pantatnya untuk mempermainkan vaginanya yang masih kering. Wangi sabun dibadannya masih terasa dan membuat saya bertambah nafsu.
“Ahh.. mmhh.. Gus.. ka.. mu.. dah.. mau ya.. eehh.. eehhmm.. terus.. aahh.. terr.. rruuss.. eehhee.. mmhh..”, desahnya.
Terasa vaginanya sudah mulai basah dan licin. Langsung jari tengah saya susupkan kedalam lubang vaginyanya. Saya buat keluar masuk secara perlahan.
“Aahh.. ennaak.. mmhh.. ennakk.. Gus.. terus.. cepet.. cep.. pet.. aahh.. aahh..”, desahnya.
Setelah itu badan Yuyun terasa menegang dan agak mendesis.
“Gus.. aahh.. pipis.. aahh.. pi.. pis.. iyaahh.. oohh..”, desahnya sambil menjepit jariku dengan kedua belahan vaginanya dengan bantuan kedua pahanya. Yuyun orgasme yang pertama kali.
Setelah itu langsung saya balik badannya dan menaikan badannya ke atas meja dapur. Saya hanya memelorotkan celana saya agar penis saya keluar dan ternyata sudah tegak dan keras. Saya ambil kondom dari dompet dan langsung memakainya. Setelah itu saya langsung mengarahkan penis saya ke belahan vaginanya yang telah basah. Perlahan tapi pasti penis saya masuk seluruhnya ke dalam vaginanya. Memang mudah karena vaginanya sudah licin dan Yuyun sudah tidak perawan lagi tetapi tetap saja membuat saya merem-melek dibuatnya. Lalu saya diamkan penis saya di dalam vagina Yuyun yang tertancap dalam. Lalu saya mengerayangi seluruh muka, payudara, putingnya sampai meremas-remas kedua pantatnya yang besar. Yuyun hanya bisa meremas kedua pantat saya dan agak sedikit mencakar. Sakitnya sudah tidak saya hiraukan lagi.
“Oohh.. eenak.. ee.. nakk.. udah lama.. oohh.. ga.. main.. penismu.. nik.. mat Guss.. ss.. ss.. emmhh..”, desahnya yang sudah kacau.
“Terus isep.. iss.. sseepp.. teteku.. gigit.. ce.. pet.. gi.. git.. aahh.. mmhhmm..”, Katanya.
Lalu saya plintir puting payudaranya menggunakan bibir saya dan sekali-sekali saya gigit dengan agak sedikit gemas.
“Iya.. terus.. ss.. mmhhmm.. eehheehh.. Gus.. mo pipis lagi.. ga ku.. at.. aahh..”, katanya sambil menegangkan badannya.
Penis saya seperti disiram oleh cairan hangat dan itu membuat saya tak kuasa untuk menggerakan penis saya di dalam vagina Yuyun.
“Gus uudahh.. kocok vagina Yuyun.. Yuyun udah ga tahan mo dikocok sama kontol kamu.. mmhhmm..”, desahnya.
Langsung dengan cepat saya gerakkan penis saya keluar masuk vagina Yuyun. Sesekali saya tarik penis saya dan dengan cepat saya tancapkan lagi ke vaginanya. Ini saya lakukan secara mendadak yang membuat Yuyun berteriak kecil.
“Auwww.. mmhhmm.. auuwww.. ahh.. eehh.. gila.. kontolmu mentok Gus.. sakit.. sakit.. ahh.. eenn.. akk.. bag.. nget.. sshh..”, desahnya tiap kali saya buat gerakan itu.
“Gus.. mo.. pippiss.. ga.. tahhan.. stop.. stop.. mmhhmm.. aahh.. aahh..”, katanya.
“Kita bareng ya Yun.. oohh.. tu.. wa.. ga.. aahh..”, kataku.
“Croot.. crroott.. crroott.. serr.. serr.. seerr..”, cairan kami berdua keluar dengan derasnya di dalam vaginanya.
Kami berdua berpelukan erat saat itu. Yuyun memeluk dan mencium saya dengan erat dan tangannya mencakar punggung saya juga kakinya yang membelit pinggang saya dengan keras. Saya juga melakukan hal yang serupa dengannya sambil saya angkat badannya sedikit menggendong. Penis saya terasa dihisap oleh vaginanya dan serasa akan lepas ditelannya. Kami berdua mengerang dalam ciuman. Liur kami berdua bercampur baur tak terkira. Lidah kami berdua serasa ingin membelit satu sama lain. Kami berdua sudah tidak menghiraukan apakah teriakan kami berdua terdengar sampai ke luar ruangan. Rasanya tak terkatakan walau ditulis berhelai-helai kertas. Hanya kami berdua saja yang bisa merasakannya.
Setelah beberapa lama, penis saya masih tertancap di dalam vaginanya, kami berdua mulai melonggarkan pelukan itu dan kami berdua saling bertatapan. Kami berdua tersenyum sambil diselingi dengan beberapa ciuman kecil.
“Gus kamu hebat, Yuyun sampe berapa kali pengan pipis”, katanya disela sela ciuman kami.
“Kamu juga hebat, memek kamu tau aja kesenangan penis saya, “Kataku.
“Gus, yang terakhir tadi.. itu paling enak, bener..”, katanya.
“Iya saya juga ngrasa gitu, nih liat kontol saya masih di dalem memek Yuyun”, kataku sambil memperhatikan penis saya.
“Gus jangan dicabut ya.. masih nikmat..”, katanya sambil tersenyum.
“Udah ah, takut kondomnya bocor kelamaan di dalem”, jawabku.
“Emangnya bisa bocor Gus?”, kata Yuyun bertanya penasaran.
“Bisa kali, kalo bocor ntar kamu hamil loh.. mau kamu hamil?”, tanyaku.
“Saya ga mau ah, tapi kalo bikinnya saya mau banget..”, jawabnya sambil melirik padaku.
“Sama dong..”, kataku sambil menciumnya.
Kami berdua berjalan menuju kamar mandi dalam keadaan bugil. Terlebih dahulu saya buang kondom itu di tempat sampah dapur. Lalu kami berdua mandi bersama yang tentu saja diselingi dengan gerakan-gerakan nakal. Setelah kami kaluar dari kamar mandi dan akan menuju kamar Yuyun, kami berdua terkejut oleh keberadaan Teh Endang yang sedari tadi berdiri menyaksikan kami brdua dalam keadaan bugil.
“Apa yang kalian lakukan berdua?”, katanya sambil membentak.
Kami berdua tidak menjawab sepatah katapun karena kami sudah tertangkap basah.
“Yuyun, sana kamu ke kamar kamu!”, katanya kepada Yuyun.
Yuyun berlari kecil sambil menutupi badannya langsung menuju kamarnya.
Teh Endang memandangku dengan pandangan sinis. Ia memandangi badan saya dari ujung rambut ke ujung kaki. Memang badan saya atletis, maklum saya rajin fitness. Tanpa aba-aba terlebih dahulu, Teh Endang langsung mengarahkan ciumannya kearah bibir saya. Tangannya meremas kedua pantat saya. Ciumannya sangat ganas dan liar. Mendapat perlakuan itu saya kaget sambil sedikit senang. Ternyata saya tidak dimarahi seperti yang telah saya bayangkan sebelumnya. Saya secara spontan membalasnya dengan liar pula. Pada waktu tangan saya hendak menyusup ke arah payudaranya dia menepis tangan saya.
“Gus masa cuma si Yuyun doang yang kebagian, Endang juga mau..”, katanya sambil memegang penis saya yang dari tadi sudah berdiri.
“Belum apa-apa udah mau pegang punyaku, kamu nakal Gus..”, katanya sambil tersenyum padaku.
“Abis Teh Endang duluan sih.. tuh liat punya saya sampe bediri gini..”, kataku.
“Gus ayo ke kamar Endang aja, malu kalo ada si Yuyun”, katanya sambil menggandeng tanganku menuju kamarnya.
Setelah sampai kamar Teh Endang, ia menyuruhku untuk melepaskan pakaiannya.
“Gus kamu bukain baju Endang ya, ga usah malu-malu, BH dengan CD-nya juga ya.. sampe Endang telanjang.. kaya kamu”, katanya sambil tertawa kecil padaku.
Saya langsung membukakan pakaian Teh Endang. Pertama kemejanya, roknya, lalu terlihat BH dengan payudara yang menantang dan CD yang menutupi gundukan vaginanya. Penis saya seperti ingin meledak ketika saya mencopot BH dan CD-nya. Terlihatlah payudara yang sexy dan vaginanya yang mulus tanpa bulu. Ternyata Teh Endang rajin mencukur bulu-bulu disekitar vaginanya. Belahan vaginanya terlihat jelas membagi dua kedua pahanya. Lalu dengan jalan yang dibuat-buat, Teh Endang melangkah ke kasurnya dan langsung berbaring sambil mengangkangkan kedua pahanya. Terlihat jelas vaginanya terbelah dan terlihat bibir bagian dalamnya tentu saja klitorisnya. Secara tidak sengaja saya memperhatikan sekitar ruangan kamar itu dan di meja riasnya terdapat beberapa penis mainan dari karet yang membuat saya tertegun sejenak.
“Gus kamu mau liatin kamar Endang aja atau mau sama Endang?”, katanya yang membuat aku sadar sejenak.
“Masa body Endang dianggurin sih.. kamu ga mau sama ini..”, katanya sambil menggosok-gosok vaginanya.
“Ayo Gus buat Endang puas, masa si Yuyun dikasih tapi Endang nggak..”, rayunya.
“Cepet Gus..”, katanya. Terlihat vaginannya sudah mulai basah karena gosokannya sendiri.
“Teh Endang, siap ya..”, kataku sambil menindih badannya.
Kami berdua langsung berciuman dengan liar dan tangan kami masing-masing mencari bagian dari badan kami yang kami anggap dapat memuaskan nafsu. Lidah kami beradu dan liur kami pun sudah menyatu. Ternyata Teh Endang memiliki ciuman yang hebat. Saya tak kuasa dibuatnya. Ia mengambil alih setiap ciuman kami. Saya hanya bisa menggunakan tangan saya untuk menyentuh dan meremas payudaranya sehingga terkadang ciumannya terhenti saat saya tangan saya bergelut dengan puting payudaranya.
“Ehhmm.. yaahh.. ssiipp.. truss.. Gus.. ayo.. ter.. rus.. remes.. yang.. kenceng.. dua.. duanya.. jugaa.. ehhmm.. oohh..”, desahnya dibalik ciumannya.
Ciumanku terus berlanjut ke leher dan telinganya. Setiap bibir saya menyentuh telinganya, badannya langsung bergelinjang. Ternyata titik rangsangannya terbesar ada di sana.
“Gus jangan di kuping terus.. gelii.. gellii.. ehhmm.. ge.. llii.. eehheemm.. aahh..”, desahnya.
Lalu saya berpindah menciumi payudaranya dan sedikit menggigit putingnya.
“Ahh.. iyyaahh.. ahh.. iyyaahh.. iyahh.. iyyaahh.. oohh.. iyyaahh..”, desahnya dan lama-lama menjadi sebuah teriakan.
“Gus Endang mau pipis.. pii.. ppiiss.. eehh.. eehh.. eehheehh.. aa”, desahnya panjang.
Ternyata Teh Endang orgasme, badannya naik ke atas lalu dibanting ke bawah dan ini dilakukannya berkali-kali sambil berteriak. Badan saya terdorong ke atas berkali-kali. Lalu badannya menegang dengan teriakan panjang, sesudah itu terdiam sejenak sambil merasakan orgasmenya. Tubuhnya memerah dan banyak keringat yang keluar.
“Gus udah ga usah diciumi lagi, cepet masukin punya kamu ke memek Endang.. cepet.. cepet..”, katanya sambil memeluk badanku.
Tetapi saya langsung menuju vaginanya dan menjilat permukaan vaginanya yang telah basah akibat orgasmenya tadi.
“Gus kamu ngapain.. oohh.. jangan.. eehh.. eehh.. eehhmm..”, desahnya karena perlakuanku itu.
“Ka.. mmu.. jahh.. hat.. Endang.. dahh.. gak.. eehh.. kuat.. ka.. mmuu.. nyiksa.. eehhmm..”, katanya.
“Ahh nikmat.. eenn.. nakk.. ehhmm.. eehhee.. trus.. jilat.. jilat.. jilat.. jiillaat.. memek Endang..”, desahnya.
Lidah saya terus memburu vagina Teh Endang. Klitorisnya saya gigit, jilat, hisap dan sekali-sekali saya jepit dengan bibir saya.
“Iyahh.. heehh.. hhee.. eehhmm.. hhmm.. isep.. kacangnya.. kacang.. Endang.. trus.. oohh.. aahh.. ss.. ss.. eehhmm”, desahnya sambil menggerakkan badannya kekiri dan kekanan.
“Aahh..”, teriaknya panjang.
Teriakan itu mengangetkan saya dan ternyata ia orgasme lagi. Cairan di vaginanya banyak sekali dan membuat sekitar bibir dan mulutku basah. Langsung saya jilat sampai habis cairan itu. Terasa asin tetapi lama-kelamaan rasanya hilang. Cakaran Teh Endang menghujam punggung dan leher saya. Dalam hati saya berkata bahwa hari ini saya mendapat banyak sekali cakaran dari dua orang wanita.
Lalu Teh Endang menarik kepala saya dan kamipun berciuman dengan lebih liar. Tiba-tiba Teh Endang membalikan badan saya sehingga dia berada diatas saya. Melihat penis saya yang berdiri tegak, Teh Endang langsung melebarkan pahanya sehingga vaginanya tepat berada di atas penis saya. Langsung ia mendorong vaginanya ke arah penis saya dan lama-kelamaan penis saya sudah hilang di telan vaginanya. Saya lupa memakai kondom yang tersisa dua buah lagi. Tetapi saya meyakinkan diri bahwa saya dan dia bersih. Teh Endang menggerak-gerakan pinggulnya naik turun dan kanan kiri. Terasa sangat nikmat dan tak terbayangkan rasa yang saya alami, maupun dia.
“Gus.. gimana.. ennakk.. ga.. memek.. Endang.. eehhmm.. eehh..”, katanya.
Saya hanya mengangguk dan berusaha menaikkan pinggul saya agar penis saya masuk lebih dalam lagi. Setiap gerakan kami berdua selalu dibarengi dengan bunyi seperti “Pok.. pok.. pok.. cplak.. cplak”.
Kejadian itu berlangsung lama sehingga Teh Endang orgasme sebanyak dua kali lagi. Dua kali pula penis saya disiram oleh cairan hangat di dalam vaginanya. Lalu selang beberapa lama Teh Endang akan orgasme lagi.
“Gus Endang.. mau.. pipiss.. pi.. piss.. eehh..”, katanya.
“Bareng ya, saya juga dah mau nih..”, kataku.
“Keluarin.. di.. luar.. aja.. ya.. ehhmm..”, kataku.
“Teh saya keluar..”, kataku. Pada saat saya hendak menarik penis saya, Teh Endang menjatuhkan badannya dan memeluk dengan erat, sambil mencium saya, dan kakinya merangkul kedua kaki saya.
“Croott.. crroott.. crroott..”, sperma saya muncrat di dalam vaginanya dengan tertancap sempurna. Seluruh batang penis saya berada di dalam vaginanya. Cairan kami menyatu dan banyak sekali. Terasa hangat batang penis saya.
“Gus di dalem memek Endang ada yang anget-anget.. eehh.. ennak banget rasanya..” Katanya setelah merasakan muncratnya sperma saya di dalam vaginanya.
Langsung saya terbangun dan menarik penis saya. Saya kaget karena kaluarnya sperma si dalam vaginanya. Saya takut apabila Teh Endang dalam masa subur dan akibatnya, HAMIL! Dalam otak saya terbayang apabila Teh Endang hamil maka saya harus bertanggung jawab atas hal itu.
“Gus kamu knapa.. kamu nyesel main sama Endang?”, tanyanya melihat tingkahku yang gugup.
“Teh Endang maaf ya.. tadi keluarnya di dalem.. kan bisa hamil.. maaf saya khilaf.. tapi saya akan bertanggung jawab koq”, kataku menjelaskah dengan tidak pasti.
Teh Endang hanya tersenyum dan menatapku penuh keluguan. Melihat itu saya bertambah gugup dan malu.
“Koq Teh Endang cuma senyum doang, ada yang salah ya?”, kataku keheranan.
“Kamu emang anak yang baek, tapi kamu gak usah kuatir, Endang pake KB loh..”, katanya menjelaskan.
“Kamu lucu yah kalo lagi gugup.. makanya Endang ketawain kamu.. maap ya Gus..”, tambahnya lagi.
Mendengar itu rasanya pikiran saya seperti lega dan akan meledak. Saya baringkan badan saya karena puas atas jawaban Teh Endang dan saya terus membodohi diri sendiri sekaligus menutupi rasa malu saya. Teh Endang menindih badan saya dan mencium dada saya yang bidang lalu kami berdua berciuman mesra. Lalu kami mandi bersama dan di sana kami melakukannya lagi berberapa kali.
Setelah itu kami berdua makan bersama. Teh Endang menyuruh Yuyun memasakkan hidangan nasi goreng yang menurut Teh Endang masakan Yuyun sangat enak. Selama makan Teh Endang bercerita bahwa dia dan teman-teman sebayanya adalah hypersex. Yang lebih gila lagi, teman-temannya rela membayar seorang gigolo untuk memuaskan nafsu mereka. Tetapi Teh Endang tidaklah demikian. Teh Endang lebih berhati-hati dalam memilih teman kencannya dan tidak sembarangan dibandingkan mereka. Dan kadang-kadang teman-temannya sering mengunjungi Teh Endang atau sebaliknya dan rencananya saya akan dikenalkan pada mereka.
Beberapa hari berjalan, saya dan Teh Endang sering melakukan hubungan intim di rumahnya untuk memuaskan nafsu kami berdua. Kadang bila Teh Endang belum pulang, saya menunggunya sambil mendapatkan servis memuaskan dari si Yuyun. Bermacam gaya kami lakukan dan dimanapun tempatnya, di kamar, garasi, ruang tamu, kamar mandi, dapur dan tempat yang kami anggap aman, baik dengan Teh Endang maupun Yuyun.

The post Cerita Sex Yang Mengejutkan Nafsu Birahi appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Cerita Sex Aku Pemuas Nafsu Adik Tanteku

$
0
0

Sudah menjadi cita-citanya sejak kecil untuk bisa duduk di bangku perguruan tinggi. Apalagi kenyataan yang ada di kampungnya, masih dengan mudah dihitung dengan jari orang-orang yang telah duduk di bangku perguruan tinggi. Bukan karena tidak ada kemauan, tetapi dari semua itu dikarenakan kebanyakan dari mereka keluarga yang sangat sederhana dan rata-rata berada digaris kemiskinan. Selain itu jarak antara perguruan tinggi yang ada sangat jauh, sehingga bila ada yang berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi harus berganti mobil angkot minimal lima kali, itu juga dengan bantuan kendaraan roda dua yaitu ojeg.
Sangat beruntung bagi Arie bisa sampai menyelesaikan pendidikan di bangku SMA. Tapi lepas dari SMA kebingungan menyertainya, karena tidak tahu harus bagaimana lagi setelah menyelesaikan pendidikan SMA. Keinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi tetap besar. Namun semua itu tentunya sangat berhubungan dengan biaya. Apalagi kalau kuliahnya harus pulang pergi, tentunya biaya akan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya kuliahnya. Dengan segala kegelisahan yang ada, akhirnya semuanya diceritakan di hadapan kedua orang tuanya. Mereka dengan penuh bijaksana menerangkan semua kemungkinan yang akan terjadi dari kemungkinan kekurangan uang dengan akan menjual sepetak sawah. Sampai dengan alternatif untuk tinggal di rumah kakak ibunya.
Mendengar antusiasnya kedua orang tuanya, membuat semangat Arie bertambah untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Memang keluarganya bisa dikatakan mapan untuk ukuran orang-orang yang ada di kampung itu. Kedua orang tuanya memiliki beberapa petak sawah dan menjadi salah satu tokoh di kampung itu.
“Arie..” sapa ibunya ketika Arie sedang merapikan beberapa pakaian untuk dibawa ke kota. Ini ada surat dari ayahmu untuk Oom di kota nanti. Sebuah surat yang mungkin penegasan dari ayah Arie untuk menyakinkan bahwa anaknya akan tinggal untuk sementara waktu di rumah Oomnya. Sebetulnya orang tua Arie sudah menelepon Tuan Budiman tetapi karena Tuan Budiman dan Arie sangat jarang sekali bertemu maka orang tua Arie memberikan surat penegasan bahwa anaknya akan tinggal di Bandung, di rumah Oomnya untuk sementara waktu.
Oomnya yang bernama Budiman memang paling kaya dari keluarga ibunya yang terdiri dari empat keluarga. Oomnya yang tinggal di Bandung dan mempunyai beberapa usaha dibidang jasa, percetakan sampai dengan sebuah surat kabar mingguan dan juga bisnis lainnya yang sangat berhasil.
Hubungan antara Oomnya yang bernama Budiman dan kedua orang tua Arie sebetulnya tidak ada masalah, hanya karena kedua orang tua Arie yang sering memberikan nasehat karena kelakuan Oomnya yang sering berganti-ganti istri dan akibat dari berganti-ganti istri itu sehingga anak-anaknya tercecer di mana-mana. Menurut ibu Arie, Oomnya telah berganti istri sampai dengan empat kali dan sekarang ia sedang menduda. Dari keempat istri tersebut Budiman dianugerahi empat anak, dua dari istri yang pertama dan duanya lagi dari istri-istri yang kedua dan ketiga sedang dari istri yang keempat Om Budiman tidak mempunyai anak.
Anak Om Budiman yang paling bungsu di bawah Arie dua tahun dan ia masih SMA di Bandung. Jadi usia Om Budiman kira-kira sekarang berada diatas limapuluh tahun.
Sesampainya di kota Bandung yang begitu banyak aktivitas manusia, Arie langsung masuk ke sebuah kantor yang bertingkat tiga. Kedatangannya ke kantor itu disambut oleh kedua satpam yang menyambutnya dengan ramah. Belakangan diketahui namannya Asep dari papan nama yang dikenakan di bajunya.
“Selamat siang Pak,” Tegur Arie kepada salah satu satpam yang ada dua orang.
“Selamat siang Dik, ada yang bisa dibantu,” jawab satpam yang bernama Asep.
“Anu Pak, apa Bapak Budiman ada?”
“Bapak Budiman yang mana Dik,” tegas satpam Asep, karena melihat suatu keraguan bahwa tidak mungkin bosnya ada bisnis dengan anak kecil yang baru berumur dua puluh tahunan.
“Anu Pak, apa ini PT. Rido,” tanya Arie menyusul keraguan satpam. Karena sebetulnya Arie juga belum pernah tahu di mana kantor-kantor Oomnya itu, apalagi bisnis yang digelutinya.
“Iya.. Benar Dik, dan Bapak Budiman itu adalah pemilik perusahaan ini,” tegas satpam Asep menjelaskan tentang keberadaan PT.Rido dan siapa pemiliknya.
“Adik ini siapa,” tanya satpam kepada Arie, sambil mempersilakan duduk di meja lobby bawah.
“Saya Arie Pak, keponakan dari Bapak Budiman dari desa Gunung Heulang.”
“Keponakan,” tegas satpam, sambil terus mengangkat telepon menghubungi Pak Dadi kepercayaan Tuan Budiman.
Selang beberapa menit kemudian Pak Dadi datang menghampiri Arie sambil memberikan selamat datang di kota Bandung. “Arie.. Apa masih ingat sama Bapak,” kata Pak Dadi sambil duduk seperti teman lama yang baru ketemu.
Mimik Arie jadi bingung karena orang yang datang ini ternyata sudah mengenalnya.
“Maaf Pak, Arie Sudah lupa dengan Bapak,” kata Arie sambil terus mengigat-ingat.
Pak Dadi terus menerangkan dirinya, “Saya yang dulu sering mancing bersama Tuan Budiman ketika Arie berumur kurang lebih lima tahun.”
Arie jadi bingung, “Wah, Bapak bisa saja.. mana saya ingat Pak, itu kan sudah bertahun-tahun.”
Selanjutnya obrolan dengan Pak Dadi yang belakangan ini diketahui selain kepercayaan di kantor, ia juga sebagai tangan kanan Tuan Budiman. Bapak Dadi mengetahui apa pun tentang Tuan Budiman. Kadangkala anak Om Budiman sering minta uang pada Pak Dadi bila ternyata Om Budiman sedang keluar kota. Malah belakangan ini Om Budiman membeli sebuah rumah dan di belakangnya dibuat lagi rumah yang tidak kalah besarnya untuk Pak Dadi dan istrinya sedangkan yang depan dipakai oleh istri mudanya yang kurang lebih baru berumur 35 tahun.
“Aduh Dik Arie, Bapak tadi dapat perintah dari Tuan Budiman bahwa ia tidak dapat menemani Dik Arie karena harus pergi ke Semarang untuk urusan bisnis. Dan saya diperintahkan untuk mencukupi keperluan Dik Arie. Nah, sekarang kamu mau langsung pulang atau kita jalan-jalan dulu,” sambung Pak Dadi melihat ekpresi Arie yang sedikit kecewa karena ketakutan akan tempat tinggal. Melihat gelagat itu Pak Dadi langsung berkomentar, “Jangan takut Dik Arie pokoknya kamu tidak akan ada masalah,” tegur Pak Dadi sambil menegaskan akan tidur dimana dan akan kuliah dimana, itu semunya telah diaturnya karena mempunyai uang dan uang sangat berkuasa dibidang apapun.
Mendengar itu Arie menjadi tersenyum, sambil melihat-lihat orang yang berlalu lalang di depanya. Kebetulan pada saat itu jam masuk karyawan sudah dimulai. Begitu banyak karyawati yang cantik-cantik ditambah lagi dengan penampilannya yang mengunakan rok mini. Keberadaan Arie sebagai keponakan dari pemilik perusahan itu sudah tersebar dengan cepatnya. Ditambah lagi dengan postur badan Arie yang atletis dan wajah yang gagah membuat para karyawati semakin banyak yang tersenyum bila melewati Arie dan Pak Dadi yang sedang asyik ngobrol.
Mereka tersenyum ketika bertatap wajah dengan Arie dan ia segaja duduk di lobby depan, meskipun tawaran untuk pindah ke lobby tengah terus dilontarkan oleh Pak Dadi karena takut dimarahi oleh Tuan Budiman. Memang tempat lobby itu banyak orang lalu lalang keluar masuk perusahaan, dan semua itu membuat Arie menjadi betah sampai-sampai lupa waktu karena keasyikan cuci mata.
Keasyikan cuci mata terhenti ketika Pak Dadi mengajaknya pulang dengan mengendarai sebuah mobil sedan dengan merek Mesri terbaru, melaju ke sebuah kawasan villa yang terletak di pinggiran kota Bandung. Sebuah pemukiman elit yang terletak di pinggiran Kota Bandung yang berjarak kurang lebih 17 Km dari pusat kota. Sebuah kompleks yang sangat mengah dan dijaga oleh satpam.
Laju mobil terhenti di depan rumah biru yang berlantai dua dengan halaman yang luas dan di belakangnya terdapat satu rumah yang sama megahnya, kolam renang yang cantik menghiasi rumah itu dan sebagai pembatas antara rumah yang sering didiami Om Budiman dan rumah yang didiami Pak Dadi dan Istrinya. Sedangkan pos satpam dan rumah kecil ada di samping pintu masuk yang diisi oleh Mang Ade penjaga rumah dan istrinya Bi Enung yang selalu menyiapkan makanan untuk Nyonya Budiman. Ketika mobil telah berhenti, dengan sigap Mang Ade membawa semua barang-barang yang ada di bagasi mobil. Satu tas penuh dibawa oleh Mang Ade dan itulah barang-barang yang dibawa Arie. Bi Enung membawa ke ruang tamu sambil menyuruhnya duduk untuk bertemu dengan majikannya.
Pak Dadi yang sejak tadi menemaninya, langsung pergi ke rumahnya yang ada di belakang rumah Om Budiman tetapi masih satu pagar dengan rumah Om Budiman. Pak Dadi meninggalkan Arie, sedangkan Arie ditemani oleh Bi Enung menuju ruang tengah. Setelah Tante Rani datang sambil tersenyum menyapa Arie, Bi Enung pun meninggalkan Arie sambil terlebih dahulu menyuruh menyiapkan air minum untuk Arie.
“Tante sudah menunggu dari tadi Arie,” bisiknya sambil menggenggam tangan Arie tanda mengucapkan selamat datang.
“Sampai-sampai Tante ketiduran di sofa”, lanjut Tante Rani yang pada waktu itu menggunakan rok mini warna Merah. Wajah Tante Rani yang cantik dengan uraian rambut sebahu menampakkan sifatnya yang ramah dan penuh perhatian.
“Tante sudah tahu bahwa Arie akan datang sekarang dan Tante juga tahu bahwa Om Budiman tidak dapat menemanimu karena dia sedang sibuk.”
Obrolan pun mengalir dengan punuh kekeluargaan, seolah-olah mereka telah lama saling mengenal. Tante Rani dengan penuh antusias menjawab segala pertanyaan Arie. Gerakan-gerakan tubuh Tante Rani yang pada saat itu memakai rok mini dan duduk berhadapan dengan Arie membuat Arie salah tingkah karena celana dalam yang berwarna biru terlihat dengan jelas dan gumpalan-gumpalan bulu hitam terlihat indah dan menantang dari balik CD-nya. Paha yang putih dan pinggulnya yang besar membuat kepala Arie pusing tujuh keliling. Meskipun Tante Rani telah yang berumur Kira-kira 35 tahun tapi kelihatan masih seperti gadis remaja.
“Nah, itu Yuni,” kata Tante Rani sambil membawa Arie ke ruang tengah. Terlihat gadis dengan seragam sekolah SMP. Memang ruangan tengah rumah itu dekat dengan garasi mobil yang jumlah mobilnya ada empat buah. Sambil tersenyum, Tante Rani memperkenalkan Arie kepada Yuni. Mendapat teman baru dalam rumah itu Yuni langsung bergembira karena nantinya ada teman untuk ngobrol atau untuk mengerjakan PR-nya bila tidak dapat dikerjakan sendiri. “Nanti Kak Arie tidurnya sama Yuni ya Kak.” Mendapat pertanyaan itu Arie dibuatnya kaget juga karena yang memberikan penawaran tidur itu gadis yang tingginya hampir sama dengan Arie. Adik kakak yang sama-sama mempunyai badan sangat bangus dan paras yang sangat cantik. Lalu Tante Rani menerangkan kelakuan Yuni yang meskipun sudah besar karena badannya yang bongsor padahal baru kelas dua SMP. Mendengar keterangan itu, Arie hanya tersenyum dan sedikit heran dengan postur badannya padahal dalam pikiran Arie, ia sudah menaruh hati pada Yuni yang mempunyai wajah yang cantik dam putih bersih itu.
Setelah selesai berkeliling di rumah Om Budiman dengan ditemani oleh Tante Rani, Arie masuk ke kamarnya yang berdekatan dengan kamar Yuni. Memang di lantai dua itu ada empat kamar dan tiap kamar terdapat kamar mandi. Tante Rani menempati kamar yang paling depan sedangkan Arie memilih kamar yang paling belakang, sedangkan kamar Yuni berhadapan dengan kamar Arie.
Setelah membuka baju yang penuh keringat, Arie melihat-lihat pemandangan belakang rumah. Tanpa sengaja terlihat dengan jelas Pak Dadi sedang memeluk istrinya sambil nonton TV. Tangan kanannya memeluk istrinya yang bermana Astri. Sedangkan tangan kirinya menempel sebatang rokok. Keluarga Pak Dadi dari dulu memang sangat rukun tetapi sampai sekarang belum dikeruniai anak dan menurut salah satu dokter pribadi Om Budiman, Pak Dadi divonis tidak akan mempunyai anak karena di dalam spermanya tidak terdapat bibit yang mampu membuahinya.
Hari-hari selanjutnya Arie semakin kerasan tinggal di rumah Om Budiman karena selain Tante Rani Yang ramah dan seksi, juga kelakuaan Yuni yang menggemaskan dan kadang-kadang membuat batang kemaluan Arie berdiri. Arie semakin tahu tentang keadaan Tante Rani yang sebetulnya sangat kesepian. Kenyataan itu ia ketahui ketika ia dan tantenya berbelanja di suatu toko di pusat kota Bandung yang bernama BIP. Tante Rani dengan mesranya menggandeng Arie, tapi Arie tidak risih karena kebiasaan itu sudah dianggap hal wajar apalagi di depan banyak orang. Tapi yang membuat kaget Arie ketika di dalam mobil, Tante Rani mengatakan bahwa ia sebetulnya tidak bahagia secara batin. Mendengar itu Arie kaget setengah mati karena tidak tahu apa yang harus ia katakan. Tante Rani menceritakan bahwa Om Budiman sekarang itu sudah loyo saat bercinta dengannya.
Arie tambah bingung dengan apa yang harus ia lontarkan karena ia tidak mungkin memberikan kebutuhan itu meskipun selama ini ia sering menghanyalkan bila ia mampu memasukkan burungnya yang besar ke dalam kemaluan Tante Rani. Ketika mobil berhenti di lampu merah, Tante Rani dengan berani tiduran di atas paha Arie sambil terus bercerita tentang kegundahan hatinya selama ini dan dia pun bercerita bahwa cerita ini baru Arie yang mengetahuinya.
Sambil bercerita, lipatan paha Tante Rani yang telentang di atas jok mobil agak terbuka sehingga rok mininya melorot ke bawah. Arie dengan jelas dapat melihat gundukan hitam yang tumbuh di sekitar kemaluan Tante Rani yang terbungkus CD nilon yang sangat transparan itu. Arie menelah ludah sambil terus berusaha menenangkan tantenya yang birahinya mulai tinggi. Ketika Arie akan memindahkan gigi perseneling, secara tidak segaja dia memegang buah dada tantenya yang telah mengeras dan saat itu pula bibir tantenya yang merekah meminta Arie untuk terus merabanya.
Arie menghentikan mobilnya di pinggir jalan menuju rumahnya sambil berkata, “Aku tidak mungkin bisa melakukan itu Tante,” Tante Rani hanya berkata, “Arie, Tolong dong.. Tante sudah tidak kuat lagi ingin gituan, masa Arie tidak kasihan sama Tante.” Tangan Tante Rani dengan berani membuka baju bagian atas dan memperlihatkan buah dadanya yang besar. Terlihat buah dada yang besar yang masih ditutupi oleh BH warna ungu menantang untuk disantap. Melihat Arie yang tidak ada perlawanan, akhirnya Tante Rani memakai kembali bajunya dan duduk seperti semula sambil diam seperti patung sampai tiba di rumah. Perjalanan itu membuat Arie jadi salah tingkah dengan kelakuan tantenya itu.
Kedekatan Arie dengan Yuni semakin menjadi karena bila ada PR yang sulit Yuni selalu meminta bantuan Arie. Pada saat itu Yuni mendapatkan kesulitan PR matematika. Dengan sekonyong-konyong masuk ke kamar Arie. Pada saat itu Ari baru keluar dari kamar mandi sambil merenungkan tentang kelakuannya tadi siang dengan Tante Rani yang menolak melakukan itu. Arie keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benang pun yang menutupinya. Dengan jelas Yuni melihat batang kemaluan Arie yang mengerut kedinginan. Sambil menutup wajah dengan kedua tangannya, Yuni membalikkan badannya. Arie hanya tersenyum sambil berkata, “Mangkanya, kalau masuk kamar ketok pintu dulu,” goda Arie sambil menggunakan celana pendek tanpa celana dalam. Kebiasaan itu dilakukan agar batang kemaluannya dapat bergerak dengan nyaman dan bebas.
Arie bergerak mendekati Yuni dan mencium pundaknya yang sangat putih dan berbulu-bulu kecil. “Ahh, geli Kak Arie.. Kak Arie sudah pake celana yah,” tanya Yuni.
“Belum,” jawab Arie menggoda Yuni.
“Ahh, cepet dong pake celananya. Yuni mau minta tolong Kak Arie mengerjakan PR,” rengek Yuni sambil tangan kirinya meraba belakang Arie.
Melihat rabaan itu, Arie segaja memberikan batang kemaluannya untuk diraba. Yuni hanya meraba-raba sambil berkata, “Ini apa Kak, kok kenyal.” Mendapat rabaan itu batang kemaluan Arie semakin menengang dan dalam pikirannya kalau dengan Yuni aku mau tapi kalau dengan kakakmu meskipun sama-sama cantiknya tapi aku juga masih punya pikiran yang betul, masa tenteku digarap olehku.
Rabaan Yuni berhenti ketika batang kemaluan Arie sudah menegang setengahnya dan ia melepaskan rabaannya dan langsung membalikkan badannya. Arie kaget dan hampir saja tali kolornya yang terbuat dari karet, menjepit batang kemaluannya yang sudah menegang.
Tangan yang tadi digunakan meraba batang kemaluan Arie kembali digunakan menutup wajahnya dan perlahan Yuni membuka tangannya yang menutupi wajahnya dan terlihat Arie sudah memakai celana pendek. “Nah, gitu dong pake celana,” kata Yuni sambil mencubit dada Arie yang menempel di susu kecil Yuni. “Udah dong meluknya,” rintih Yuni sambil memberikan buku Matematikanya.
Saling memeluk antara Arie dan Yuni sudah merupakan hal yang biasa tetapi ketika Arie merasakan kenikmatan dalam memeluk Yuni, Yuni tidak merasakan apa-apa mungkin karena Yuni masih anak ingusan yang badannya saja yang bongsor. Arie langsung naik ke atas ranjang besarnya dan bersandar di bantal pojok ruangan kamar itu. Meskipun ada meja belajar tapi Arie segaja memilih itu karena Yuni sering menindihnya dengan pantatnya sehingga batang kemaluan Arie terasa hangat dibuatnya. Dan memang seperti dugaan Arie, Yuni tiduran di dada Arie. Pada saat itu Yuni menggunakan daster yang sangat tipis dan di atas paha sehingga celana dalam berwarna putih dan BH juga yang warna putih terlihat dengan jelas. Yuni tidak merasa risih dengan kedaan itu karena memang sudah seperti itu hari-hari yang dilakukan bersama Arie.
Sambil mengerjakan PR, pikiran Arie melayang-layang bagaimana caranya agar ia dapat mengatakan kepada Yuni bahwa dirinya sekarang berubah hati menjadi cinta pada Yuni. Tapi apakah dia sudah mengenal cinta soalnya bila orang sudah mengenal cinta biasanya syahwatnya juga pasti bergejolak bila diperlakukan seperti yang sering dilakukan oleh Arie dan Yuni.
PR pertama telah diselesaikan dengan cepat, Yuni terseyum gembira. Terlihat dengan jelas payudara Yuni yang kecil. Pikiran Arie meliuk-liuk membayangkan seandainya ia mampu meraba susu itu tentunya sangat nikmat dan sangat hangat. Ketegangan Arie semakin menjadi ketika batang kemaluannya yang tanpa celana dalam itu tersentuh oleh pinggul Yuni yang berteriak karena masih ada PR-nya yang belum terisi. Memang posisi Arie menerangkan tersebut ada di bawah Yuni dan pinggul Yuni sering bergerak-gerak karena sifatnya yang agresif.
Gerakan badan Yuni yang agresif itu membuat paha putihnya terlihat dengan jelas dan kadangkala gumpalan kemaluannya terlihat dengan jelas hanya terhalang oleh CD yang berwarna putih. Hal itu membuat nafas Arie naik turun. Yuni tidak peduli dengan apa yang terjadi pada batang kemaluan Arie, malah Yuni semakin terus bermanja-manja dengan Arie yang terlihat bermalas-malasan dalam mengerjakan PR-nya itu. Pikiran Arie semakin kalang kabut ketika Yuni mengerak-gerakkan badan ke belakang yang membuat batang kemaluannya semakin berdiri menegang. Dengan pura-pura tidak sadar Arie meraba gundukan kemaluan Yuni yang terbungkus oleh CD putih. Bukit kemaluan Yuni yang hangat membuat Arie semakin bernafsu dan membuat nafasnya semakin terengah-engah.
“Kak cepat dong kerjakan PR yang satunya lagi. Yang ini, yang nomor sepuluh susah.”
Arie membalikkan badannya sehingga bukit kemaluan Yuni tepat menempel di batang kemaluan Arie. Dalam keadaan itu Yuni hanya mendekap Arie sambil terus berkata, “Tolong ya Kak, nomor sepuluhnya.”
“Boleh, tapi ada syaratnya,” kata Arie sambil terus merapatkan batang kemaluannya ke bukit kemaluan Yuni yang masih terbungkus CD warna Putih. Pantat Yuni terlihat dengan jelas dan mulai merekah membentuk sebuah badan seorang gadis yang sempurna, pinggul yang putih membuat Arie semakin panas dingin dibuatnya. Yuni hanya bertanya apa syaratnya kata Yuni sambil mengangkat wajahnya ke hadapanya Arie. Dalam posisi seperti itu batang kemaluan Arie yang sudah menegang seakan digencet oleh bukit kemaluan Yuni yang terasa hangat. Arie tidak kuat lagi dengan semua itu, ia langsung mencium mulut Yuni. Yuni hanya diam dan terus menghidar ciuman itu. “Kaak… apa dong syaratnya”, kata Yuni manja agresif menggerak-gerakkan badannya sehingga bukit kemaluannya terus menyentuh-nyentuh batang kemaluan Arie. Gila anak ini belum tahu apa- apa tentang masalah seks. Memang Yuni tidak merasakan apa-apa dan ia seakan-akan bermain dengan teman wanitanya tidak ada rasa apa pun. “Syaratnya kamu nanti akan kakak peluk sepuasnya.”
Mendengar itu Yuni hanya tertawa, suatu syarat yang mudah, dikirain harus pus-up 1000 kali. Konsenterasi Arie dibagi dua yang satu terus mendekatkan batang kemaluannya agar tetap berada di bawah bukit kemaluan Yuni yang sering terlepas karena Yuni yang banyak bergerak dan satunya lagi berusaha menyelesaikan PR-matematikanya. Yuni terus mendekap badan Arie sambil kadang-kadang menggerakkan lipatan pahanya yang menyetuh paha Arie.
Setelah selesai mengerjakan PR-nya, Arie menggerak-gerakkan pantatnya sehingga berada tepat di atas bukit kemaluan Yuni. Arie semakin tidak tahan dengan kedaaan itu dan langsung meraba-raba pantat Yuni. Ketika Arie akan meraba payudara Yuni. Yuni bangkit dan terus melihat ke wajah Arie, sambil berkata, “PR-nya sudah Kaak.. Arie,” sambil Menguap.
Melihat PR-nya yang sudah dikerjakan Arie, Yuni langsung memeluk Arie erat-erat seperti memeluk bantal guling karena syaratnya itu. Kesempatan itu tidak dilewatkan oleh Arie begitu saja, Arie langsung memeluk Yuni berguling-guling sehingga Yuni sekarang berada di bawah Arie. Mendapat perlakuan yang kasar dalam memeluk itu Yuni berkata, “Masa Kakak meluk Yuni nggak bosan-bosan.” Berbagai alasan Arie lontarkan agar Yuni tetap mau di peluk dan akhirnya akibat gesekan-gesekan batang kemaluan Arie bergerak-gerak seperti akan ada yang keluar, dan pada saat itu Yuni berhasil lepas dari pelukan Arie sambil pergi dan tidak lupa melenggokkan pantatnnya yang besar sambil mencibirkan mulutnya.
“Aduh, Gila si Yuni masih tidak merasakan apa-apa dengan apa yang barusan saya lakukan,” guman Arie dalam hati sambil terus memengang batang kemaluannya. Arie berusaha menetralisir batang kemaluannya agar tidak terlalu tegang. “Tenang ya jago, nanti kamu juga akan menikmati kepunyaan Yuni cuma tinggal waktu saja. Nanti saya akan pura-pura memberikan pelajaran Biologi tentang anatomi badan dan di sanalah akan saya suruh buka baju. Masa kalau sudah dibuka baju masih belum terangsang.”
Arie memang punya prinsip kalau dalam berhubungan badan ia tidak mau enak sediri tapi harus enak kedua-duanya. Itulah pola pikir Arie yang terus ia pertahankan. Seandainya ia mau tentunya dengan gampang ia memperkosa Yuni.
Ketegangan batang kemaluan Arie terus bertambah besar tidak mau mengecil meskipun sudah diguyur oleh air. Untuk menghilangkan kepenatan Arie keluar kamar sambil membakar sebatang rokok. Ternyata Tante Rani masih ada di ruang tengah sambil melihat TV dan meminum susu yang dibuatnya sendiri. Tante Rani yang menggunakan daster warna biru dengan rambut yang dibiarkan terurai tampak sangat cantik malam itu. Lekukan tubuhnya terlihat dengan jelas dan kedua payuadaranya pun terlihat dengan jelas tanpa BH, juga pahanya yang putih dan mulus terpampang indah di hadapannya. Keadaan itu terlihat karena Tante Rani duduk di sofa yang panjang dengan kaki yang putih menjulur ke depan.
Ketenganan Arie semakin memuncak melihat keidahan tubuh Tante Rani yang sangat seksi dan mulus itu.
“Kamu kenapa belum tidur Ari,” kata Tante Rani sambil menuangkan segelas air susu untuk Arie.
“Anu Tante, tidak bisa tidur,” balas Arie dengan gugup.
Memang Tante Rani yang cantik itu tidak merasa canggung dengan keberadaan Arie, ia tidak peduli dengan keberaan Ari malah ia segaja memperlihatkan keindahan tubuhnya di hadapan Arie yang sudah sangat terangsang.
“Maaf ya, Tante tadi siang telah berlaku kurang sopan terhadap Arie.”
“Tidak apa-apa Tante, Arie mengerti tentang hal itu,” jawab Arie sambil terus menahan gejolak nafsunya yang sudah diluar batas normal ditambah lagi dengan perlakuan Yuni yang membuat batang kemaluannya semakin menegang tidak tentu arah.
“Oom ke mana Tante, kok tidak kelihatan,” tanya Arie mengisi perbincangan.
“Kamu tidak tahu, Oom kan sedang ke Bali mengurus proyek yang baru,” jawab Tante Rani.
Memang Om Budiman sangat jarang sekali ada di rumah dan itu membuat Ari semakin tahu akan kebutuhan batin Tante Rani, tapi itu tidak mungkin dilakukannya dengan tantenya.
Arie dan Tante Rani duduk di sofa yang besar sambil sesekali tubuhnya digerak-gerakkan seperti cacing kepanasan. Tak diduga sebelumnya oleh Arie, Tante Rani membuka dasternya yang menutupi paha putihnya yang putih bersih sambil menggaruk-garukkan tangannya di seputar gundukan kemaluannya. Mata Arie melongo tidak percaya. Dua kali dalam satu hari ia melihat paha Tante Rani, tapi yang ini lebih parah dari yang tadi siang di dalam mobil, sekarang Tante Rani tidak menggunakan celana dalam. Kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu yang hitam tersingkap dengan jelas dan tangan Tante Rani terus menggaruk-garuk di seputar kemaluannya itu karena merasa ada yang gatal.
Melihat itu Arie semakin gelisah dan tidak enak badan ditambah lagi dengan ketegangan di batang kemaluannya yang semakin menegang.
“Kamu kenapa Arie,” tanya Tante Rani yang melihat wajah Arie keluar keringat dingin.
“Nggak Tante, Arie cuma mungkin capek,” balas Arie sambil terus sekali-kali melihat ke pangkal paha putih milik Tante Rani.
Setelah merasa agak baikan di sekitar kemaluannya, Tante Rani segaja tidak menutup pahanya, malah ia duduk bersilang sehingga terlihat dengan jelas pangkal pahanya dan kemaluannya yang merekah. Melihat Arie semakin menegang, Tante Rani tersenyum dan mempersilakan Arie untuk meminum susu yang dituangkan di dalam gelas itu.
Ketegangan Arie semakin memuncak dan Arie tidak berani kurang ajar pada tantenya meskipun tahu bahwa tantenya segaja memperlihatkan kemulusan pahanya itu. “Tante, saya mau ke paviliun belakang untuk mencari udara segar.” Melihat Arie yang sangat tegang itu Tante Rani hanya tersenyum, dalam pikirannya sebentar lagi kamu akan tunduk padaku dan akan meminta untuk tidur denganku.
Sebelum sampai ke paviliun belakang Arie jalan-jalan dulu di pinggiran kolam lalu ia duduk sambil melihat kolam di depannya. Sambil terus berusaha menahan gejolaknya antara menyetubuhi tantenya atau tidak. Sambil terus berpikir tentang kejadian itu. Tidak segaja ia mendegar rintihan dari belakang yang kebetulan kamar Pak Dadi. Arie terus mendekati kamar Pak Dadi yang kebetulan dekat dengan Paviliun. Arie mengendus-endus mendekati jendela dan ternyata jendelanya tidak dikunci dan dengan mudah Arie dapat melihat adegan suami istri yang sedang bermesraan.
Di dalam kamar yang berukuran cukup besar itu, Arie melihatnya leluasa karena hanya terhalang oleh tumpukan pakaian yang digantung dekat jendela itu. Di dalamnya ternyata Pak Dadi dengan istrinya sedang bermesraan. Istri Pak Dadi yang bernama Astri sedang asyik mengulum batang kejantanan Pak Dadi dengan lahapnya. Dengan penuh birahi Astri terus melahap dan mengulum batang kemaluan Pak Dadi yang ukurannya lebih kecil dari ukuran yang dimiliki Arie. Astri terus mengulum batang kemaluan Pak Dadi. Posisi Pak Dadi yang masih menggunakan pakaian dan celananya yang telah melorot ada di lantai dengan posisi duduk terus mengerang-erang kenikmatan yang tiada bandingnya sedangkan Astri jongkok di lantai. Terlihat Astri menggunakan CD warna hitam dan BH warna hitam. Erangan-erangan Pak Dadi membuat batang kemaluan Pak Dadi semakin mesra di kulum oleh Astri.
Dengan satu gerakan Astri membuka daster yang dipakainya karena melihat suaminya sudah kewalahan dengan kulumannya. Terlihat dengan jelas buah dada yang besar masih ditutupi BH hitamnya. Pak Dadi membantu membuka BH-nya dan dilanjutkan dengan membuka CD hitam Astri. Astri yang masih melekat di bandan Pak Dadi meminta Pak Dadi supaya duduk di samping ranjang. Lalu Pak Dadi menyuruh Astri telentang di atas ranjang dan pantatnya diganjal oleh bantal sehingga dengan jelas terlihat bibir kemaluan Astri yang merah merekah menantang kejantanan Pak Dadi.
Sebelum memasukkan batang kemaluannya, Pak Dadi mengoleskan air ludahnya di permukaan bukit kemaluan Astri. Dengan kaki yang ada di pinggul Pak Dadi, Astri tersenyum melihat hasil karyanya yaitu batang kemaluan suaminya tercinta telah mampu bangkit dan siap bertempur. Dengan perlahan batang kemaluan Pak Dadi dimasukkan ke dalam liang kemaluan Astri, terlihat Astri merintih saat merasakan kenikmatan yang tiada tara, kepala Astri dibolak-balikkan tanpa arah dan tangannya terus meraba-raba dada Pak Dadi dan sekali-kali meraba buah dadanya. Memang beradunya batang kemaluan Pak Dadi dengan liang senggama Astri terasa cukup lancar karena ukurannya sudah pas dan kegiatan itu sering dilakukannya. Erangan-erangan Astri dan Pak Dadi membuat tubuh Arie semakin Panas dingin, entah sudah berapa menit lamanya Tante Rani memainkan kemaluan Arie yang sudah menegang, ia tersenyum ketika tahu bahwa di belakangnya ada orang yang sedang memegang kemaluannya.
“Tante, kapan Tante datang”, suara Arie perlahan karena takut ketahuan oleh Pak Dadi sambil berusaha menjauh dari tempat tidur Pak Dadi. Tangan Tante Rani terus menggandeng Arie menuju ruang tengah sambil tangannya menyusup pada kemaluan Arie yang sudah menegang sejak tadi. Sesampainya di ruang tengah, Arie duduk di tempat yang tadi diduduki Tante Rani, sementara Tante Rani tiduran telentang sambil kepalanya ada seputar pangkal paha Arie dengan posisi pipi kanannya menyentuh batang kemaluan Arie yang sudah menegang.
“Kamu kok orang yang sedang begituan kamu intip, nanti kamu jadi panas dingin dan kalau sudah panas dingin susah untuk mengobatinya. Untung saja kamu tadi tidak ketahuan oleh Pak Dadi kalau kamu ketahuan kamu kan jadi malu. Apalagi kalau ketahuan sama Oommu bisa-bisa Tante ini, juga kena marah.” Tante Rani memberikan nasehat-nasehat yang bijak sambil kepalanya yang ada diantara kedua selangkangan Arie terus digesek-gesek ke batang kemaluan Arie. “Tante tahu kamu sekarang sudah besar dan kamu juga tahu tentang kehidupan seks. Tapi kamu pura-pura tidak mau,” goda Tante Rani, “Dan kamu sudah tahu keinginan Tantemu ini, kamu malah mengintip kemesraan Pak Dadi,” nasehat-nasehat itu terus terlontar dari bibir yang merah merekah, dilain pihak pipi kirinya digesek-gesekkan pada batang kemaluan Arie.
Arie semakin tidak dapat lagi menahan gejolak yang sangat tinggi dengan tekanan voltage yang berada diluar batas kemanusiaan. “Tante jangan gitu dong, nanti saya jadi malu sama Tante apalagi nanti kalau oom sampai tahu.” Mendengar elakan Arie, Tante Rani malah tersenyum, “Dari mana Oommu tahu kalau kamu tidak memberitahunya.”
Gila, dalam pikiraanku mana mungkin aku memberitahu Oomku. Gerakan kepala Tante Rani semakin menjadi ditambah lagi kaki kirinya diangkat sehingga daster yang menutupi kakinya tersingkap dan gundukan hitam yang terawat dengan bersih terlihat merekah. Bukit kemaluan Tante Rani terlihat dengan jelas dengan ditumbuhi bulu-bulu yang sudah dicukur rapi sehingga terlihat seperti kemaluan gadis seumur Yuni.
Arie sebetulnya sudah tahu akan keinginan Tante Rani. Tapi batinnya mengatakan bahwa dia tidak berhak untuk melakukannya dengan tantenya yang selama ini baik dan selalu memberikan kebutuhan hidupnya. Tanpa disadari tantenya sudah menaikkan celana pendeknya yang longgar sehingga kepala batang kemaluan Arie terangkat dengan bebas dan menyentuh pipi kirinya yang lebut dan putih itu. Melihat Keberhasilanya itu Tante Rani membalikkan badan dan sekarang Tante Rani telungkup di atas sofa dengan kemaluannya yang merekah segaja diganjal oleh bantal sofa.
Tangan Tante Rani terus memainkan batang kemaluan Arie dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. “Aduh punya kamu ternyata besar juga,” bisik Tante Rani mesra sambil terus memainkan batang kejantanan Arie dengan kedua tangannya. “Masa kamu tega sama Tante dengan tidak memberikan reaksi apa pun Riee,” bisik Tante Rani dengan nafas yang berat. Mendengar ejekan itu hati Arie semakin berontak dan rasanya ingin menelan tubuh molek di depannya bulat-bulat dan membuktikan pada tantenya itu bahwa saya sebetulnya bisa lebih mampu dari Pak Dadi.
Mulut Tante Rani yang merekah telah mengulum batang kemaluan Arie dengan liarnya dan terlihat badan Tante Rani seperti orang yang tersengat setrum ribuan volt. “Ayoo doong Riee, masa kamu akan menyiksa Tante dengan begini… ayo dong gerakin tanganmu.” Kata-kata itu terlontar sebanyak tiga kali. Sehingga tangan Arie semakin berani menyentuh pantatnya yang terbuka. Dengan sedikit malu-malu tapi ingin karena sudah sejak tadi batang kemaluan Ari menegang. Arie mulai meraba-saba pantatnya dengan penuh kasih sayang.
Mendapakan perlakuan seperti itu, Tante Rani terus semakin menggila dan terus mengulum kepuyaan Arie dengan penuh nafsu yang sudah lama dipendam. Sedotan bibir Tante Rani yang merekah itu seperti mencari sesuatu di dalam batang kemaluan Arie. Mendapat serangan yang sangat berapi-api itu akhirnya Arie memutar kaki kirinya ke atas sehingga posisi Arie dan tantenya seperti huruf T.
Tangan Arie semakin berani mengusap-usap pinggul tantenya yang tersingkap dengan jelas. Daster tantenya yang sudah berada di atas pinggulnya dan kemaluan tantenya dengan lincah menjepit bantal kecil sofa itu. “Ahkkk, nikmat..” Tantenya mengerang sambil terus merapatkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu sambil menghentikan sementara waktu kulumannya. Ketika ia merasakan akan orgasme. “Arie… Tante sudah tidak tahan lagi nich..” diiringi dengan sedotan yang dilakukan oleh tantenya itu karena tantenya ternyata sangat mahir dalam mengulum batang kemaluannya sementara tangannya dengan aktif mempermainkan sisi-sisi batang kemaluan Arie sehingga Arie dibuatnya tidak berdaya.
“Aduh . aduh.. Tante nikmat sekalii…” erang tantenya semakin menjadi-jadi. Hampir tiga kali Tante Rani merintih sambil mengerang. “Aduuh Rieee.. terus tekan-tekan pantat Tante..” desah Tante Rani sambil terus menggesek-gesekkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu. Arie meraba kemaluan tantenya, ternyata kemaluan Tante Rani sudah basah oleh cairan-cairan yang keluar dari liang kewanitaannya. “Ariee… nah itu terus Riee.. terus..” erang Tante Rani sambil tidak henti-hentinya mengulum batang kemaluan Arie.
“Kamu kok kuat sekali Riee,” bisik tante rRni dengan nafas yang terengah-engah sambil terus mengulum batang kemaluan Arie. Tante Rani setengah tidak percaya dengan kuluman yang dilakukannya karena belum mampu membuat Arie keluar sperma. Arie berguman, “Belum tahu dia, ini belum seberapa. Tante pasti sudah keluar lebih dari empat kali terbukti dengan bantal yang digunakan untuk mengganjal liang kewanitaannya basah dengan cairan yang keluar seperti air hujan yang sangat deras.”
Melihat batang kemaluan Arie yang masih tegak Tante Rani semakin bernafsu, ia langsung bangkit dari posisi telungkup dengan berdiri sambil berusaha membuka baju Arie yang masih melekat di badannya. “Buka yaa Sayang bajunya,” pinta Tante Rani sambil membuka baju Arie perlahan namun pasti. Setelah baju Arie terbuka, Tante Rani membuka juga celana pendek Arie agar posisinya tidak terganggu.
Lalu Tante Rani membuka dasternya dengan kedua tangannya, ia sengaja memperlihatkan keindahan tubuhnya di depan Arie. Melihat dua gunung yang telah merekah oleh gesekan sofa dan liang kewanitaan tantenya yang merah ranum akibat gesekan bantal sofa, Ari menelan ludah. Ia tidak membayangkan ternyata tantenya mempunyai tubuh yang indah. Ditambah lagi ia sangat terampil dalam memainkan batang kemaluan laki-laki.
Masih dengan posisi duduk, tantenya sekarang ada di atas permadani dan ia langsung menghisap kembali batang kemaluan Arie sambil tangannya bergantian meraba-raba sisi batang kemaluan Arie dan terus mengulumnya seperti anak kecil yang baru mendapatkan permen dengan penuh gairah. Dengan bantuan payudaranya yang besar, Tante Rani menggesek-gesek payudaranya di belahan batang kemaluan Arie. Dengan keadaan itu Arie mengerang kuat sambil berkata, “Aduh Tante.. terus Tante..” Mendengar erangan Arie, Tante Rani tersenyum dan langsung mempercepat gesekannya. Melihat Arie yang akan keluar, Tante Rani dengan cepat merubah posisi semula dengan mengulum batang kemaluan dengan sangat liar. Sehingga warna batang kemaluan Arie menjadi kemerah-merahan dan di dalam batang kemaluannya ada denyutan-denyutan yang sangat tidak teratur. Arie menahan nikmat yang tiada tara sambil berkata, “Terus Tante.. terus Tante..”, Dan Arie pun mendekap kepala tantenya agar masuk ke dalam batang kemaluannya dan semprotan yang maha dahsyat keluar di dalam mulut Tante Rani yang merekah. Mendapatkan semburan lahar panas itu, Tante Rani kegirangan dan langsung menelannya dan menjilat semua yang ada di dalam batang kemaluan Arie yang membuat Arie meraung-raung kenikmatan. Terlihat dengan jelas tantenya memang sudah berpengalaman karena bila sperma sudah keluar dan batang kemaluan itu tetap disedotnya maka akan semakin nikmat dan semakin membuat badan menggigil.
Melihat itu Tante Rani semakin menjadi-jadi dengan terus menyedot batang kemaluan Arie sampai keluar bunyi slurp…, slurp…, akibat sedotannya. Setelah puas menjilat sisa-sisa mani yang menempel di batang kemaluan Arie, lalu Tante Rani kembali mengulum batang kejantanan Arie dengan mulutnya yang seksi.
Melihat batang kemaluan Arie yang masih memberikan perlawanan, Tante Rani bangkit sambil berkata, “Gila kamu Rieee.. kamu masih menantang tantemu ini yaah.. Tante sudah keluar hampir empat kali kamu masih menantangnya.” Mendengar tantangan itu, Arie hanya tersenyum saja dan terlihat Tante Rani mendekat ke hadapan Arie sambil mengarahkan liang kewanitaannya untuk melahap batang kemaluan Arie. Sebelum memasukkan batang kemaluan Arie ke liang kewanitaannya, Tante Rani terlebih dahulu memberikan ciuman yang sangat mesra dan Arie pun membalasnya dengan hangat. Saling pagut terjadi untuk yang kedua kalinya, lidah mereka saling bersatu dan saling menyedot. Tante Rani semakin tergila-gila sehingga liang kewanitaannya yang tadinya menempel di atas batang kemaluan Arie sekarang tergeser ke belangkang sehingga batang kemaluan Arie tergesek-gesek oleh liang kewanitaannya yang telah basah itu.
Mendapat perlakuan itu Arie mengerang kenikmatan. “Aduuh Tante…” sambil melepaskan pagutan yang telah berjalan cukup lama. “Clepp…” suara yang keluar dari beradunya dua surga dunia itu, perlahan namun pasti Tante Rani mendorongnya masuk ke lembah surganya. Dorongan itu perlahan-lahan membuat seluruh urat nadi Arie bergetar. Mata Tante Rani dipejamkan sambil terus mendorong pantatnya ke bawah sehingga liang kewanitaan Tante Rani telah berhasil menelan semua batang kemaluan Arie. Tante Rani pun terlihat menahan nikmat yang tiada tara.
“Arieee…” rintihan Tante Rani semakin menjadi ketika liang senggamanya telah melahap semua batang kemaluan Arie. Tante Rani diam untuk beberapa saat sambil menikmati batang kemaluan Arie yang sudah terkubur di dalam liang kewanitaannya.
“Riee, Tante sudah tidak kuat lagi… Sayang..” desah Tante Rani sambil menggerakan-gerakkan pantatnya ke samping kiri dan kanan. Mulut tantenya terus mengaduh, mengomel sambil terus pantatnya digeser ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan permainan itu Arie mendesir, “Aduh Tante… terus Tante..” mendengar itu Tante Rani terus menggeser-geserkan pantatnya. Di dalam liang senggama tantenya ada tarik-menarik antara batang kemaluan Arie dan liang kewanitaan tantenya yang sangat kuat, mengikat batang kemaluan Arie dengan liang senggama Tante Rani. Kuatnya tarikan itu dimungkinkan karena ukuran batang kemaluan Arie jauh lebih besar bila dibandingkan dengan milik Om Budiman.
Goyangan pantatnya semakin liar dan Arie mendekap tubuh tantenya dengan mengikuti gerakannya yang sangat liar itu. Kucuran keringat telah berhamburan dan beradunya pantat Tante Rani dengan paha Arie menimbulkan bunyi yang sangat menggairahkan, “Prut.. prat.. pret..” Tangan Arie merangkul tantenya dengan erat. Pergerakan mereka semakin liar dan semakin membuat saling mengerang kenikmatan entah berapa kali Tante Rani mengucurkan cairan di dalam liang kewanitaannya yang terhalang oleh batang kemaluan Arie. Tante Rani mengerang kenikmatan yang tiada taranya dan puncak dari kenikmatan itu kami rasakan ketika Tante Rani berkata di dekat telingan Arie. “Arieee…” suara Tante Rani bergetar, “Kamu kalau mau keluar, kita keluarnya bareng-bareng yaaah”. “Iya Tante…” jawab Arie.
Selang beberapa menit Arie merasakan akan keluar dan tantenya mengetahui, “Kamu mau keluar yaaa.” Arie merangkul Tante Rani dengan kuatnya tetapi kedua pantatnya masih terus menusuk-nusuk liang kewanitaan Tantenya, begitu juga dengan Tante Rani rangkulanya tidak membuat ia melupakan gigitannya terhadap batang kemaluan Arie. Sambil terus merapatkan rangkulan. Suara Arie keluar dengan keras, “Tanteee.. Tanteee..” dan begitu juga Tante Rani mengerang keras, “Rieee…”. Sambil keduanya berusaha mengencangkan rangkulannya dan merapatkan batang kemaluan dan liang kewanitaannya sehingga betul-betul rapat membuat hampir biji batang kemaluan Arie masuk ke dalam liang senggama Tante Rani.
Akhirnya Arie dan Tante Rani diam sesaat menikmati semburan lahar panas yang beradu di dalam liang sorga Tante Rani. Masih dalam posisi Tante Rani duduk di pangkuan Arie. Tante Rani tersenyum, “Kamu hebat Arie seperti kuda binal dan ternyata kepunyaan kamu lebih besar dari suaminya dan sangat menggairahkan.”
“Kamu sebetulnya sudah tahu keinginan Tante dari dulu ya, tapi kamu berusaha mengelaknya yaa..” goda Tante Rani. Arie hanya tersenyum di goda begitu. Tante Rani lalu mencium kening Arie. Kurang lebih Lima menit batang kemaluan Arie yang sudah mengeluarkan lahar panas bersemayam di liang kewanitaan Tante Rani, lalu Tante Rani bangkit sambil melihat batang kemaluan Arie. Melihat batang kemaluan Arie yang mengecil, Tante Rani tersenyum gembira karena dalam pikirannya bila batang kemaluannya masih berdiri maka ia harus terus berusaha membuat batang kemaluan Arie tidak berdiri lagi. Untuk menyakinkannya itu, tangan Tante Rani meraba-raba batang kemaluan Arie dan menijit-mijitnya dan ternyata setelah dipijit-pijit batang kemaluan Arie tidak mau berdiri lagi.
“Aduh untung batang kemaluanmu Rieee… tidak hidup lagi,” bisik Tante Rani mesra sambil berdiri di hadapan Arie, “Soalnya kalau masih berdiri, Tante sudah tidak kuat Rieee” lanjutnya sambil tersenyum dan Duduk di sebelah Arie. Sesudah Tante Rani dan Arie berpanutan mereka pun naik ke atas dan masuk kamar-masing-masing.
Pagi-pagi sekali Arie bangun dari tempat tidur karena mungkin sudah kebiasaannya bangun pagi, meskipun badannya ingin tidur tapi matanya terus saja melek. Akhirnya Arie jalan-jalan di taman untuk mengisi kegiatan agar badannya sedikit segar dan selanjutnya badannya dapat diajak untuk tidur kembali karena pada hari itu Arie tidak ada kuliah. Kebiasaan lari pagi yang sering dilakukan diwaktu pagi pada saat itu tidak dilakukannya karena badannya terasa masih lemas akibat pertarungan tadi malam dengan tantenya.
Lalu Arie pun berjalan menuju kolam, tidak dibanyangkan sebelumnya ternyata Tante Rani ada di kolam sedang berenang. Tante Rani mengenakan celana renang warna merah dan BH warna merah pula. Melihat kedatangan Arie. Tante Rani mengajaknya berenang. Arie hanya tersenyum dan berkata, “Nggak ah Tante, Saya malas ke atasnya.” Mendapat jawaban itu, Tante Rani hanya tersenyum, soalnya Tante Rani mengetahui Arie tidak menggunakan celana renang. “Sudahlah pakai celana dalam aja,” pinta Tante Rani. Tantenya yang terus meminta Arie untuk berenang. Akhirnya iapun membuka baju dan celana pendeknya yang tinggal melekat hanya celana dalamnya yang berwarna biru.
Celana dalam warna biru menempel rapat menutupi batang kemaluan Arie yang kedinginan. Loncatan yang sangat indah diperlihatkan oleh Arie sambil mendekati Tante Rani, yang malah menjauh dan mengguyurkan air ke wajah Arie. Sehingga di dalam kolam renang itu Tante Rani menjadi kejaran Arie yang ingin membalasnya. Mereka saling mengejar dan saling mencipratkan air seperti anak kecil. Karena kecapaian, akhinya Tante Rani dapat juga tertangkap. Arie langsung memeluknya erat-erat, pelukan Arie membuat Tante Rani tidak dapat lagi menghindar.
“Udah akh Arie.. Tante capek,” seru mesra Tante Rani sambil membalikkan badannya. Arie dan Tante Rani masih berada di dalam genangan kolam renang. “Kamu tidak kuliah Rieee,” tanya Tante Rani. “Tidak,” jawab Arie pendek sambil meraba bukit kemaluan Tante Rani. Terkena rabaan itu Tante Rani malah tersenyum sambil memberikan ciuman yang sangat cepat dan nakal lalu dengan cepatnya ia melepaskan ciuman itu dan pergi menjauhi Arie. Mendapatkan perlakuan itu Arie menjadi semakin menjadi bernafsu dan terus memburu tantenya. Dan pada akhirnya tantenya tertangkap juga. “Sudah ah… Tante sekarang mau ke kantor dulu,” kata Tante Rani sambil sedikit menjauh dari Arie.
Ketika jaraknya lebih dari satu meter Tante Rani tertawa geli melihat Arie yang celana dalamnya telah melorot di antara kedua kakinya dengan batang kemaluannya yang sudah bangkit dari tidurnya. “Kamu tidak sadar Arie, celana dalammu sudah ada di bawah lutut..” Mendengar itu Arie langsung mendekati Tante Rani sambil mendekapnya. Tante Rani hanya tersenyum. “Kasihan kamu, adikmu sudah bangun lagi, tapi Tante tidak bisa membantumu karena Tante harus sudah pergi,” kata Tante Rani sambil meraba batang kemaluan Arie yang sudah menegang kembali.
Mendengar itu Arie hanya melongo kaget. “Akhh, Tante masa tidak punya waktu hanya beberapa menit saja,” kata Arie sambil tangannya berusaha membuka celana renang Tante Rani yang berwarna merah. Mendapat perlakuan itu Tante Rani hanya diam dan ia terus mencium Arie sambiil berkata, “Iyaaa deh.. tapi cepat, yaa.. jangan lama-lama, nanti ketahuan orang lain bisa gawat.”
Tante Rani membuka celana renangnya dan memegangnya sambil merangkul Arie. Batang kemaluan Arie langsung masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Rani yang sudah dibuka lebar-lebar dengan posisi kedua kakinya menempel di pundak Arie. Beberapa detik kemudian, setelah liang kewanitaan Tante Rani telah melahap semua batang kemaluan Arie dan dirasakannya batang kemaluan Arie sudah menegang. Tante Rani menciumnya dengan cepat dan langsung mendorong Arie sambil pergi dan terseyum manis meninggalkan Arie yang tampak kebingungan dengan batang kemaluannya yang sedang menegang.
Mendapat perlakuan itu Arie menjadi tambah bernafsu kepada Tante Rani, dan ia berjanji kalau ada kesempatan lagi ia akan menghabisinya sampai ia merasa kelelahan. Lalu Arie langsung pergi meninggalkan kolam itu untuk membersihkan badannya.
Setelah di kamar, Arie langsung membuka semua bajunya yang menjadi basah itu, ia langsung masuk kamar mandi dan menggosok badan dengan sabun. Ketika akan membersihkan badannya, air yang ada di kamar mandinya ternyata tidak berjalan seperti biasanya. Dan langsung Arie teringat akan keberadaan kamar Yuni. Arie lalu pergi keluar kamar dengan lilitan handuk yang menempel di tubuhnya. Wajahnya penuh dengan sabun mandi. “Yuni.. Yuni.. Yuni..” teriak Arie sambil mengetuk pintu kamar Yuni. “Masuk Kak Ariee, tidak dikunci.” balas Yuni dari dalam kamar.
Didapatinya ternyata Yuni masih melilitkan badan dengan selimut dengan tangannya yang sedang asyik memainkan kemaluannya. Permainan ini baru didapatkannya ketika ia melihat adegan tadi malam antara kakaknya dengan Arie dan kejadian itu membuat ia merasakan tentang sesuatu yang selama ini diidam-idamkan oleh setiap manusia.
“Ada apa Kak Arie,” kata Yuni sambil terus berpura-pura menutup badannya dengan selimut karena takut ketahuan bahwa dirinya sedang asyik memainkan kemaluannya yang sudah membasah sejak tadi malam karena melihat kejadiaan yang dilakukan kakaknya dengan Arie. “Anu Yuni.. Kakak mau ikut mandi karena kamar mandi Arie airnya tidak keluar.” Memang Yuni melihat dengan jelas bahwa badan Arie dipenuhi oleh sabun tapi yang diperhatikan Yuni bukannya badan tapi Yuni memperhatikan diantara selangkangannya yang kelihatan mencuat.
Iseng-iseng Yuni menanyakan tentang apa yang mengganjalnya dalam lilitan handuk itu. Mendengar pertanyaan itu niat Arie yang akan menerangkan tentang biologi ternyata langsung kesampaian dan Arie pun langsung memperlihatkannya sambil memengang batang kemaluannya, “Ini namanya penis.. Sayang,” kata Arie yang langsung menuju kamar mandi karena melihat Yuni menutup wajahnya dengan selimut.
Melihat batang kemaluan Arie yang sedang menegang itu Yuni membayangkan bila ia mengulumnya seperti yang dilakukan kakaknya. Keringat dingin keluar di sekujur tubuh Yuni yang membayangkan batang kemaluan Arie dan ia ingin sekali seperti yang dilakukan oleh kakaknya juga ia melakukannya. Mata Yuni terus memandang Arie yang sedang mandi sambil tangan terus bergerak mengusap-usap kemaluannya.
Akhirnya karena Yuni sudah dipuncak kenikmatan, ia mengerang akibat dari permainan tangannya itu telah berhasil dirasakannya .Dengan beraninya Yuni pergi memasuki kamar mandi untuk ikut mandi bersama Arie. Melihat kedatangan Yuni ke kamar mandi, Arie hanya tersenyum. “Kamu juga mau mandi Yun,” kata Arie sambil mencubit pinggang Yuni.
Yuni yang sudah dipuncak kenikmatan itu hanya tersenyum sambil melihat batang kemaluan Arie yang masih mengeras. “Kak boleh nggak Yuni mengelus-elus barang itu,” bisik Yuni sambil menunjuknya dengan jari manisnya. Mendengar permintaan itu Arie langsung tersenyum nakal, ternyata selama ini apa yang diidam-idamkannya akan mendapatkan hasilnya. Dalam pikiran Arie, Yuni sekarang mungkin telah mengetahui akan kenikmatan dunia. Tanpa diperintah lagi Arie langsung mendekatkan batang kemaluannya ke tangan Yuni dan menuntun cara mengelus-elusnya. Tangan Yuni yang baru pertama kali meraba kepunyaan laki-laki itu sedikit canggung, tapi ia berusaha meremasnya seperti meremas pisang dengan tenaga yang sangat kuat hingga membuat Arie kesakitan.
“Aduh.. jangan keras-keras dong Yuni, nanti batang kemaluannya patah.” Mendengar itu Yuni menjadi sedikit kaget lalu Ari membatunya untuk memainkan batang kemaluannya dengan lembut. Tangan Yuni dituntunnya untuk meraba batang kemaluan Arie dengan halus lalu batang kemaluan Arie didekatkan ke wajah Yuni agar mengulumnya. Yuni hanya menatapnya tanpa tahu harus berbuat apa. Lalu Arie memerintahkan untuk mengulumnya seperti mengulum ice crem, atau mengulumnya seperti mengulum permen karet. Diperintah tersebut Yuni langsung menurut, mula-mula ia mengulum kepala batang kemaluan Arie lalu Yuni memasukkan semua batang kemaluan Arie ke dalam mulutnya. Tapi belum juga berapa detik Yuni terbatuk-batuk karena kehabisan nafas dan mungkin juga karena nafsunya terlalu besar.
Setelah sedikit tenang, Yuni mengulum lagi batang kemaluan Arie tanpa diperintah sambil pinggul Yuni bergoyang menyentuh kaki Arie. Melihat kejadian itu Arie akhirnya menghentikan kuluman Yuni dan langsung mengangkat Yuni dan membawanya ke ranjang yang ada di samping kamar mandi. Sesampainya di pinggir ranjang, dengan hangat Yuni dipeluk oleh Arie dan Yuni pun membalas pelukan Arie. Bibir Yuni yang polos tanpa liptik dicium Arie dengan penuh kehangatan dan kelembutan. Dicium dengan penuh kehangatan itu Yuni untuk beberapa saat terdiam seperti patung tapi akhirnya naluri seksnya keluar juga, ia mengikuti apa yang dicium oleh Arie. Bila Arie menjulurkan lidahnya maka Yuni pun sama menjulurkan lidahnya ke dalam mulut Arie. Dengan permainan itu Yuni sangat menikmatinya apalagi Arie yang bisa dikatakan telah dilatih oleh kakaknya yang telah berpengalaman.
Kecupan Yuni kadang kala keluar suara yang keras karena kehabisan nafas. “Pek.. pek..” suara bibir Yuni mengeluarkan suara yang membuat Arie semakin terangsang. Mendengar suara itu Arie tersenyum sambil terus memagutnya. Tangan Arie dengan terampil telah membuka daster putih yang dipakai Yuni. Dengan gerakan yang sangat halus, Arie menuntun Yuni agar duduk di pinggir ranjang dan Yuni pun mengetahui keinginan Arie itu. Bibir Yuni yang telah berubah warna menjadi merah terus dipagut Arie dengan posisi Yuni tertindih oleh Arie. Tangan Yuni terus merangkul Arie sambil bukit kemaluannya menggesek-gesekkan sekenanya.
Lalu Arie membalikkan tubuh Yuni sehingga kini Yuni berada di atas tubuh Arie, dengan perlahan tangan Arie membuka BH putih yang masih melekat di tubuh Yuni. Setelah berhasil membuka BH yang dikenakan Yuni, Arie pun membuka CD putih yang membungkus bukit kemaluan Yuni dilanjutkan menggesek-gesekkan sekenanya. Erangan panjang keluar dari mulut Yuni. “Auuu…” sambil mendekap Arie keras-keras. Melihat itu Arie semakin bersemangat. Setelah Arie berhasil membuka semua pakaian yang dikenakan Yuni, terlihat Yuni sedikit tenang iapun kembali membalikkan Yuni sehingga ia sekarang berada di atas tubuh Yuni.
Arie menghentikan pagutan bibirnya ia melanjutkan pagutannya ke bukit kemaluan Yuni yang telah terbuka dengan bebas. Dipandanginya bukit kemaluan Yuni yang kecil tapi penuh tantangan yang baru ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam yang kecil-kecil. Kaki Yuni direnggangkan oleh Arie. Pagutan Arie beganti pada bibir kecil kepunyaan Yuni. Pantat Yuni terangkat dengan sendirinya ketika bibir Arie mengulum bukit kemaluan kecilnya yang telah basah oleh cairan. Harum bukit kemaluan perawan membuat batang kemaluan Arie semakin ingin langsung masuk ke sarangnya tapi Arie kasihan melihat Yuni karena kemaluannya belum juga merekah. Jilatan bibir Arie yang mengenai klitoris Yuni membuat Yuni menjepit wajah Arie. Semburan panas keluar dari bibir bukit kemaluan Yuni. Yuni hanya menggeliat dan menahan rasa nikmat yang baru pertama kali didapatkanya.
Lalu Arie merasa yakin bahwa ini sudah waktunya, ditambah lagi batang kemaluannya yang sudah telalu lama menengang. Arie menarik tubuh Yuni agar pantatnya pas tepat di pinggir ranjang. Kaki Yuni menyentuh lantai dan Arie berdiri diantara kedua paha Yuni.
Melihat kondisi tubuh Yuni yang sudah tidak menggunakan apa-apa lagi ditambah dengan pemandangan bukit kemaluan Yuni yang sempit tapi basah oleh cairan yang keluar dari bibir kecilnya membuat Arie menahan nafas. Arie berdiri, dan batang kemaluannya yang besar itu diarahkan ke bukit kemaluan Yuni. Melihat itu Yuni sedikit kaget dan merasa takut Yuni menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Melihat gejala itu Arie hanya tersenyum dan ia sedikit lebih melebarkan paha Yuni sehingga klitorisnya terlihat dengan jelas. Ia menggesek-gesekkan batang kemaluannya di bibir kemaluan Yuni. Sambil menggesek-gesek batang kemaluan, Arie kembali mendekap Yuni sambil membuka tangannya yang menutupi wajahnya. Melihat Arie yang membuka tangannya, Yuni langsung merangkulnya dan mencium bibir Arie. Pagutan pun kembali terjadi, bibir Yuni dengan lahapnya terus memagut bibir Arie. Suara erangan kembali keluar lagi dari mulut Yuni. “Aduhh… Kaak…” erang Yuni sambil merangkul tubuh Arie dengan keras. Arie meraba-raba bukit kemaluan Yuni dengan batang kemaluannya setelah yakin akan lubang kemaluan Yuni, Arie mendorongnya perlahan dan ketika kepala kejantanan Arie masuk ke liang senggama Yuni. Yuni mengerang kesakitan, “Kak.. aduh sakit, Kak…”
Mendengar rintihan itu, Arie membiarkan kepala kemaluannya ada di dalam liang senggama Yuni dan Arie terus memberikan pagutannya. Kuluman bibir Yuni dan Arie pun berjalan lagi. Dada Arie yang besar terus digesek-gesekkan ke payudara Yuni yang sudah mengeras. Yuni yang menahan rasa sakit yang telah bercampur dengan rasa nikmat akhirnya mengangkat kakinya tinggi-tinggi untuk menghilangkan rasa sakit di liang senggamanya dan itu ternyata membantunya dan sekarang menjadi tambah nikmat.
Kepala kemaluan Arie yang besar baru masuk ke liang kewanitaan Yuni, tapi jepitan liang kemaluan Yuni begitu keras dirasakan oleh batang kemaluan Arie. Sambil mencium telinga kiri Yuni, Arie kembali berusaha memasukkan batang kemaluannya ke liang senggama Yuni. “Aduh.. aduh.. aduh.. Kak,” Mendengar rintihan itu Arie berkata kepada Yuni. “Kamu sakit Yuni,” bisik Arie di telinga Yuni. “Nggak tahu Kaak ini bukan seperti sakit biasa, sakit tapi nikmat..”
Mendengar penjelasan itu, Arie terus memasukkan batang kemaluannya sehingga sekarang kepala kemaluannya sudah masuk semua ke dalam liang senggama Yuni. Batang kemaluan Arie sudah masuk ke liang senggama Yuni hampir setengahnya. Batang kemaluannya sudah ditelan oleh liang kemaluan Yuni, kaki Yuni semakin diangkat dan tertumpang di punggung Arie. Tiba-tiba tubuh Yuni bergetar sambil merangkul Arie dengan kuat. “Aduhhh…” dan cairan hangat keluar dari bibir kemaluan Yuni, Arie dapat merasakan hal itu melalui kepala kemaluannya yang tertancap di bukit kemaluan Yuni. Lipatan paha Yuni telah terguyur oleh keringat yang keluar dari tubuh mereka berdua.
Mendapat guyuran air di dalam bukit kemaluan itu, Arie lalu memasukkan semua batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Yuni. Dengan satu kali hentakan. “Preeet…” Yuni melotot menahan kesakitan yang bercampur dengan kenikmatan yang tidak mungkin didapatkan selain dengan Arie. “Auh.. auh.. auh..” suara itu keluar dari mulut kecil Yuni setelah seluruh batang kejantanan Arie berada di dalam lembah kenikmatan Yuni. “Kak, Badan Yuni sesak, sulit bernafas,” kata Yuni sambil menahan rasa nikmat yang tiada taranya. Mendengar itu lalu Arie membalikkan tubuh Yuni agar ia berada di atas Ari. Mendapatkan posisi itu Yuni seperti pasrah dan tidak melakukan gerakan apapun selain mendekap tubuh Arie sambil meraung-raung kenikmatan yang tiada taranya yang baru kali ini dirasakannya.
Yuni dan Arie terdiam kurang lebih lima menit. “Yuni, sekarang bagaimana badanmu,” kata Arie yang melihat Yuni sekarang sudah mulai menggoyang-goyangkan pantatnya dengan pelan-pelan. “Udah agak enakan Kak,” balas Yuni sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan serangan itu Arie langsung mengikuti gerakan goyangan itu dan goyangan Arie dari atas ke bawah.
Lipantan-lipatan kehangatan tercipta di antara selangkangan Yuni dan Arie. Sambil menggoyangkan pantatnya, mulut Yuni tetap mengaduh, “Aduhhh…” Merasakan nikmat yang telah menyebar ke seluruh badannya. Tanpa disadari sebelumnya oleh Arie. Yuni dengan ganasnya menggoyang-gonyangkan pantatnya ke samping dan ke kiri membuat Arie kewalahan ditambah lagi kuatnya jepitan bukit kemaluan Yuni yang semakin menjepit seperti tang yang sedang mencepit paku agar paku itu putus. Beberapa menit kemudian Arie memeluk badan Yuni dengan eratnya dan batang kemaluannya berusaha ditekan ke atas membuat pantat Yuni terangkat. Semburan panas pun masuk ke bukit kemaluan Yuni yang kecil itu. Mendapat semburan panas yang sangat kencang, Yuni mendesis kenikmatan sambil mengeram, “Aduhh… aduh.. Kak..”
Selang beberapa menit Arie diam sambil memeluk Yuni yang masih dengan aktif menggerak-gerakkan pantatnya ke kiri dan ke kanan dengan tempo yang sangat lambat. Setelah badannya merasa sudah agak baik, Arie membalikkan tubuh Yuni sehingga sekarang tubuh Yuni berada di bawah Arie. Batang kemaluan Arie masih menancap keras di lembah kemaluan Yuni meskipun sudah mengeluarkan sperma yang banyak. Lalu kaki Yuni diangkat oleh Arie dan disilangkan di pinggul. Arie mengeluarkan batang kemaluannya yang ada di dalam liang senggama Yuni. Mendapat hal itu mata Yuni tertutup sambil membolak-balikkan kepala ke kiri dan ke kanan lalu dengan perlahan memasukkan lagi batang kemaluannya ke dalam liang senggama Yuni, turun naik batang kemaluan Arie di dalam liang perawan Yuni membuat Yuni beberapa kali mengerang dan menahan rasa sakit yang bercampur dengan nikmatnya dunia. Tarikan bukit kemaluan Yuni yang tadinya kencang pelan- pelan berkurang seiring dengan berkurangnya tenaga yang terkuras habis dan selanjutnya Arie mengerang-erang sambil memeluk tubuh Yuni dan Yuni pun sama mengeluarkan erangan yang begitu panjang, keduanya sedang mendapatkan kenikmatan yang tiada taranya.
Arie mendekap Yuni sambil menikmati semburan lahar panas dan keluarnya sperma dalam batang kemaluan Arie dan Yuni pun sama menikmati lahar panas yang ada dilembah kenikmatannya. Kurang lebih lima menit, Arie memeluk Yuni tanpa adanya gerakan begitu juga Yuni hanya memeluk Arie. Dirasakan oleh Arie bahwa batang kemaluannya mengecil di dalam liang kemaluan Yuni dan setelah merasa batang kemaluannya betul-betul mengecil Arie menjatuhkan tubuhnya di samping Yuni. Arie mencium kening Yuni. Yuni membalasnya dengan rintihan penyesalan, seharusnya Arie bertanggung jawab atas hilangnya perawan yang dimiliki Yuni.
Mendengar itu Arie hanya tersenyum karena memang selama ini Arie mendambakan istri seperti Yuni ditambah lagi ia mengetahui bila hidup dengan Yuni maka ia akan mendapatkan segalanya. Arie mengucapkan selamat bobo kepada Yuni yang langsung tertidur kecapaian dan Arie langsung keluar dari kamar Yuni setelah Arie menggunakan pakaiannya kembali.
Arie masuk ke dapur, didapatnya tantenya sedang dalam keadaan menungging mengambil sesuatu. Terlihat dengan jelas celana merah muda yang dipakai tantenya. Tante Rani dibuat kaget karena Arie langsung meraba liang kewanitaannya yang terbungkus CD merah muda sambil menegurnya. “Tante sudah pulang,” tanya Arie. Sambil melepaskan rabaan tangannya di liang kewanitaan tantenya. Lalu Arie membuka kulkas untuk mencari air putih. “Iya, Tante hanya sebentar kok. Soalnya Tante kasihan dengan burung kamu yang tadi Tante tinggalkan dalam keadaan menantang,” jawab Tante Rani sambil tersenyum. “Bagaimana sekarang Arie burungnya, sudah mendapatkan sarang yang baru ya..” Mendapat ejekan itu, Arie langsung kaget. “Ah Tante, mau cari sangkar di mana,” jawab Arie mengelak. “Arie kamu jangan mengelak, Tante tau kok.. kamu sudah mendapatkan sarang yang baru jadi kamu harus bertanggung jawab. Kalau tidak kamu akan Tante laporkan sama Oom dan kedua orang tuanmu bahwa kamu telah bermain gila bersama Yuni dan Tante.”
Mendengar itu, Arie langsung diam dan ia akan menikahi Yuni seperti yang dijanjikanya. Mendengar hal itu Tante Rani tersenyum dan memberikan kecupan yang mesra kepada Arie sambil meraba batang kemaluan Arie yang sudah tidak kuat untuk berdiri. Melihat batang kemaluan Arie yang sudah tidak kuat berdiri itu Tante Rani tersenyum. “Pasti adikku dibuatnya KO sama kamu yaa… Buktinya burung kamu tidak mau berdiri,” goda Tante Rani. “Ahh nggak Tante, biasa saja kok.”
Tante Rani meninggalkan Arie, sambil mewanti-wanti agar menikahi adiknya. Akhirnya pernikahan Yuni dengan Arie dilakukan dengan pernikahan dibawah tangan atau pernikahan secara agama tetapi dengan tanpa melalui KUA karena Yuni masih dibawah umur.

The post Cerita Sex Aku Pemuas Nafsu Adik Tanteku appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Cerita Sex Ngentot Dengan Tante Susan Yang Seksi

$
0
0

Namaku Ryan kini mahasiswa tingkat akhir sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya. Kejadian ini merupakan peristiwa beberapa tahun yang lalu. Waktu itu aku berusia 18 tahun. Masih tergolong ABG. Suka hidup bebas. Do what I want! Hidup cuma sekali, buat apa bersedih. Itulah sebabnya, aku suka keluyuran dari kota ke kota sekadar cari pengalaman.
Setelah Ujian Akhir Semester (UAS), saya langsung pergi ke kota Bandung untuk berlibur. Sebelumnya aku memang belum pernah menginjakkan kaki di Kota Kembang tersebut. Aku juga ingin merasakan indahnya Kota Kembang. Itulah sebabnya aku nekat pergi ke Bandung sendirian. Yang penting membawa uang banyak. Meskipun begitu, soal uang aku tidak terlalu foya-foya. Bahkan selalu berusaha untuk berhemat. Tapi kalau untuk urusan cewek, mungkin lain urusannya.
Aku menginap di hotel murah, Hotel Melati II, di Sekitar Alun-alun kota Bandung. Murah tapi bersih. Meskipun demikian kalau malam cukup berisik. Aku sudah telusuri tempat-tempat gituan, antara lain di Saritem dan Stasiun. Tapi WTS-nya tidak ada yang menarik perhatianku. Lalu, aku pergi makan di Mc Donal BIP. Eh, saat sedang asyik-asyiknya makan, tiba-tiba pandanganku bertatapan dengan seorang wanita setengah baya. Setelah kuperhatikan, ya ampun ternyata Tante Susan. Mungkin sudah sepuluh tahun aku tidak pernah ketemu. Waktu itu aku masih kecil.
“Apa kabar, Tante!”, sapaku sambil mendekat.
Akhirnya aku makan semeja dengan Tante Susan yang kebetulan juga sedang sendiri. Tante Susan hampir lupa melihatku.
“Maklum, kamu sekarang sudah besar”, kata Tante Susan.
Begitu tante tahu aku menginap di hotel, langsung saja ditawari menginap di rumahnya. Katanya di rumahnya tidak ada orang, kedua anaknya sedang studi di Perancis dan Jerman.
Yah, kupikir-pikir aku bisa menghemat uang. Aku tentu saja menyetujui ajakannya. Hari itu juga aku langsung pindah ke rumah Tante Susan. Aku diberi sebuah kamar depan. Cukup bersih dan mewah. Rumahnya di kawasan Dago Atas. Sebenarnya Tante tinggal bersama Om, tetapi Om sedang berada di negeri Paman Sam untuk mengambil gelar Doctor di Universitas Harvard. Maklum Om-ku dosen salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung dan Jakarta. Malam itu aku tidur sangat lelap sekali. Maklum capek!
Hari kedua aku baru tahu, ternyata paviliun sebelah digunakan untuk terima kost, dua orang mahasiswa, yang satu mahasiswa fakultas teknik namanya Mas Ary sedangkan yang satunya mahasiswa fakultas ekonomi, namanya Mas Yudi. Kata tante, lumayan buat tambah-tambah uang belanja. Tante ternyata juga pembantu wanita, Teh (Teh atau Teteh bahasa Sunda untuk Mbak) Mimin namanya. Wah, ya cukup banyak orang.
Siang harinya tidak ada kejadian yang menarik. Sepulang dari Maribaya dan Tangkuban Parahu terus tidur sampai sore. Setelah makan malam terus ke kamar tidur nonton TV sambil tidur-tiduran. Tidak terasa, jam di dinding telah menunjukkan pukul 24.00. Akhirnya TV kumatikan. Lampu kamar yang terang benderang kumatikan dan kuganti lampu tidur lima watt warna biru. Sepi sekali suasananya.
Namun, di tengah suasana yang sepi itu, kok aku rasa-rasanya mendengar ada orang bicara bisik-bisik? Mungkinkah pencuri? Karena penasaran, aku bangun pelan-pelan. Aku mengintip keluar melalui jendela, ternyata tidak ada siapa-siapa.
Ah, kok sepertinya dari kamar tante. Akupun mengambil kursi dan kuletakkan di dekat tembok. Di atas tembok ada lubang angin-angin kecil sekali, itupun tertutup karton. Karena penasaran, aku mengambil jarum dan membuat lubang kecil di karton itu. Setelah lubangnya lumayan, aku coba mengintip.
“Wow.., malam-malam begini mau ngapain tuh Mas Ary, si anak kost?”, pikirku sambil memperhatikan. Tante dan Mas Ary tampak duduk berdua di tempat tidur. Walaupun kamar Tante Susan memakai lampu lima watt, namun mataku masih sanggup melihat dengan jelas.
Uh, mau ngapain Mas Ary?, Kulihat sebentar-sebentar mencium pipi Tante Susan, kulihat Tante Susan tersenyum. Dan kemudian dengan tenangnya Mas Ary mulai membuka baju Tante Susan dan tinggal mengenakan BH.
Kuakui, tanteku memang masih tergolong muda, belum berusia 40 tahun. Tubuhnya montok, kulitnya putih, wajahnya mirip Dessy Ratnasari. Rambutnya pendek model Lady Diana, tubuhnya langsing. Tak lama kemudian Mas Ary melepas BH tanteku.
Duh.., ternyata montok sekali. Diam-diam aku mulai terangsang. Burungku mulai membesar. Aku tetap berdiri ddengan tenang di atas kursi.
Berikutnya kulihat Tante Susan ganti melepaskan baju Mas Ary. Satu persatu kancing bajunya dilepas, akhirnya bajunya dilempar ke lantai. Boleh juga tubuh Mas Ary, tegap dan atletis. Wow.., mereka kemudian saling cium bibir. Saling mengelus punggung. Sebentar-sebentar tangan Mas Ary meremas-remas payudara Tante Susan. Beberapa menit kemudian kulihat Mas Ary membuka ritsluiting rok yang dipakai tanteku, kemudian dilepasnya rok itu sehingga tanteku cuma memakai celana dalam saja. Adegan berikut tanteku ganti membuka kancing celana Mas Ary, dilepasnya satu persatu, kemudian ditariknya sehingga lepas dan tinggal celana dalamnya saja.
Lagi-lagi keduanya berpelukan lagi dan berciuman mesra sekali. Kemudian Mas Ary mencium leher Tanteku, lalu payudaranya, lalu perutnya, lalu pahanya. Dan kemudian tangannya memelorotkan celana dalam Tanteku. Lepas!, Kemudian diletakkan di kursi. Tahap berikutnya Mas Ary membuka sendiri celana dalamnya. Kulihat penis Mas Ary besar dan panjang seperti punyanya orang Arab. Jantungku berdetak keras sekali. Bahkan penisku ikut-ikutan menjadi keras. Apalagi melihat keduanya kemudian sama-sama dalam posisi berdiri, saling berpelukan, lagi-lagi saling berciuman.
Sekitar tiga menit kemudian dengan posisi berdiri, Mas Ary memasukkan ujung penisnya ke lubang kemaluan tanteku. Sesudah itu mereka berpelukan rapat sekali sambil menggoyang-goyang pinggul masing-masing. Cukup lama. Akhirnya kulihat mereka berdua sudah saling orgasme. Hal ini terlihat karena mereka membuat gerakan yang cukup agresif sekali. Walaupun samar-samar, kudengar suara uh.., uh.., uh.., dari mulut Tante Susan. Sialnya, tak terasa akupun mengalami orgasme, celana dalamku menjadi basah, apa boleh buat.
Adegan berikutnya dilakukan seperti biasa, yaitu tante berada di tempat tidur dengan posisi di bawah dan Mas Ary di atas. Apa yang kulihat memang benar-benar mengasyikkan. Maklum, baru sekali itu aku melihat dengan mata kepala sendiri adegan seks yang dilakukan orang lain.
Esok harinya aku bersikap biasa-biasa saja seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa. Kulihat Tante juga bersikap biasa-biasa saja. Makan pagi bersama. Sesudah itu aku pergi ke Pangalengan sekedar rekreasi.
Sore harinya aku sudah sampai di rumah lagi. Seperti kemarin, sore-sore pembantu tante menyediakan teh manis dan roti. Kulihat, pembantu Tante Susan yang namanya Teh Mimin ini tergolong seksi juga. Umurnya kira-kira sama dengan umurku, yaitu sekitar 19 tahun. Terus terang, nafsuku jadi bangkit melihat buah dadanya yang montok itu. Kata tanteku Teh Mimin sudah punya anak, tapi ditinggal di desanya, dirawat neneknya. Tiap hari Kamis pasti pulang ke kampung untuk menengok anaknya.
Malamnya aku tidak bisa tidur. Sebentar-sebentar aku mengintip kamar tanteku. Namun hingga pukul 24.00 ternyata tidak ada kejadian apa-apa. Akhirnya aku tidur pulas.
Sekitar pukul 10:15 aku menuju ke terminal Ledeng. Aku kepingin melihat obyek pariwisata Ciater. Eh.., ternyata aku ketemu Teh Mimin.
“Mau kemana Teh”, tanyaku.
“Ke Subang.., nengok anak Mas..”.
“Wah, sama-sama aja, deh..”, ajakku.
Ternyata ya lancar-lancar saja. Aku duduk berdua dengan Teh Mimin. Akhirnya aku mencari-cari alasan untuk ditemani di Ciater, soalnya aku belum hafal kota Bandung. Karena hari masih siang, akhirnya mau juga Teh Mimin menemani aku. Walaupun gadis desa, tapi Teh Mimin sempat mengecap bangku SLTP hingga lulus. Cara berpakaiannya pun tergolong rapi seperti pelajar-pelajar pada umumnya.
Sampai di Ciater aku menyewa salah satu bungalow dengan alasan ingin istirahat. Kebetulan rumah Teh Mimin tidak begitu jauh dari bungalow tempatku istirahat. Aku cari-cari alasan lagi. Aku bilang, di Ciater tidak ada yang jualan nasi goreng, kalau tidak keberatan aku minta Teh Mimin nanti malam mengantarkan nasi goreng. Ternyata Teh Mimin tak keberatan. Ya begitulah, tanpa rasa curiga sedikitpun, sekitar pukul 19.00 Teh Mimin telah berada di bungalowku mengantarkan nasi goreng. Kuajak ngobrol ngalor-ngidul tentang apa saja.
Akhirnya obrolanku agak nyenggol-nyenggol dikit tentang seks. Teh Mimin bilang sudah lama tidak melakukannya karena suaminya sudah tiga bulan ini impoten akibat kecelakaan sepeda motor. “Nah.., ini dia yang kucari”, pikirku.
Sengaja memang aku ngobrol terus sehingga tanpa terasa telah pukul 21.30. Ketika Teh Mimin pamit pulang, akupun bilang, lebih baik jangan pulang karena malam-malam begini banyak orang iseng atau orang jahat.
“Tidur aja di sini Teh, kan ada dua kamar. Teh Mimin di kamar sebelah, saya di sini”, kataku.
Setelah kubujuk habis-habisan akhirnya Teh Mimin mau juga tinggal di kamar sebelah.
Kira-kira pukul 24.00 aku mengendap-endap berjalan pelan menuju ke kamar Teh Mimin.
“Kok, belum tidur?”, tanyaku pelan sambil menutup pintu.
“Dingin Mas udara Ciater”, katanya sambil tetap telentang di tempat tidur sambil memegangi selimut yang menutupi tubuhnya.
“Aku juga kedinginan”, kataku.
Entahlah, sepertinya sudah saling membutuhkan. Ketika aku merebahkan tubuhku di sampingnya, Teh Mimin diam saja. Akupun menarik selimutnya sehingga kami berdua berada di dalam satu selimut. Untuk menghilangkan rasa dingin kupeluk Teh Mimin. Ternyata diam saja. Begitu juga ketika kuraba-raba payudaranya yang montok ternyata juga diam saja.
Akhirnya dengan mudah aku bisa melepaskan baju, BH, rok dan celana dalamnya. Hanya dalam waktu beberapa detik saja kami berdua sudah dalam keadaan bugil tanpa sehelai benangpun. Meskipun demikian kami masih di dalam satu selimut. Begitulah, tanpa hambatan, malam itu aku dengan mudah bisa menyetubuhi Teh Mimin hingga dua kali. Tampaknya Teh Mimin mengalami orgasme hingga dua kali.
“Terima kasih Mas, Sudah lama aku nggak merasakan yang begini-begini.., Suamiku sudah nggak sanggup lagi”, bisiknya sambil mencium bibirku.
Esok pagi subuh, Teh Mimin kembali pulang ke rumahnya. Sedangkan aku kembali ke Bandung agak sorenya. Maklum aku masih ingin menikmati pemandangan sekitar perkebunan teh di Ciater.
Sore harinya aku sampai di Bandung dan sikapku biasa-biasa saja terhadap Teh Mimin, seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa. Lagipula aku juga pesan agar Teh Mimin tidak usah cerita kepada siapa-siapa. nggak enak kalau sampai Tante Susan tahu. Begitulah. Tak terasa malam telah tiba lagi dan waktu tidurpun telah menyongsong.
Pukul 24.00, Seperti biasa lampu kamar kumatikan dan kugantikan lampu tidur lima watt. Eh.., lagi-lagi aku mendengar orang bisik-bisik. Pasti di kamar Tante Susan. Akupun dengan pelan-pelan mengambil kursi dan mulai mengintip dari lubang kecil yang kemarin kubuat. Kali itu aku agak terkejut. Ternyata kali itu bukan Mas Ary, tetapi Mas Budi. Wah, Tanteku ternyata tergolong hyperseks. Malam itu seperti kemarin-kemarin juga. Mas Budi kulihat menyetubuhi tanteku dengan berbagai posisi. Bahkan sempat kulihat Tante Susan berada di posisi atas. Gila!, lagi-lagi aku mengalami orgasme sendirian. “Creet.., creet.., cret”, celana dalamku basah lagi. Terpaksa aku harus ganti celana dalam. Dalam hati, diam-diam aku membayangkan betapa nikmatnya jika aku bisa menyetubuhi tanteku sendiri. Memang ini merupakan penyimpangan. Tapi, ya apa salahnya, toh tanteku mau dengan Mas Ary dan Mas Budi. Tapi apa mau dengan aku? Semalaman aku tidak bisa tidur karena mencari strategi supaya aku bisa meniduri Tante Susan.
Apa yang pernah dikatakan Teh Mimin di Ciater memang benar. Tiap hari Sabtu Mas Ary dan Mas Budi pulang ke Jakarta. Sehingga hari Sabtu itu cuma ada aku, Teh Mimin dan Tante Susan. Aku pusing setengah mati mencari strategi untuk merayu Tante Susan, namun belum ketemu-ketemu juga jalan keluarnya. Namun, akhirnya aku punya ide.
“Tante suka nonton?, Kebetulan hari ini hari ulang tahun Ryan”, kataku di pintu kamarnya Tante Susan. Tante waktu itu sedang merapikan rambutnya di depan kaca.
“Ah.., Tante nggak tahu kalau kamu ulang tahun. Selamat Ya”, ujar Tante sambil menuju ke tempatku. Dijabatnya tanganku, “Happy Birthday, mau traktir Tante, nih..”.
“Ya, kalau Tante nggak keberatan”, ujarku penuh harap.
Ternyata pancinganku berhasil. Malam itu aku nonton bioskop yang pukul 21.00, soalnya mau nonton yang pukul 19.00 sudah ketinggalan karena jam telah menunjukkan pukul 20.00.
Pulang nonton sekitar pukul 23.00 Sampai di rumah, Tante Susan nggak bisa masuk ke kamarnya.
“Aduh, tadi aku taruh di mana ya kunci kamarku?”, kata Tante sambil mondar-mandir.
“Waduh, nggak tahu Tante. Tadi ditaruh di mana?”, jawabku bohong. Padahal, sebelum berangkat, pada waktu Tante Susan ke kamar mandi sebentar, kunci kamar yang digelatakkan di dekat meja telepon sempat kusembunyikan di bawah kursi.
Akupun pura-pura membantunya mencari. Sekitar setengah jam nggak ketemu, akhirnya aku bilang, “Tidur aja di kamar Ryan, Tante. Biar Ryan tidur di kursi tamu saja..”.
Mungkin karena sudah capek, akhirnya Tante Susan tidak punya pilihan lain, akhirnya tidur di kamarku dan aku tidur di kursi tamu. Namun sekitar setengah jam, aku masuk ke kamar.
“Di luar dingin Tante, boleh tidur di sini saja? Nggak apa-apa khan?”, tanyaku.
“Oo, silakan..”, jawab Tante.
Akupun merebahkan tubuhku di samping tubuh Tante Susan. Jantungku berdetak keras, otakku terus mencari strategi berikut .Gimana nih cara memulainya? Susah juga!
“Aduh, Tante kalau tidur kok membelakangi saya”, kataku pelan.
“Oh ya, maaf.Kebiasaan sih..”, Tanteku membalikkan badannya, miring menghadap ke arahku.
Seolah-olah tidak sengaja, tanganku menyenggol payudara Tante.
“Maaf Tante, nggak sengaja..”.
“Ah.., nggak apa-apa”.
“Maaf Tante, payudara Tante indah sekali”, pancingku.
Kulihat Tanteku membuka matanya dan tersenyum.
“Boleh saya memegangnya Tante?”, bisikku, “Soalnya seumur hidup saya belum pernah melihat payudara seindah ini”, rayuku.
“Ah, boleh-boleh saja..”.
Akupun dengan tangan gemetaran memegang payudara tanteku.
“Aduh, tangan saya gemetaran Tante. Maklum, belum pernah”, pancingku lagi. Makin lama aku makin berani. Tanganku menyusup ke BH-nya.
“Boleh saya buka BH-nya Tante?”, tanyaku penuh harap setengah berbisik.
Tak ada jawaban. Akupun memberanikan diri melepas kancing baju Tanteku satu persatu dan akhirnya aku berhasil melepas BH Tanteku dengan mudah. Tampaklah payudara yang montok padat berisi. Akupun meremas-remasnya. Lama kelamaan, tampaknya tanteku mulai terangsang, nafasnya panjang-panjang. Diciumnya keningku, pipiku lantas bibirku. Kulihat Tante mulai membuka kancing bajuku satu persatu dan akhirnya aku tanpa baju.
“Tante, saya belum pernah..”, bisikku pelan. Tentu saja aku berbohong.
“Nggak apa-apa, nanti Tante ajarin..”.
Begitulah, beberapa menit kemudian Tanteku melepas celanaku dan akhirnya celana dalamku. Begitu juga, Tante melepas sendiri rok dan celana dalamnya. Kami berdua sudah dalam keadaan telanjang bulat.
“Tante, aku belum bisa..”, aku berbohong lagi.
“Nanti Tante ajarin..”, bisiknya.
Begitulah, akhirnya keinginanku untuk menggeluti Tante Susan telah berhasil. Malam itu aku bermain hingga mengalami orgasme dua kali. Demikian juga, Tante Susan juga dua kali mengalami orgasme.
“Ah, Ryan!, Kamu telah membohongi Tante! Ternyata kamu jagoan! Tante puas..!”, bisik Tanteku sambil menuju ke kamar mandi. Malam itu aku dan Tante tidur berdua telanjang bulat di bawah satu selimut sampai pagi hari.
Hari Minggu ini sepi. Mas Ary dan Mas Budi belum pulang. Kata tante, mereka berdua biasanya pulang ke tempat kost hari Senin pagi. Yang ada cuma Teh Mimin, sementara itu tiap Minggu pagi Tante mengikuti senam aerobik dan disambung arisan RT/RW. Katanya, Tante akan pulang agak sore. Ya, daripada nggak ada acara, akhirnya aku menuju ke dapur. Kulihat Teh Mimin sedang mempersiapkan makan siang. Kulihat Teh Mimin tersenyum penuh arti. Tanpa basa-basi, kupeluk Teh Mimin dan kutarik ke kamarnya. Begitulah, tanpa halangan yang berarti, aku dan Teh Mimin hari itu bersuka cita menikmati hari Minggu yang sepi. Di kamar Teh Mimin yang ukurannya kecil itu, di tempat tidur tanpa kasur, untuk yang kedua kalinya aku menggeluti Teh Mimin. Lagi-lagi Teh Mimin mengucapkan terima kasih karena aku telah berkali-kali memberikan kepuasan batin yang selama beberapa bulan ini tidak pernah dilakukan suaminya.
Malam harinya, Tante Susan mendatangi kamarku dan mengajak begituan lagi. Ya, kapan lagi. Tanteku tergolong masih muda, cantik, seksi. Kami berdua benar-benar memperoleh kepuasan lahir dan batin.

The post Cerita Sex Ngentot Dengan Tante Susan Yang Seksi appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Cerita Sex Akibat Sakit Perut Dengan Tante

$
0
0

Cerita ini berawal saat saya sedang menunggu tante saya yang dirawat di rumah sakit. Tangannya harus digips, akibat kecelakaan yang menimpanya. Tante saya terlibat kecelakaan saat dia mengendarai mobilnya. Tangannya yang kiri luka robek akibat terkena pecahan kaca.
Yang saya rasakan ketika menunggu tante saya ini ada enaknya juga ada tidak enaknya. Saya ambil contoh saja yang enaknya dulu, saat tante mau pipis, saya pasti disuruh mengantar ke WC. Karena tangan tante sakit, dia menyuruh saya untuk membukakan CD-nya dan saya bisa lihat dengan jelas kemaluannya yang tertutup bulunya yang agak lebat. Dan yang tidak enaknya ketika dia mau buang air besar, sudah deh jangan diteruskan, anda semua pasti tahu apa yang saya maksudkan.. OK.
Malam itu, saya sendirian menjaga tante di rumah sakit.
Tiba-tiba tante memanggil saya, “Sony.., cepet kemari..! Tolong tante ya..?” katanya.
“Ada apa tante..?” kata saya.
“Perut tante sakit nich.., tolong gosokin perut tante pake minyak gosok, ya..?” katanya sambil membuka selimutnya.
Dan terlihatlah tubuh tante yang molek itu, meskipun dia masih memakai BH dan CD. Tapi samar-samar puting buah dadanya dan bulu kemaluan tante terlihat agak jelas. Melihat pemandangan itu, batang kemaluan saya menjadi naik. Agar tidak terlihat oleh tante, saya mencoba merapatkan tubuh bagian bawah saya ke tepi ranjang.
“Lho Son.., apa yang kamu tunggu..? Ayo cepet ambil obat gosok di meja itu. Lalu gosok perut tante, awas jangan keras-keras ya..!” katanya.
“Ya tante..” kata saya sambil mengambil obat gosok di meja yang ditunjuknya.
Setelah saya mengambil obat gosok yang ada di meja, “Yang digosok bagian mana tante..?” tanyaku.
“Ya perut tante dong, masak memek tante.. khan nanti.. memek tante jadi sakit kepanasan.” katanya tanpa merasa risih.
“Akh.. tante bisa aja deh.. benci aku.. uhh..!” kata saya.
“Ayo dong cepet, tante udah nggak tahan sakitnya nich..!” katanya sambil meringis.
Lalu saya gosok bagian perutnya yang putih mulus dan berbulu itu. Saya menggosok dengan lemah-lembut seperti ketika saya sedang menggosok tubuh cewek saya.
“Ya gitu dong, huu.. enak juga gosokanmu Son. Belajar dimana kamu..?” katanya sambil mendesis.
“Nggak kok tante, biasa aja.” saya jawab dengan pura-pura.
“Udahlah jangan bohong kamu.. Pasti kamu sering gosokin tubuh cewek kamu ya khan..?” tanyanya mendesak saya.
“Kan Sony belum pernah gosokin cewek Sony, tante..!” kata saya pura-pura lagi.
“Sekalian ya Son, pijitin kaki tante, bisa khan..?” katanya manja.
Saya hanya mengangguk dan mulai memijat kakinya yang membuat naik lagi batang kemaluan saya. Kakinya begitu dingin, mulus dan merangsang saya.
Lalu, “Sudah tante, capek nich..!” kata saya.
“Lhoo.., yang di atas belum khan..?” katanya.
“Ah.., tante becanda ah.., Sony jadi malu..,” kata saya.
“Ayo cepet dong, kamu nggak bakalan capek lagi. Coba deh pijit disini, di paha tante ini. Ayo dong, kamu nggak usah malu-malu, Sony khan keponakan tante sendiri, ayo cepet gih..!” katanya manja sambil menarik tangan saya dengan tangan kanannya.
Sekarang saya dapat melihat gundukan bukit kemaluanya yang menerawang dari balik kain tipis CD-nya itu. Wajah saya langsung berubah merah menyala dengan pemandangan yang indah ini. Tante seperti tidak mengerti apa yang saya rasakan, dia menyuruh mendekat masuk ke tengah-tengah selangkangannya dan mengambil kedua tangan saya, meletakkan di masing-masing paha atasnya persis di tepi gundukan bukit kemaluannya.
“Iya di situ Son..,” katanya sambil mencoba melebarkan kakinya lebih lebar lagi.
Saya disuruh memijat lebih ke dalam lagi. Pikiran saya mulai terganggu, karena bagaimanapun meremas-remas ‘zone eksklusif’ yang sedang terbuka menganga ini mau tidak mau membuat batang kejantanan saya menjadi naik lagi.
Lalu, “Son, kamu udah punya cewek..?” katanya.
“Ya tante..,” kata saya berterus terang.
“Ngomong-ngomong Sony udah pernah ngeseks sama cewek kamu, belum..?”
“Apa itu ngeseks tante..?” kata saya pura-pura tidak mengerti.
“Maksudnya tidur sama cewek..” katanya.
“Ngmm.. belum pernah tante..” jawab saya berbohong.
“Ah masak sih, coba tante lihat dan pegang punyamu itu..?” katanya sambil menarik tubuh saya agar lebih dekat lagi, lalu dengan tangan kanannya dia meraba gundukan di celana saya.
“Tante pengen tau kalo anumu bangunnya cepet berarti betul belum pernah..” katanya sambil meraba-raba batang kemaluan saya lagi.
Entah artinya yang sengaja dibolak-balik atau memang ini bagian dari kelihaiannya membujuk saya. Mungkin karena saya masih berdarah muda, biarpun sudah terbiasa menghadapi perempuan tetapi kalau dirangsang dalam suasana begini tentu saja cepat batang kemaluan saya naik mengeras. Kalau sudah sampai di sini sudah lebih mudah lagi buat dia.
“Wihh, besar sekali gundukanmu Son.. boleh lihat dalamnya punyamu..? Ayo bantu tante untuk membuka celanamu..!” katanya tanpa menunggu persetujuan dari saya, dia sudah langsung bekerja membuka celana saya dan membebaskan burung kaku saya.
Memang, waktu batang kejantanan saya terbuka bebas, matanya setengah heran setengah kagum melihat ukurannya. Terutama kepalanya yang menyerupai helm tentara “NAZI”.
“Bukan main kontolmu Sony.. besar dan keras banget punyamu..” katanya memuji kagum tapi justru melihat yang begini makin memburu nafsunya.
“Tapi masak sih Son, benda seindah begini belum pernah dipake ke memeknya cewek. Kalo gitu sini tante boleh nggak ngerasain sedikit lagi biar bisa tante tempelin di sini.” lanjutnya, lagi-lagi tanpa menunggu komentar saya, dia dengan sebelah tangan bekerja cepat melepaskan CD-nya.
Terlihatlah hutan kemaluannya yang menggoda itu, lalu dia menyuruh saya untuk naik ke ranjang dan menyuruh saya untuk menempelkan kepala kemalua saya di mulut lubang senggamanya. Di situ Saya disuruh menggosok-gosokkan ujung kemaluan saya di celah liang senggamanya.
Lalu dengan menggosok-gosokkan sendiri ujung kepala batang kejantanan saya di mulut lubang senggamanya yang sudah terbuka lebar itu, menambah semakin tegang dalam nafsu diri saya.
“Ahh.. aduh.., Son.. nikmatnya..,” katanya menjerit geli.
“Udah Son, tante nggak tahan. Sekarang giliran tante bikin nikmat kamu.., ok Sayang..?” katanya menyuruh saya berdiri.
Lalu dia dengan satu tangannya langsung memegang batang kemaluan saya dan mulai menjilati seputar batangnya, sambil sesekali mengulum kepalanya.
Beberapa saat kemudian, dia menarik saya lagi, tubuh saya berlutut di atas ranjangnya, dan kembali liang senggamanya memperlihatkan celah kenikmatan yang siap untuk saya masuki. Dalam keadaan seperti itu, saya betul-betul sudah lupa bahwa dia adalah tante saya sendiri. Lalu, ujung batang kejantanan saya mulai saya tusukkan di lubang kenikmatannya yang segera saya ikuti dengan gerakan maju-mundur, putar kanan-kiri untuk menusuk lebih dalam. Tante sendiri ikut membantu saya dengan jari-jari tangan kanannya. Dia memperlebar bibir kemaluannya agar semakin lebih terbuka untuk lebih mempermudah masuknya batang kemaluan saya.
Terus saya genjot batang kemaluan saya ke dalam liang kenikmatannya yang indah itu.
Dan akhirnya, “Hghh.., oo.. Sonn.. yeess.., oohh..!” dengan erangannya, dia membuka orgasmenya yang juga disusul oleh saya hanya berselang beberapa detik kemudian.
“Gimana Son rasanya barusan..?” katanya menguji saya sambil tangannya mengusap, menyeka-nyeka keringat di dada saya.
“Aduh tante enak sekali, belum pernah Sony ngerasain yang seperti ini. Tapi tante sendiri, gimana rasanya..?” kata saya balik bertanya.
“Tante baru sekarang lho ngerasain digituin cowok dengan kelembutan, tapi juga tidak meninggalkan kejantanannya yang perkasa, seperti punyamu ini, ‘Si Buta Dari Gua Memek’, tante jadi melayang ke langit yang ke-7. Ohh.. endangg..?” katanya.
Begitu selesai, saya diajak tante ke kamar mandi. Dan waktu itu saya bantu tante membersihkan kemaluannya. Sambil menyiram kemaluan tante, saya mendekap dia dari belakang, dan tante yang sedang berdiri menjadi kegelian karena batang kejantanan saya menyentuh bukit pantatnya. Seketika batang kejantanan saya naik lagi karena yang saya lihat sekarang lebih terlihat montoknya. Dan seketika itu, tangan lembut tante memegang batang kemaluan saya. Saya gemetar karena pengalaman seperti ini luar biasa buat cowok perjaka seperti saya ini. Buah dada tante menjulang, menantang dan tegar, kelihatan pori-porinya meremang karena udara sangat dingin di kamar mandi, apalagi ini sudah tengah malam. Dan bukit kemaluannya agak merekah merah terbuka bekas perbuatan yang tadi.
Saya tidak tahu harus berbuat apa selain meraba buah dadanya lagi yang kali ini dari depan. Tante menarik saya dan mencium bibir saya, saya menurut saja. Tubuh kami saling merapat. Tangannya terus mengurut-urut batang kejantanan saya. Dan saya meraba pantatnya yang bulat dan sintal kencang. Buah kejantanan saya pun diremas-remasnya pelan-pelan. Kemudian, tante mulai menaikkan kakinya yang sebelah ke atas bak dan dimasukkannya lagi kemaluan saya ke liang senggamanya. Ngilu dan agak panas terasa di batang kejantanan saya.
Tante mulai bergoyang maju mundur dan pantat saya juga ditekannya dengan tangan kanannya agar saya bisa mengikuti irama. Saya ikut saja menggoyangkan sambil memeluk, mengisap putingnya, mencium bibirnya. Beberapa saat kami bergoyang sama-sama, tapi paha tante mulai pegal rupanya, dan dicabutnya batang kemaluan saya. Kemudian dia berbalik dan menungging sambil berpegangan dengan tangan kanannya ke bibir bak mandi. Saya gosokkan batang kejantanan saya ke bibir kemaluannya. Benar-benar terasa panas bibir kemaluannya itu.
Kemudian saya mendesak maju dan, “Bless..” kepala ‘NAZI’ milik saya masuk bergesek-gesek dengan dinding lubang senggamanya.
Tante juga bereaksi dan pinggulnya berputar seperti penari ular. Aduh luar biasa sekali, saya merasa keenakan dan tidak bisa berpikir jernih lagi. Pantat saya maju mundur, rudal panjang saya menggaruk-garuk lubang kenikmatannya. Dari posisi ini, saya bisa melihat dengan jelas batang kejantanan saya basah kuyup dan bibir kemaluan tante tertarik keluar masuk. Tangan saya menjangkau ke depan, meremas buah dadanya yang menggantung besar dan bergoyang menggeletar, nafas tante mendengus desah.
“Ohh.. yess..!”
Akhirnya saya meledak-ledak lagi dan tante rupanya sudah lebih dulu mengalami orgasme.
Setelah itu saya mandikan tante saya tersayang. Mulai detik itu, saya punya tugas tambahan baru.

The post Cerita Sex Akibat Sakit Perut Dengan Tante appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.


Cerita Sex Ngentot Adik Sendiri Karena Film Porno

$
0
0

Pada waktu sore rumah sedang kosong, orangtua sedang pergi dan kebetulan pembantu juga sedang tidak ada. Adikku sedang pergi. Aku menyewa VCD BF XX dan X2. Aku senang sekali, karena tidak ada gangguan pas sedang nonton. Cerita X2 di VCD itu kebetulan bercerita tentang seks antara adik dan kakak. Gila sekali deh adegannya. Kupikir kok bisa ya. Eh, aku berani tidak ya melakukan itu sama adikku yang masih SMP? tapi kan adikku masih polos sekali, kalau di film ini mah sudah jago dan pro, pikirku dalam hati. Sedang nonton plus mikir gimana caranya melakukan sama adikku, eh, bel berbunyi. Wah, teryata adikku, si Dina sama temannya datang. Sial, mana filmnya belum selesai lagi. Langsung kusimpan saja tuh VCD, terus kubukakan pintu. Dina sama temannya masuk. Eh, temannya manis juga loh.
“Dari mana lo?” tanyaku.
“Dari jalan dong. Emang kayak kakak, ngedekem mulu di rumah,” jawabnya sambil manyun.
“Aku juga sering jalan tau, emang elo doang. Cuman sekarang lagi males,” kataku.
“Oh iya, Kak. Kenalin nih temenku, namanya Anti, temen sekelasku,” katanya.
Akhirnya aku kenalan sama itu anak. Tiba-tiba si Dina tanya, “lihat VCD Boyzone aku tidak?”
“Tau, cari saja di laci,” kataku.
Eh, dia membuka tempat aku menaruh VCD BF. Aku langsung gelagapan.
“Eh, bukan di situ..” kataku panik.
“Kali saja ada,” katanya.
Telat. Belum sempat kutahan dia sudah melihat VCD XX yang covernya lumayan hot itu, kalau yang X2 sih tidak pakai gambar.
“Idih.. Kak. Kok nonton film kayak begini?” katanya sambil memandang jijik ke VCD itu.
Temannya sih senyam-senyum saja.
“Enggak kok, aku tadi dititipin sama temanku,” jawabku bohong.
“Bohong banget. Ngapain juga kalo dititipin nyasar sampe di laci ini,” katanya.
“Kak, ini film jorok kan? Nnngg.. kayak apa sih?” tanyanya lagi.
Aku tertawa saja dalam hati. Tadi jijik, kok sekarang malah penasaran.
“Elo mao nonton juga?” tanyaku.
“Mmm.. jijik sih.. tapi.. penasaran Kak..” katanya sambil malu-malu.
“Anti, elo mao nonton juga tidak?” tanyanya ke temannya.
“Aku mah asyik saja. Lagian aku udah pernah kok nonton film kayak begitu,” jawab temannya.
“Gimana.. jadi tidak? keburu mama sama papa pulang nih,” desakku.
“Ayo deh. Tapi kalo aku jijik, dimatiin ya?” katanya.
“Enak saja lo, elo kabur saja ke kamar,” jawabku.
Lalu VCD itu aku nyalakan. Jreng.. dimulailah film tersebut. Aku nontonnya sambil sesekali memandangi adikku dan temannya. Si Anti sih kelihatannya tenang nontonnya, sudah “expert” kali ya? Kalau adikku kelihatan begitu baru pertama kali nonton film seperti begitu. Dia kelihatan takut-takut. Apalagi pas adegan rudalnya cowok dihisap. Mana itu rudal besarnya minta ampun. “Ih, jijik banget..” kata Dina. Pas adegan ML sepertinya si Dina sudah tidak tahan. Dia langsung kabur ke kamar.
“Yee, malah kabur,” kata Anti.
“Elo masih mao nonton tidak?” tanyaku ke si Anti.
“Ya, terus saja,” jawabnya.
Wah, boleh juga nih anak. Sepertinya, bisa nih aku main sama dia. Tapi kalau dia marah gimana? pikirku dalam hati. Ah, tidak apa-apa kok, tidak sampai ML ini. Sambil nonton, aku duduknya mendekat sama dia. Dia masih terus serius nonton. Lalu kucoba pegang tangannya. Pertama dia kaget tapi dia tidak berusaha melepas tangannya dari tanganku. Kesempatan besar, pikirku. Kuelus saja lehernya. Dia malah memejamkan matanya. Sepertinya dia menikmati begitu. Wow, tampangnya itu lho, manis! Aku jadi ingin nekat. Waktu dia masih merem, kudekati bibirku ke bibir dia. Akhirnya bersentuhanlah bibir kami. Karena mungkin memang sudah jago, si Anti malah mengajak French Kiss. Lidah dia masuk ke mulutku dan bermain-main di dalam mulut. Sial, jagoan dia daripada aku. Masa aku dikalahin sama anak SMP sih. Sambil kami ber-French Kiss, aku berusaha masukkan tanganku ke balik bajunya. Mencari sebongkah buah dada imut. Ukuran dadanya tidak begitu besar, tapi sepertinya sih seksi. Soalnya badan si Anti itu tidak besar tapi tidak kurus, dan tubuhnya itu putih.
Begitu ketemu buah dadanya, langsung kupegang dan kuraba-raba. Tapi masih terbungkus sama bra-nya. “Baju elo gue buka ya?” tanyaku. Dia ngangguk saja sambil mengangkat tangannya ke atas. Kubuka bajunya. Sekarang dia tinggal pakai bra warna pink dan celana panjang yang masih dipakai. Shit! kataku dalam hati. Mulus sekali! Kubuka saja bra-nya. Payudaranya bagus, runcing dan putingnya berwarna pink. Langsung kujilati payudaranya, dia mendesah, aku jadi makin terangsang. Aku jadi pingin menyetubuhi dia. Tapi aku belum pernah ML, jadi aku tidak berani. Tapi kalau sekitar dada saja sih aku lumayan tahu. Gimana ya? Tiba-tiba pas aku lagi menjilati payudara si Anti, adikku keluar dari kamar. Kami sama-sama kaget. Dia kaget melihat apa yang kakak dan temannya perbuat. Aku dan Anti kaget pas melihat Dina keluar dari kamar. Si Anti buru-buru pakai bra dan bajunya lagi. Si Dina langsung masuk ke kamarnya lagi. Sepertinya dia shock melihat apa yang kami berdua lakukan. Si Anti langsung pamit mau pulang. “Bilang sama Dina ya.. sorry,” kata Anti. “Tidak apa-apa kok,” jawabku. Akhirnya dia pulang.
Aku ketuk kamarnya Dina. Aku ingin menjelaskan. Eh, dianya diam saja. Masih kaget kali ya, pikirku. Aku tidur saja, dan ternyata aku ketiduran sampai malam. Pas kebangun, aku tidak bisa tidur lagi, aku keluar kamar. Nonton TV ah, pikirku. Pas sampai di depan TV ternyata adikku lagi tidur di kursi depan TV. Pasti ketiduran lagi nih anak, kataku dalam hati. Gara-gara melihat dia tidur dengan agak “terbuka” tiba-tiba aku jadi keingat sama film X2 yang belum selesai kutonton, yang ceritanya tentang hubungan seks antara adik dan kakak, ditambah hasrat aku yang tidak kesampaian pas sama Anti tadi. Ketika adikku menggerakan kakinya membuat roknya tersingkap, dan terlihatlah CD-nya. Begitu melihat CD-nya aku jadi semakin nafsu. Tapi aku takut. Ini kan adikku sendiri masa aku setubuhi sih. Tapi dorongan nafsu semakin menggila. Ah, aku peloroti saja CD-nya. Eh, nanti kalau dia bangun bagaimana? Ah, cuek saja. Begitu CD-nya turun semua, wow, belahan kemaluannya terlihat masih amat rapat dan dihiasi bulu-bulu halus yang baru tumbuh. Kucoba sentuh, hmm.. halus sekali. Kusentuh garis kemaluannya. Tiba-tiba dia menggumam, aku jadi kaget. Aku merasa di ruang TV terlalu terbuka. Kurapikan lagi pakaian adikku, terus kugendong ke kamarnya.
Sampai di kamar dia, it’s show time, pikirku. Kutiduri dia di kasurnya. Kubukakan bajunya. Ternyata dia tidak pakai bra. Wah, payah juga nih adikku. Nanti kalau payudaranya jadi turun bagaimana. Begitu bajunya terbuka, buah dada mungilnya menyembul. Ih, lucu bentuknya. Masih kecil buah dadanya tapi lumayan ada. Kucoba hisap putingnya, hmm.. nikmat! Buah dada dan putingnya begitu lembut. Eh, tiba-tiba dia bangun! “Kak.. ngapain lo!” teriaknya sambil mendorongku. Aku kaget sekali, “Ngg.. ngg.. tidak kok, aku cuma pengen nerusin tadi pas sama si Anti, tidak papa kan?” jawabku ketakutan. Aku berharap orangtua aku tidak mendengar teriakan adikku yang agak keras tadi. Dia menangis.
“Sorry ya Din, gue salah, habis elo juga sih ngapain tidur di ruang TV dengan keadaan seperti itu, tidak pake bra lagi,” kataku.
“Jangan bilang sama mama dan papa ya, please..” kataku.
Dia masih nangis. Akhirnya kutinggali dia. Aduh, aku takut nanti dia ngadu.
Sejak saat itu aku kalau ketemu dia suka canggung. Kalau ngomong paling seadanya saja. Tapi aku masih penasaran. Aku masih ingin mencoba lagi untuk “ngegituin” Dina. Sampai pada suatu hari, adikku sedang sendiri di kamar. Aku coba masuk,
“Din, lagi ngapain elo,” aku mencoba untuk beramah-tamah.
“Lagi dengerin kaset,” jawabnya.
“Yang waktu itu, elo masih marah ya..” tanyaku.
“..” dia diam saja.
“Sebenernya gue.. gue.. pengen nyoba lagi..” gila ya aku nekat sekali.
Dia kaget dan pas dia mau ngomong sesuatu langsung aku dekati mukanya dan langsung kucium bibirnya.
“MmhHPp.. Kakk.. mmHPh..” dia seperti mau ngomong sesuatu.
Tapi akhirnya dia diam dan mengikuti permainanku untuk ciuman. Sambil ciuman itu tanganku mencoba meraba-raba dadanya dari luar. Pertama merasakan payudaranya diraba, dia menepis tanganku. Tapi aku terus berusaha sambil tetap berciuman. Setelah beberapa menit berciuman sambil meraba-raba payudaranya, aku mencoba membuka bajunya. Eh, kok dia langsung mau saja dibuka ya? Mungkin dia lagi merasakan kenikmatan yang amat sangat dan pertama kali dirasakannya. Begitu dibuka, langsung kubuka bra-nya. Kujilati putingnya dan sambil mengusap dan mneremas-remas buah dada yang satunya. Walaupun payudara adikku itu masih agak kecil, tapi dapat memberikan sensasi yang tak kalah dengan payudara yang besar. Ketika sedang dihisap-hisap, dia mendesah, “Sshh.. sshh.. ahh, enak, Kak..” Setelah kuhisap, putingnya menjadi tegang dan agak keras. Terus kubuka celanaku dan aku keluarkan “adik”-ku yang sudah lumayan tegang. Pas dia melihat, dia agak kaget. Soalnya dulu kami pernah mandi bareng pas “punya”-ku masih kecil. Sekarang kan sudah besar dong.
Aku tanya sama dia, “Berani untuk ngisep punya gue tidak? Entar punya elo juga gue isepin deh, kita pake posisi 69.”
“69.. apa’an tuh?” tanyanya.
“Posisi dimana kita saling mengisap dan ngejilatin punyanya partner kita pada saat berhubungan,” jelasku.
“Ooo..”
Langsung aku membuka celana dia dan CD-nya. Kami langsung mengambil posisi 69. Aku buka belahan kemaluannya dan terlihatlah klitorisnya seperti bentuk kacang di dalam kemaluannya itu. Ketika kusentuh pakai lidah, dia mengerang,
“Ahh.. Kakak nyentuh apanya sih kok enak banget..” tanyanya.
“Elo mestinya ngejilatin dan ngisep punya gue dong. Masa elo doang yang enak,” kataku.
“Iya Kak, habis takut dan geli sih..” jawabnya.
“Jangan bayangin yang bukan-bukan dong. Bayangin saja keenakan elo,” kataku lagi.
Saat itu juga dia langsung menjilat punyaku. Dia menjilati kepala anu-ku dengan perlahan. Uuhh, enak benar. Terus dia mulai menjilati seluruh dari batanganku. Lalu dia masukkan punyaku ke mulutnya dan mulai menghisapnya. Oohh.. gila benar. Dia ternyata berbakat. Hisapannya membuatku jadi hampir keluar.
“Stop.. eh, Din, stop dulu,” kataku.
“Lho kenapa?” tanyanya.
“Tahan dulu entar aku keluar,” jawabku.
“Lho emang kenapa kalau keluar?” tanyanya lagi.
“Entar game over,” kataku.
Ternyata adikku memang belum mengerti masalah seks. Benar-benar polos. Akhirnya kujelaskan kenapa kalau cowok sudah keluar tidak bisa terus pemainannya. Akhirnya dia mulai mengerti. Posisi kami sudah tidak 69 lagi, jadi aku saja yang bekerja. Kemudian aku teruskan menghisapi kemaluannya dan klitorisnya. Dia terus menerus mendesah dan mengerang.
“Kak Iwan.. terus Kak.. di situ.. iya di situ.. oohh.. sshh..”
Aku terus menghisap dan menjilatinya. Dia menjambak rambutku. Sambil matanya merem-melek. Akhirnya aku sudah dalam kondisi fit lagi (tadi kan kondisinya sudah mau keluar). Kutanya sama adikku,
“Elo berani ML tidak?”
“..” dia diam.
“Gue pengen ML, tapi terserah elo.. gue tidak maksa,” kataku.
“Sebenerya gue takut. Tapi sudah kepalang tanggung nih.. gue lagi ‘on air’,” kata dia.
“OK.. jadi elo mau ya?” tanyaku lagi.
“..” dia diam lagi.
“Ya udah deh, kayanya elo mau,” kataku.
“Tapi tahan sedikit. Nanti agak sakit awalnya. Soalnya elo baru pertama kali,” kataku.
“..” dia diam saja sambil menatap kosong ke langit-langit.
Kubuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Kelihatan bibir kemaluannya yang masih sempit itu. Kuarahkan ke lubang kemaluannya. Begitu aku sentuhkan kepala “anu”-ku ke liang kemaluannya, Dina menarik nafas panjang, dan kelihatan sedikit mengeluarkan air mata. “Tahan ya Din..” Langsung kudorong anu-ku masuk ke dalam lubang kemaluannya. Tapi masih susah, soalnya masih sempit sekali. Aku terus mencoba mendorong anu-ku, dan.. “Bleess..” masuk juga kepala kemaluanku. Dina agak berteriak,
“Akhh sakit Kak..”
“Tahan ya Din..” kataku.
Aku terus mendorong agar masuk semua. Akhirnya masuk semua kemaluanku ke dalam selangkangan adikku sendiri.
“Ahh.. Kak.. sakit Kak.. ahh..”
Setelah masuk, langsung kugoyang maju-mundur, keluar masuk liang kemaluannya.
“Ssshh.. sakitt Kak.. ahh.. enak.. Kak, teruss.. goyang Kak..”
Dia jadi mengerang tidak karuan. Setelah beberapa menit dengan posisi itu, kami ganti dengan posisi “dog style”. Dina kusuruh menungging dan aku masukkan ke lubang kemaluannya lewat belakang. Setelah masuk, terus kugenjot. Tapi dengan keadaan “dog style” itu ternyata Dina langsung mengalami orgasme. Terasa sekali otot-otot di dalam kemaluannya itu seperti menarik batang kemaluanku untuk lebih masuk.
“Ahh.. ahha.. aku lemess banget.. Kak,” rintihnya dan dia jatuh telungkup. Tapi aku belum orgasme. Jadi kuteruskan saja. Kubalikkan badannya untuk tidur terlentang. Terus kubuka lagi belahan pahanya. Kumasukkan kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya. Padahal dia sudah kecapaian.
“Kak, udah dong! Gue udah lemes..” pintanya.
“Sebentar lagi ya..” jawabku.
Tapi setelah beberapa menit kugenjot, eh, dianya segar lagi.
“Kak, yang agak cepet lagi dong..” katanya.
Kupercepat dorongan dan genjotanku.
“Ya.. kayak gitu dong.. sshh.. ahh.. uhuuh,” desahannya makin maut saja.
Sambil menggenjot, tanganku meraba-raba dan meremas payudaranya yang mungil itu. Tiba-tiba aku seakan mau meledak, ternyata aku mau orgasme. “Ahh, Din aku mau keluar.. ahh..” Ternyata saat yang bersamaan dia orgasme juga. Kemaluanku seperti dipijat-pijat di dalam. Karena masih enak, kukeluarkan di dalam kemaluannya. Nanti kusuruh minum pil KB saja supaya tidak hamil, pikirku dalam hati.
Setelah orgasme bareng itu kucium bibirnya sebentar. Setelah itu aku dan dia akhirnya ketiduran dan masih dalam keadaan bugil dan berkeringat di kamar gara-gara kecapaian. Ketika bangun, aku dengsr dia lagi merintih sambil menangis.
“Kak, gimana nih. Punyaku berdarah banyak,” tangisnya.
Kulihat ternyata di kasurnya ada bercak darah yang cukup banyak. Dan kemaluannya agak sedikit melebar. Aku kaget melihatnya. Gimana nih jadinya?
“Kak, aku udah tidak perawan lagi ya?” tanyanya.
“..” aku diam saja.
Habis mau jawab apa. Gila! aku sudah merenggut keperawanan adikku sendiri.
“Kak, punyaku tidak apa-apakan?” tanyanya lagi.
“Berdarah begini wajar untuk pertama kali,” kataku.
Tiba-tiba, gara-gara melihat dia tidak pakai CD dan memperlihatkan kemaluannya yang agak melebar itu ke aku, anu-ku “On” lagi!

The post Cerita Sex Ngentot Adik Sendiri Karena Film Porno appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Cerita Sex Tentang Aib Keluarga

$
0
0

Di salah satu sudut kota Bandung, berdiri cukup megah sebuah rumah yang sangat besar. Di dalamnya tinggal beberapa orang yang saling terikat hubungan keluarga. Mereka adalah kakek dan nenek, kita panggil saja mereka demikian, lalu keluarga Irwan, anak tertua, dan keluarga Detty, anak ketiga, serta keluarga Nani, anak bungsu. Kakek dan nenek sebetulnya mempunyai 6 orang anak. Hanya saja karena tiga anak yang lain kebetulan mempunyai rejeki yang agak mendingan dari tiga anak yang ikut tinggal sekarang, mereka bertiga bisa mempunyai rumah sendiri yang lokasinya berjauhan di daerah lain.
Irwan, 45 tahun, seorang karyawan swasta. Mempunyai istri Ida, 40 tahun. Mereka dikaruniai 2 orang anak, Ricky, 19 tahun, dan Hesti, 15 tahun. Detty, 38 tahun, mempunyai suami Marwan, 40 tahun, pegawai swasta. Dikaruniai satu anak, Rika, 17 tahun. Nani, 34 tahun, pegawai swasta, mempunyai suami, Ismu, 36 tahun. Dikarunia satu anak, Budi, 11 tahun. Kehidupan mereka berjalan normal. Hubungan mereka sebagai satu keluarga besar bisa dibilang baik. Memang sesekali terjadi konflik diantara mereka, tapi dengan segera masalah di antara mereka bisa diselesaikan dengan baik.
Nenek dan kakekpun tidak kelihatan pilih kasih kepada mereka semua. Mereka bisa bersikap adil, baik dalam hal kasih sayang maupun dalam bentuk materi. Ricky sebagai sepupu paling besar diantara mereka bisa bertindak dan berlaku tegas dalam melindungi adik-adiknya. Bahkan semua saudara sepupunya selalu bicara dan minta pendapat kepada dia bila ada masalah. Walaupun sikap Rickky kadang sangat cuek terhadap lingkungan. Ricky sangat menjaga semua adik sepupu perempuannya.
“Ki.. Aku mau minta pendapat kamu tentang cowok…” kata Rika.
“Mau nanya apaan?” kata Ricky.
“Kamu kenal si Juneadi, tidak?” tanya Rika.
“Tentu saja kenal. Anak-anak sini aku kenal semua. Emang ada apa?” tanya Ricky.
“Mm.. Dia kemarin bilang bahwa dia suka aku. Dia mau aku jadi pacar dia.. Gimana, Ki?” tanya Rika sambil menatap mata Ricky.
“Kamu suka dia, tidak?” tanya Ricky lagi.
“Dari fisik sih aku suka, tapi aku takut salah pilih…” kata Rika.
“Gini.. Bukannya aku melarang kamu untuk jalan dengan dia…” kata Ricky sambil menghisap rokoknya.
“Hanya saja yang aku tahu, Junaedi itu salah satu preman komplek sebelah. Yang lebih parah lagi, yang aku dengar katanya dia jadi pengedar juga…” lanjut Ricky.
“Aku sih terserah kamu saja.. Yang penting kamu pikir baik-baik resiko dan akibatnya nanti…” kata Ricky lagi.
Rika terdiam seperti berpikir.. Lalu Rika tersenyum kemudian dengan tiba-tiba mencium pipi Ricky.
“Terima kasih banyak.. Aku beruntung punya kakak kamu. Bisa kasih pandangan tanpa melarang sesuatu…” kata Rika sambil tersenyum manja.
“Karena aku sayang kamu…” kata Ricky sambil mencubit pipi Rika.
“Tahu tidak, mama pernah bilang bahwa kalau bisa aku cari pacar yang kayak kamu…” kata Rika.
Ricky mengerenyitkan dahinya.
“Emang tante Detty bilang apa tentang aku?” tanya Ricky penasaran.
“Mama bilang kalau kamu itu cakep, pintar, perhatian pada saudara, dan sangat melindungi adik semua.. Jangan geer kamu…” kata Rika sambil tersenyum.
Rickypun tersenyum.. Itulah salah satu bukti betapa sayangnya Ricky pada semua adiknya. Dan masih banyak lagi perhatian dan perlindungan Ricky terhadap keluarga. Keluarga besar itu sangat memuji dan membanggakan Ricky. Suatu hari keluarga besar itu sedang berkumpul membicarakan suatu masalah penting.
“Masalah ini harus segera diselesaikan..!” kata kakek.
“Tapi siapa yang harus pergi? Kita semua sibuk dengan kerjaan…” kata Irwan.
“Apa harus Bapak yang pergi sendiri? Kalian kan hanya tinggal datang ke instansi tersebut untuk menyerahkan dokumen ini!” kata kakek sambil membanting map berisi dokumen ke atas meja.
“Biar saya saja yang pergi.. Bapak sudah terlalu tua untuk pergi jauh…” kata Nani.
“Kamu kan kerja, Nan…” kata Irwan.
“Kalau begitu biar saya yang pergi. Bapak buatkan saja surat kuasa untuk saya…” kata Detty menengahi.
Kakek terdiam sambil memandangi putri ketiganya itu.
“Ya baiklah kalau begitu. Kamu yang pergi besok.. Akan Bapak buatkan surat kuasanya segera…” kata kakek.
“Tapi saya minta ada yang mengantar saya ke Garut besok. Saya tidak mau naik angkutan karena sangat makan waktu…” kata Detty.
“Ya sudah, besok Ricky harus mengantar tantemu ke Garut ya, Rik?!” kata Irwan sambil menatap anaknya yang paling besar itu.
“Iya, Pa…” kata Ricky pendek.
“Kamu pakai saja motor Papa,” kata Irwan.
“Iya, Pa.. Jangan lupa STNK-nya ya, Pa,” kata Ricky.
Esok paginya, Ricky dan Detty sudah siap-siap berangkat ke Garut untuk menyelesaikan masalah keluarga mereka tersebut. Singkat cerita, mereka sudah sampai di kota Garut. Dengan segera Detty menguruskan masalah yang dihadapi dengan suatu instansi. Menjelang tengah hari, Detty terlihat keluar dari kantor instansi yang dimaksud dengan muka cerah.
“Ayo kita pulang, Ki…” ajak Detty kepada Ricky yang menunggu di looby kantor.
Lalu dengan menggandeng tangan keponakannya itu, Detty dengan gembira melangkah menuju tempat parkir.
“Eh, kita kita makan siang dulu, Rik.. Tante lapar nih,” kata Detty.
“Sama.. Ricky juga lapar nih. Makan dimana, tante?” kata Ricky.
“Dimana enaknya, ya..??” kata Detty sambil menatap Ricky.
“Ah, begini saja… sekalian capek, sekalian satu arah jalan pulang ke Bandung, kita ke Cipanas saja, Ki…” kata Detty.
“Memangnya tante mau mandi air panas?” kata Ricky sambil menghidupkan motornya.
“Tidak… tapi kan tempat makan disana lumayan bagus.. Bisa sambil istirahat,” kata Detty sambil naik ke atas motor.
Merekapun segera pergi meninggalkan tempat itu menuju Cipanas Garut. Sesampai di Cipanas, mereka segera memesan makanan.
“Mm.. Lumayan enak, ya…” kata Detty sambil terus mengunyah makanannya.
“Iya tante…” kata Ricky.
“Juga saya suka tempat makan ini karena di depan kita ada kolam renangnya…” kata Ricky.
“Yee.. Nakal juga ya mata kamu liatin paha perempuan…” kata Detty sambil tersenyum. Ricky tertawa lebar.
“Ya lumayanlah.. Iseng-iseng berhadiah…” kata Ricky. Kini Detty yang tertawa lebar.
“Memangnya kamu lihat wanita yang berenang, suka lihat apa?” tanya Detty.
Ricky tersenyum, tak menjawab pertanyaan Detty.
“Jawab dong…” kata Detty sambil kakinya menendang pelan kaki Ricky.
“Ya lihat yang serba terbuka dong, tante…” kata Ricky cuek.
“Dasar nakal!” kata Detty sambil kembali menendang pelan kaki Ricky. Ricky tersenyum..
“Wanita dengan body seperti apa yang kamu suka, Ki?” tanya Detty.
Ricky tak menjawab, hanya menatap mata Detty sambil tetap mengunyah makanannya.
“Tidak usah malu dengan tante deh, Ki.. Bicara bebas saja dengan tante,” kate Detty.
“Saya suka wanita dengan tubuh bagus seperti wanita itu tuh…” kata Ricky sambil menunjuk seorang wanita muda yang sedang berenang. Tubuhnya memang bagus dan mulus.
“Bagus amat selera kamu,” kata Detty sambil tersenyum.
“Kalau dengan wanita yang sudah berumur, bagaimana?” kata Detty sambil menatap Ricky.
“Mm.. Saya tidak tahu,” kata Ricky sambil tetap mengunyah makanannya.
“Saya belum pernah melihat tubuh wanita yang sudah berumur…” kata Ricky lagi cuek. Detty diam.
“Kalau menurut kamu, tante masih menarik tidak?” kata Detty serius.
Ricky diam sambil menatap Detty.
“Ayolah jawab jujur, Ki.. Biar tante tahu kekurangan tante apa…” kata Detty lagi.
Ricky tetap diam sambil menatap mata Detty.
“Tante sangat cantik.. Tubuh tante dari luar lumayan bagus…” kata Ricky serius. Detty terdiam.
“Maksud kamu dengan lumayan bagus apa?” tanya Detty lagi.
“Saya suka cara berpakaian tante. Modis. Itu sangat menarik,” kata Ricky. Detty tersenyum.
“Kalau body tante?” tanya Detty lagi.
“Saya tidak tahu karena belum pernah lihat tubuh tante…” kata Ricky cuek.
Detty terdiam sambil lama menatap keponakannya itu..
“Kalau kamu sidah lihat body tante, kamu mau kan meberikan penilaian kamu dengan jujur?” tanya Detty.
“Ah, tante jangan bercanda.. Tidak mungkinlah…” kata Ricky sambil menghabiskan sisa makanannya di piring lalu minum. Detty tersenyum.
“Kita berendam air panas, yuk.. Sekalian mengistirahatkan badan..?” kata Detty mengagetkan perasaan Ricky.
“Ha! Tidak salah dengar nih? Masa sih kita berendam bersama? Malu dong…” kata Ricky sambil menatap Detty.
“Tidak usah malu dong, Ki.. Kita kan masih saudara. Lagian biar kamu bisa lihat body tante…” kata Detty ringan.
“Kamu nanti harus beritahu tante pendapat kamu tentang body tante…” kata Detty.
“Memangnya kita mau ngapain di dalam sana? Kan cuma berendam saja.. Yuk, ah…” kata Detty sambil bangkit lalu menarik tangan Ricky. Ricky serba salah. Tapi akhirnya Ricky menuruti kemauan Detty.
Sesampai di dalam ruangan berendam air panas, Detty tanpa ragu segera melepas seluruh pakaiannya sampai telanjang. Sementara Ricky hampir tak berkedip menatap tubuh telanjang Detty yang masih bagus walau sudah agak berumur.
“Ayo, Ki.. Buka pakaian kamu! Kita berendam bersama…” kata Detty.
Rickypun dengan malu-malu segera melepas pakaiannya.. Apalagi ketika tinggal celana dalam yang harus dibukanya. Ricky tampak malu.
“Yee.. Cepatlah buka dan masuk sini! Apakah harus tante yang bukain celana dalam kamu?” kata Detty sambil tersenyum.
“Sebentar dong…” kata Ricky sambil melepas celana dalamnya.
Ricky menutupi kontolnya yang masih sedikit ditumbuhi bulu dengan tangan, lalu masuk ke tempat berendam.
“Tidak usah malu begitu, Ki.. Biasa sajalah…” kata Detty sambil tersenyum.
“Iya tante…” kata Ricky sambil melepas tangannya yang menutupi kontol, lalu dia bersandar ke tepi kolam.
“Nah bagaimana body tante menurut kamu?” tanya Detty.
“Tubuh tante bagus…” kata Ricky pendek.
“Bagus kenapa?” tanya Detty lagi.
“Tubuh tante putih mulus.. Buah dada cukup besar.. Ramping…” kata Ricky sambil matanya turun melihat memek Detty yang ditumbuhi bulu yang tidak terlalu banyak.
Detty diam saja sambil menatap Ricky. Dibiarkannya mata keponakannya menjelajahi seluruh tubuh telanjangnya.
“Lalu apa lagi?” tanya Detty. Ricky tak menjawab.
“Saya menyukai tubuh tante.. Sexy..” kata Ricky. Detty tersenyum lebar.
“Kamu pernah memegang tubuh wanita?” tanya Detty.
“Belum.. Belum pernah…” kata Ricky sambil menatap Detty.
Detty kembali tersenyum sambil menghampiri Ricky. Hati Ricky jadi berdebar keras.. Tangan Detty lalu meraih tangan Ricky. Dibimbingnya tangan Ricky untuk menjamah buah dadanya.
“Ayo peganglah…” kata Detty.
Ricky dengan agak ragu memegang buah dada Detty. Dielusnya gundukan daging putih di dada Detty, lama-lama diremasnya buah dada Detty dengan pelan. Telunjuk Ricky mulai memainkan puting susu Detty. Detty tersenyum sambil merasakan desiran nikmat yang terasa di buah dadanya. Tak kuat menahan rasa yang ada, Detty lalu mencium bibir Ricky dengan hangat. Tangan Detty segera turun ke badan Ricky dan langsung memegang dan meremas kontol Ricky. Ricky seperti merasakan ada aliran setrum pada tubuhnya..
Tubuhnya bergetar sambil merasakan nikmatnya di remas kontol. Tanpa ragu lagi dibalasnya ciuman Detty dengan hangat pula. Tanga Ricky yang satu lagi mulai berani menyusuri tubuh Detty. Ketika mencapai pantat Detty, tangannya segera meremas pantat Detty yang bulat padat.. Kemudian segera tangannya berpindah ke depan.. Memek Detty diusap dan dielus. Jarinya segera menyusuri belahan memek Detty..
“Mmhh…” desah Detty sambil terus memagut bibir Ricky. Tak lama..
“Naik ke atas, Ki…” kata Detty.
“Duduk di pinggir kolam sini…” kata Detty lagi.
Ricky menurut. Segera dia naik ke pinggiran kolan, lalu duduk di pinggirannya. Detty langsung memegang kontol Ricky, lalu dikocoknya perlahan. Mata Ricky terpejam menahan nikmat. Tak lama mulut Detty segera melahap dan mengulum kontol Ricky sambil terus dikocok.
“Ohh.. Tantee.. Mmhh,” desah Ricky sambil memegang kepala Detty.
Pinggul Rickky bergerak mengikuti hisapan dan jilatan Detty pada kontolnya. Setelah hampir beberapa belas menit Ricky diberi kenikmatan oleh mulut Detty.
Detty lalu berkata,” Gantian, Ki.. Jilatin tante, ya..”
Ricky mengangguk dengan nafsu yang semakin besar. Detty segera keluar dari kolam lalu duduk di pinggi kolam. Kakinya dibuka lebar. Ricky lalu turun ke kolam, kemudian tak lama lidahnya sudah bermain di belahan memek Detty.
“Ohh.. Oohh.. Aahh…” desah Detty menahan nikmat. Pinggulnya sedikit bergoyang.
“Teruss, Kii…” desahnya lagi sambil matanya terpejam.
“Jilati ininya, Ki…” katqa Detty sambil jarinya mengusap kelentitnya. Lidah Ricky segera menjilati bagian itu.
“Ohh…” desah Detty agak keras.
Setelah beberapa menit..
“Ki, naik sini…” kata Detty sambil menelentangkan tubuhnya di lantai.
Kakinya mengangkang lebar. Ricky lalu keluar dari kolam., Kontolnya sudah sangat tegak dan keras.
“Cepat masukin sini, Ki.. Setubuhi tante…” kata Detty.
Ricky tanpa banyak cerita langsung mengangkangi tubuh Detty. Diarahkan kontolnya ke belahan memek Detty. Tangan Detty segera memegang dan menuntun kontol Ricky ke arah lubang memeknya.
“Tekan dan masukkan pelan-pelan, Ki…” bisik Detty.
Rickypun segera melakukan apa yang diminta Detty. Tak lama, bless.. Ricky merasakan suatu sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa ketika kontolnya masuk ke memek Detty.
“Ohh…” desah Ricky.
Lalu dipompanya kontol keluar dan ke dalam memek Detty.
“Ohh.. Ohh…” keduanya mendesah bersamaan.
“Enak, Ki..?” bisik Detty.
“Enak sekali tante…” bisik Ricky sambil mengecup bibir Detty.
Setelah beberapa lama..
“Lutut saya sakit, tante…” kata Ricky sambil menghentikan gerakannya, sementara kontolnya masih menancap di dalam memek Detty.
“Kena lantai, ya?” kata Detty. Ricky mengangguk.
“Kita sambil berdiri saya, Ki…” kata Detty.
Ricky segera mencabut kontolnya lalu berdiri. Detty juga segera bangkit lalu bersender ke dinding ruangan.
“Masukan kontol kamu, Ki…” kata Detty sambil mengangkat salah satu kakinya agar kontol Ricky mudah masuk.
Rickypun segera memasukkan kontolnya. Setelah kontol Ricky masuk memeknya, Detty menurunkan kakinya lalau berdiri dengan agak berjinjit mengimbangi tinggi tubuh Ricky. Ricky langsung mengeluarmasukkan kontolnya ke memek Detty.
“Ohh.. Enak sekali, Kii…” desah Detty. Detty menggerakan pinggulnya mengimbangi gerakan kontol Ricky. Dengan saling berpelukan mereka terus bersetubuh, sampai akhirnya tubuh Ricky mengejang, gerakannya makin cepat.. Setelah itu kontol Ricky didesakan ke memek Detty semakin dalam. Lalu.. Crott! Croott! Croott! Air mani Ricky tumpah di dalam memek Detty. Tubuh Ricky bergetar keras menahan nikmat.
“Ohh.. Tantee.. Nikmaatt…” desah Ricky sambil memeluk Detty erat, sementara kontolnya masih menancap di memek Detty.
Setelah kembali berendam untuk membersihkan diri, lalu berpakaian, mereka segera pulang ke Bandung. Di sepanjang jalan pulang, Detty dengan erat memeluk tubuh Ricky sambil sesekali tangannya memegang dan meremas kontol Ricky.
“Kamu hebat, Ki…” kata Detty.
“Kapan kita bisa begituan lagi, tante?” tanya Ricky.
“Kapan saja…” kata Detty sambil tersenyum lalu memeluk tubuh Ricky erat di atas motor.
Begitulah, entah sudah berapa puluh kali Detty telah bersetubuh dengan Ricky. Baik di rumah, di motel, dimanapun tiap ada kesempatan. Sampai suatu saat.. Sebetulnya pihak keluarga sudah sering mendengar kabar dari orang kalau Detty sangat akrab dengan Ricky, bahkan terlalu akrab. Bahkan ada yang bilang banyak yang melihat mereka keluar dari motel. Tapi keluarga tetap diam karena tidak ada bukti. Pernah mereka berdua ditanya oleh keluarga mengenai berita yang keluarga dengar dari orang, tapi mereka berdua dengan keras membantah..
Dalam suatu kesempatan, di suatu motel di pusat kota Bandung, Detty dan Ricky sedang asyik memacu birahi.. Saling cium, saling jilat, saling raba, saling remas, saling hisap.. Kontol Ricky keluar masuk memek Detty memberikan sensasi kenikmatan buat keduanya. Desahan dan jeritan kecil tanda kenikamatan kerap keluar dari mulut kedua orang yang masih terikat saudara itu.
Tiba-tiba ditengah kenikmatan yang sedang mereka rasakan terdengar suara pintu motel diketuk. Lama-lama terdengar makin keras.. Lalu mereka berdua berpakaian. Ketika pintu dibuka.. Irwan, Marwan, dan Ismu berdiri di depan pintu dengan wajah sangat buas. Tanpa banyak bicara Ricky langsung dipukuli oleh Irwan sampai babak belur tanpa ampun. Demikian juga dengan Detty, Marwan menyiksanya dengan penuh amarah. Teriakan minta ampun keduanya sudah tidak dihiraukan lagi.. Sampai akhirnya.. Marwan menceraikan Detty. Sedangkan Ricky sejak kejadian itu meninggalkan rumah sampai sekarang..

The post Cerita Sex Tentang Aib Keluarga appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Cerita Sex Tentang Gadis Cantik Dessy

$
0
0

Namaku Dessy, 23 tahun. Aku sekarang tinggal di Jakarta. Banyak orang mengatakan bahwa aku sangat cantik, walau aku tak merasa demikian. Aku dilahirkan di satu keluarga yang biasa saja. Ayah dan ibuku bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta. Aku mempunyai 2 orang kakak laki-laki. Yoga, 29 tahun, dan Okky, 25 tahun. Keduanya belum menikah. Yoga bekerja sebagai montir mobil, Okky bekerja serabutan. Dan aku sendiri sampai saat ini belum bekerja setelah tamat kuliah D3.
Aku selalu di rumah membantu ibu dalam urusan rumah tangga. Aku jarang keluar. Sampai saat ini aku belum mempunyai kekasih karena ada suatu hal yang akan aku ceritakan sekarang ini. Keluargaku tidak ada masalah dalam hal ekonomi. Ekonomi kami cukup walau tidak bisa lebih. Hanya saja ada satu hal yang sangat membebani perasaanku saat ini. Kurang lebih 5 bulan yang lalu awal dari beban perasaanku ini dimulai..
Waktu itu, 5 April 2004 pagi hari, ayah dan ibu serta Yoga sudah pergi kerja. Hanya Okky dan aku yang ada di rumah. Okky masih tiduran di kamarnya walau sudah bangun. Aku sendiri sedang menyapu di tengah rumah. Kulihat Okky bangkit dari ranjangnya dan segera keluar dari kamar.
“Masih ada makanan, tidak?” tanya sambil lewat.
Tak kusangka tangan Okky tiba-tiba meremas pantatku dari samping sambil lewat.
“Ihh.. Kamu ngapain sih!” aku membentak.
Okky hanya tersenyum dan segera ke kamar mandi. Aku pikir Okky hanya iseng menggoda aku. Tapi ketika Okky sudah selesai dari kamar mandi, tanpa sepengetahuanku tiba-tiba Okky memelukku dari belakang.
“Hei! Lepaskan aku!” aku berteriak sambil meronta.
Tapi Okky malah sengaja meremas buah dadaku dan menciumi leher dan tengkuk aku. Aku terus meronta, tapi pelukan Okky makin kuat.
“Diamlah, Des.. Sebentar saja,” bisik Okky di telingaku sambil tangannya tetap meremas buah dadaku.
Entah kenapa aku jadi lemah meronta. Malah aku rasakan ada perasaan aneh yang menjalari tubuhku. Antara mau dan tidak, aku biarkan tangan Okky meremas buah dadaku. Bahkan ketika Okky menyingkap dasterku dan tangannya masuk ke celana dalamku, aku biarkan tangannya meraba dan menelusuri belahan memekku.
“Mmhh…” aku mendesah dengan mata terpejam.
“Ke kamar, yuk?” bisik Okky tak lama kemudian.
Aku hanya bisa mengangguk. Okky lalu menarik tanganku ke kamarnya. Di dalam kamar, Okky dengan terburu-buru melepas semua pakaian yang melekat di tubuhku. Nafasnya terdengar cepat. Aku diam saja diperlakukan demikian oleh kakakku. Entah kenapa gairahku bangkit diperlakukan demikian.. Nafsuku makin terangsang lagi ketika kulihat Okky melepas semua pakaiannya dan terlihat kontolnya yang cukup besar dipenuhi bulu lebat berdiri dengan tegak.
Okky menghampiri, lalu mengecup bibirku. Aku langsung membalas ciumannya dengan hangat. Tangan Okky kembali bermain dan meremas buah dadaku. Kontolnya sesekali menyentuh memekku sehingga membuat darahku selalu berdesir.
“Ohh.. Ohh…” desahku ketika jari tangan Okky menyentuh memek dan menggosok-gosok belahan memekku. Aku sendiri langsung menggenggam kontol Okky dan meremasnya pelan.
“Mmhh…” desah Okky sambil menggerakkan pinggulnya.
“Isepin kontol aku, Des…” pinta Okky berbisik.
“Tidak mau ah, jijik…” kataku sambil terus mengocok kontol Okky.
“Ya sudah, masukkin langsung saja,” kata Okky sambil menarik tubuhku ke atas ranjang.
Tak lama tubuh Okky langsung menindih tubuhku. Diarahkan kontolnya ke memekku lalu didesakannya pelan-pelan.
“Aww! Pelan dong, Ky…” jeritku pelan.
“Susah masuk nih…” kata Okky sambil terus berusaha memasukkan kontolnya ke memekku.
“Aku masih perawan, Ky…” bisikku.
Okky tak menjawab. Dia terus berusaha menyetubuhiku.
“Bantuin dong…” bisik Okky.
Akupun segera menggenggam kontol Okky. Aku arahkan kepala kontolnya ke lubang memekku.
“Tekan pelan-pelan, Ky…” bisikku.
Okky mulai mendesakkan kontolnya pelan.
“Aww.. Terus tekan pelan-pelan.. Aww…” kataku sambil agak meringis menahan perih ketika kontol Okky mulai masuk ke memekku.
“Pelan, Ky.. Pelan.. Aww.. Aww.. Mmhh.. Ohh.. Terus, Ky…” bisikku lirih ketika kontol Okyy sudah mulai keluar masuk memekku.
Okky terus memompa kontolnya mulai cepat.
“Ohh…” desah Okky disela-sela gerakannya menyetubuhi aku.
“Kenapa kamu melakukan hal ini?” tanyaku sambil memeluk Okky.
“Karena aku sayang kamu, suka kamu…” jawab Okky sambil menatap mataku.
Aku diam. Tak terasa air mataku mengalir ke pipi..
“Kenapa kamu menangis?” tanya Okky sambil menghentikan gerakannya.
Aku diam sesaat. Mataku terpejam.
“Karena.. Sudahlah…” kataku sambil tersenyum.
Ada rasa tak menentu saat itu. Antara rasa sedih karena diperawani kakak kandung sendiri, dan juga gairah seks-ku yang sangat tinggi untuk disalurkan, dan entah perasaan apalagi saat itu yang ada di hatiku. Aku lumat bibir Okky sambil menggerakkan pinggulku. Okkypun segera membalas ciumanku sambil melanjutkan menggerakan kontolnya keluar masuk memekku. Lama kelamaan perasaan tak menentu yang sempat hinggap di hatiku mulai menghilang, terganti oleh rasa sayang terhadap kakakku dan rasa nikmat yang sangat tak terhingga. Tak lama aku rasakan Okky mulai menyetubuhiku makin cepat. Dengan mata terpejam didesakkannya kontolnya dalam-dalam ke memekku.
“Ohh.. Aku mau keluar, Des…” kata Okky.
“Jangan keluarkan di dalam, Ky…” pintaku sambil menggerakan pinggulku makin cepat mengimbangi gerakan Okky.
Tak lama Okky segera mencabut kontolnya dari memekku cepat-cepat. Lalu, crott! Crott! Crott! Air mani Okky menyembur banyak di atas perutku. Okky lalu bangkit dan duduk di pinggir ranjang. Diusap dan diremasnya buah dadaku. Akupun segera memegang dan menggenggam kontol Okky yang sudah mulai lemas.
“Aku sayang kamu…” kata Okky sambil mencium kening dan mengecup bibirku.
Aku tersenyum.. Begitulah, sejak saat itu kami selalu bersetubuh setiap ada kesempatan. Aku sangat menikmati persetubuhan kami. Kedekatan dan keromantisan hubungan kami semakin hari semakin kuat. Seringkali kami saling raba, saling remas bila sedang nonton televisi walau saat itu semua keluarga sedang kumpul. Aku nikmati itu setiap malam. Antara was-was kalau ketahuan dan rasa romantis serta nikmat, semua aku lakukan dengan suka hati.
Rasa sayang yang sangat besar bisa aku rasakan dari Okky. Apapun yang aku mau, atau apapun masalah yang aku hadapi, akan selalu dipecahkan dan dilalui bersama Okky. Kenikmatan dalam persetubuhan dengan Okky telah membawa aku ke suasana yang serba indah. Dengan Okky pula aku bisa merasakan bagaimana nikmatnya melakukan oral seks. Bagaimana rasanya di jilat memek sampai orgasme, bagaimana rasanya menjilat dan menghisap kontol sampai air mani Okky tumpah di dalam mulutku dan menelannya.
Untuk beberapa bulan kami nikmati “kegilaan” dalam hubungan asmara saudara sekandung. Entah sudah berapa banyak tempat yang kapai pakai untuk melampiaskan rasa sayang dan gairah dalam bentuk persetubuhan. Sudah banyak penginapan dan hotel yang kami singgahi untuk bisa memacu desah dan birahi untuk meraih kenikmatan. Entah sudah berapa puluh kali aku menghisap kontol dan menelan air mani Okky di dalam bioskop. Aku lakukan semua itu dengan perasaan bebas tanpa beban. Aku nikmati semua permainan yang kami lakukan.
Tapi ada satu hal yang mulai membebani hatiku saat ini. Aku mulai merasa berdosa atas hubunganku dengan kakak kandungku. Pernah aku bilang kepada Okky untuk menghentikan hubungan ini, dan mengatakan bahwa aku ingin membina hubungan dengan orang lain. Okky marah besar karenanya. Dia mengatakan bahwa dia sangat sayang aku, dan tidak ada satu orang lelakipun yang boleh menyentuh aku. Bahkan pernah ada beberapa lelaki yang main ke rumah untuk menemui aku, tidak pernah lagi datang berkunjung karena Okky selalu ikut nimbrung ketika aku menemui mereka. Okky selalu dengan ketus menimpali setiap ucapan mereka dengan ucapan yang menyindir dan menghina.
Hal lain adalah, aku tidak bisa menolak keinginan Okky untuk menyetubuhiku. Dan jujur saja kalau aku juga sangat menikmati cumbuan dia karena bisa memenuhi kebutuhanku untuk menyalurkan libido aku. Sekarang aku bingung harus bagaimana. Aku ingin hidup normal dalam membina hubungan asmara dan ingin normal dalam menyalurkan kebutuhan seks aku, tapi tidak mau menyakiti hati kakakku karena aku sangat sayang dia. Aku ingin hidup normal. Tolonglah..

The post Cerita Sex Tentang Gadis Cantik Dessy appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Cerita Sex Gadis Seksi Helena Montok

$
0
0

Berawal sejak sekitar enam bulan yang lalu, saat secara tidak sengaja Helena, saat ini 30 tahun, berkenalan dengan Dewi, wanita berusia sekitar 45 tahunan di satu Mall di Jakarta Utara. Sejak itu Helena sering diajak berkumpul dengan teman-teman Dewi di satu apartemen di Jakarta Utara pula entah untuk arisan, senam, atau untuk sekedar mengobrol.
Helena mengira bahwa group tersebut adalah perkumpulan biasa dari para ibu kelas atas yang dilakukan sekedar untuk mengisi waktu. Mereka berjumlah sekitar 7 orang, rata-rata berumur 45 sampai 50 tahunan. Sampai pada suatu hari..
“Eh, Helena.. Nanti siang kita akan kedatangan tamu istimewa”, kata Dewi.
“Tamu istimewa apa? Siapa?”, kata Helena polos.
“Kamu lihat saja nanti, kamu pasti suka..”, kata Ratna, orang yang dianggap ketua dari group tersebut.
“Apalagi kamu selalu berpakaian seksi begitu..”, kata Dewi sambil menatap penampilanku dari atas sampai bawah.
Saat itu, sesuai dengan tingkat kehidupan Helena yang dari kalangan atas, penampilan Helena selalu seksi dan glamour. Dengan memakai baju terusan katun sebatas paha, 20 cm di atas lutut hingga membuat Helena tampak seksi menggairahkan.
“Nah itu dia datang!”, teriak Ratna ketika mendengar bel di pintu berbunyi. Ratna segera bergegas membuka pintu apartemen dan mempersilakan tamunya masuk.
“Hallo semua.. Saya datang tepat waktu kan? Tepat jam 11.00..”, kata Ronny, lelaki itu, sambil melihat arlojinya.
“Tenang saja, Pak Ronny.. Anda datang kapan pun, kita selalu welcome..”, kata Dewi sambil tertawa dan melirik Helena.
“O iya, Pak.. Kenalkan ini Helena..”, kata Dewi memperkenalkan Helena.
“O ini Helena..?”, kata Ronny sepertinya sudah tidak asing mendengar nama Helena.
“Ya, saya Helena”, kata Helena sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
“Saya Ronny. Anda sangat cantik sekali..”, kata Ronny sambil menyambut tangan Helena.
“Terima kasih..”, kata Helena sambil tersenyum lalu segera melepaskan tangannya dari genggaman Ronny yang sangat erat.
“Hei! Jangan pada berdiri. Mari sini Pak, sudah saya sediakan semua..”, kata Ratna sambil tersenyum kepada Ronny, pria dandy yang berusia sekitar 50 tahun itu.
Mereka segera berpindah ke ruangan lain dimana Helena bisa melihat bahwa di meja sudah tersedia beberapa botol minuman keras serta beberapa bungkus kecil benda berbentuk bubuk putih beserta alat hisap serta sebuah jarum suntik.
“Naahh! Ini baru asyik!”, kata Ronny senang.
“Ayo kita have fun!”, ajak Ronny.
“Ayo!”, kata Ratna.
Akhirnya Ronny, Dewi dan Ratna duduk bersama dan segera menikmati semua yang telah tersedia. Sementara Helena karena merasa tidak terbiasa, segera pamit ke ruangan lain dan menonton televisi. Terdengar oleh Helena sesekali mereka menyebut-nyebut namanya, entah membicarakan apa karena tidak jelas.
“Helena sayang, bisa minta tolong ambilin kue di kulkas nggak?”, terdengar suara Dewi meminta bantuan.
“Iya, sebentar aku ambilkan!”, teriak Helena sambil bangkit lalu pergi menuju dapur. Helena segera membuka kulkas lalu mengeluarkan kue untuk dipotong-potong. Helena tak mengetahui kalau Ronny sudah berada di belakangnya.
“Tubuh anda mulus sekali..”, bisik Ronny sambil meraba punggung Helena yang terbuka.
“Ya Tuhan! Anda bikin kaget saya saja..”, teriak Helena. Ngapain sih ini orang? Kurang ajar amat!, umpat Helena dalam hati.
“Tak sangka anda begitu montok dan menggairahkan walau sudah punya anak..”, kata Ronny lagi sambil meremas pantat Helena. Bahkan tangannya berani menelusuri lekukan belahan pantat Helena.
“Hei! Anda jangan kurang ajar begini! Saya tidak suka!”, bentak Helena lalu pergi meninggalkan Ronny. Ronny hanya tersenyum..
“Kurang ajar tuh orang!!”, teriak Helena sambil cemberut.
“Kenapa sih, Helena?”, kata Dewi sambil tersenyum.
“Gila tuh orang! Pegang-pegang tubuh, remas-remas pantat otang seenaknya?”, kata Helena.
“Yee, harusnya kamu bangga dong.. Artinya kamu sangat menarik loh..”, kata Dewi lagi sambil menuang minuman ke gelas.
“Nih, minum dulu biar agak enakan..”, kata Dewi sambil menyodorkan gelas itu ke Helena.
“Sebel aku dengan orang itu..”, kata Helena sambil meneguk minuman tersebut.
“Sudahlah, sayang.. Biarkan saja dia..”, kata Dewi sambil menambahkan minuman ke gelas Helena.
Helena kembali meneguk minumannya sampai habis, lalu bangkit dan segera menuju kamar dengan maksud memisahkan diri dari mereka. Tapi setibanya di kamar, Helena merasakan tubuhnya dingin dan penglihatannya kabur. Badannya limbung. Helena heran karena tidak mungkin dia mabuk dengan minum beralkohol sejumlah yang dia minum tadi. Helena segera keluar dan menuju ruang tamu dengan niat akan berpamitan pulang karena merasa tidak enak badan.
“Aku mau pulang, Wi..”, kata Helena dengan tubuh berdiri limbung.
“Mau kemana, sayang.. Di sini aja dulu..”, kata Ratna sambil menarik tangan Helena hingga terduduk diapit tubuh Ratna dan Ronny.
“Lagian barusan Pak Ronny mengajukan tawaran bisnis yang banyak menguntungkan buat kita..”, kata Ratna lalu dengan panjang lebar menceritakan tawaran bisnis yang menggoda iman Helena.
“Gimana sayang? Kamu mau ikut?”, tanya Ratna.
“Kalau begitu sih aku ikut..”, kata Helena dengan mata sayu.
“Well done.. Kalau begitu kita rayakan deal bisnis kita..”, kata Ronny sambil merangkul dan menyodorkan gelas minuman kecil kepada Helena.
Helena mengambil dan meneguknya sebagai rasa penghormatan. Rasanya manis sedikit asam.
“Aduh, kenapa aku jadi tidak enak badan begini?”, kata Helena tak lama berselang.
“Aku ke dapur dulu..”, kata Helena lalu bangkit dan berjalan sempoyongan menuju dapur untuk minum air putih.
“Hei!!”, jerit Helena ketika dia merasakan ada tangan yang mendekapnya dari belakang.
“Lepaskan aku..”, suara Helena lemah.
“Tenang saja sayang.. Nikmati yang ada..”, terdengar suara Ronny sambil menciumi pundak dan tengkuk Helena, sementara tangannya meremas buah dada Helena. Terasa oleh Helena celana bagian depan Ronny sudah menggembung keras mendesak-desak pantatnya.
“Ohh.. Lepass.. kann..”, jerit Helena lirih sembari agak berontak untuk melepaskan remasan tangan Ronny pada buah dada dan pantatnya. Akibat pemberontakan tersebut tak sengaja tangan Ronny menyentuh dan menarik tali baju Helena hingga terlepas merosot ke lantai.
“Sudahlah sayang.. Nikmati saja surga dunia ini..”, terdengar suara Dewi, kemudian tertawa ketika melihat kondisi Helena. Ratna juga ikut mentertawakan sambil memegang kamera digital, sesekali Ratna mengambil gambar Helena dan Ronny.
“Aku mau pull.. pullangg..”, jerit Helena sambil berusaha lari ke kamar dalam keadaan setengah telanjang sempoyongan.
Tapi di tengah ruangan tubuhnya ambruk ke lantai. Ronny dan Dewi segera memapah tubuh Helena ke kamar dan dibaringkannya di ranjang. Dewi dan Ratna segera menjauh dari ranjang, sedangkan Ronny dengan bernafsu melepas semua pakaian dalam Helena, lalu kemudian melepas semua pakaiannya sendiri.
“Ohh.. Jangaann..”, jerit lirih Helena ketika mulut dan lidah Ronny menciumi dan menjilati buah dada seta puting susunya. Sementara tangan Ronny turun meraba dan menggosok-gosok memek Helena.
“Ohh.. Le.. Le.. Lepasskann..”, desah Helena ingin berontak di sela-sela kenikmatan yang mulai dirasakannya.
“Ooww.. Ohh..”, desah Helena keras ketika mulut Ronny turun ke perut lalu dengan liar lidahnya menjilati belahan memek Helena. Entah karena pengaruh minuman yang diminum, entah karena libido Helena yang terbilang tinggi, perasaan ingin berontak yang tadi ada lama-lama hilang diganti dengan kenikmatan atas perlakuan Ronny atas dirinya.
“Ohh.. Ohh.. Oohh!”, tubuh Helena berguncang keras ketika terasa ada cairan hangat yang menyembur di dalam memeknya disertai rasa nikmat yang luar biasa seiring jilatan lidah Ronny pada kelentitnya yang liar.
“Nikmat sayang?”, tanya Ronny sambil bangkit berdiri lalu menindih tubuh Helena.
Helena sudah tidak mampu menjawab pertanyaan Ronny karena pikiran dan perasaannya telah penuh dipengaruhi alkohol yang diminumnya. Yang dirasakan Helena adalah rasa melayang dan gairah yang menggebu untuk bersetubuh. Sekilas mata Helena melihat Dewi dan Ratna berdiri tak jauh dari ranjang sambil tertawa dan memotret dirinya serta Ronny.
“Oww.. Enak sekali sayang..”, desah Helena antara sadar dan tidak ketika terasa kontol Ronny yang tegang dan tegak telah keluar masuk memeknya.
“Kamu sudah punya anak tapi jepitan memekmu enak sekali..”, kata Ronny dengan nada berat seiring pompaan kontolnya di memek Helena.
Entah sudah berapa lama kali Helena berganti posisi dan entah sudah berapa kali pula Helena mendapatkan orgasme. Helena sudah tidak ingat sama sekali. Yang terasa olehnya hanya rasa nikmat disetubuhi Ronny.
“Ohh..! Mmhh..!”, hanya desahan demi desahan yang keluar dari mulut Helena beserta geliat tubuhnya ketika menikmati rasa yang teramat nikmat seiring keluar masuknya kontol Ronny di memeknya.
“Ohh! Fuck you girl! Fuck you!”, kata Ronny sembari mempercepat pompaan kontolnya ketika sudah terasa sesuatu yang mendesak akan keluar dari kontolnya.
“Ohh..!!”, suara Ronny terdengar berat.
Setelah mempercepat gerakan kontolnya, dengan cepat pula Ronny mencabut kontolnya dari memek Helena lalu dikangkanginya wajah Helena. Crott! Croott! Croott! Air mani Ronny tumpah menyembur banyak di wajah Helena yang terpejam antara sadar dan tidak.
“Mm..”, hanya suara itu yang keluar dari mulut Helena, lalu tertidur kelelahan.
Malamnya sekitar jam 19.00 Helena terbangun dalam kondisi tubuh telanjang. Tercium aroma khas sperma di ruangan itu. Di lantai terlihat satu kondom bekas pakai yang telah penuh dengan air mani. Juga terdapat bekas pembungkus Viagra di dekatnya.
“Ya Tuhan.. Apa yang terjadi padaku?”, batin Helena sambil meraba wajahnya yang banyak ditumpahi air mani yang hampir kering, juga di perut dan di sekitar memeknya banyak terdapat bekas cipratan air mani yang telah mengering..
“Sudah bangun kamu?”, terdengar suara Dewi mengagetkan Helena.
“Apa yang terjadi padaku, Wi..?”, tanya Helena lemah sambil bangkit dan duduk di pinggir ranjang.
“Kamu ternyata hypersex juga, sayang..”, kata Dewi sambil duduk di samping tubuh telanjang Helena.
“Kamu kuat melayani Ronny sampai beberapa ronde, beberapa jam non stop..”, kata Dewi lagi.
“Udah bangun, Helena?”, tanya Ratna yang baru masuk kamar.
“Welcome to the club, honey..”, kata Ratna sambil tersenyum penuh arti kepada Helena.
“Apa?”, tanya Helena.
“Ini tadi uang yang diberikan Ronny buat kamu..”, kata Ratna sambil melemparkan segepok uang ke pangkuan Helena yang masih telanjang.
“Itu empat juta setengah.. Buat kamu..”, kata Ratna.
“Aku.. Aku tidak mau.. Aku bukan pelacur!”, kata Helena sambil menatap Ratna.
“Terima saja sayang.. Dan mulai sekarang kamu harus menuruti perintah kami untuk melayani laki-laki yang kami tunjuk..”, kata Ratna tegas.
“Kenapa?!”, tanya Helena dengan hati berdebar.
“Karena semua sudah aku rekam..”, kata Ratna sambil memperlihatkan kamera digital.
“Kalau kamu menolak, maka foto-fotomu akan sampai ke tangan suamimu..”, kata Ratna tegas.
“Ya Tuhan..”, Helena langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
“Sudahlah sayang.. Lagian nanti kamu juga akan mendapat komisi kok..”, kata Dewi sambil mengusap rambut Helena.
“Ratna, aku minta berikan chip foto-fotoku itu.. Please..”, kata Helena memelas.
“Tidak! Ini adalah hidupmu. Aku telah memegang hidupmu..”, kata Ratna tegas.
“Aku bayar berapa pun kamu mau, asal kemarikan chip itu..”, kata Helena sambil bangkit mau merebut kamera di tangan Ratna. Tapi Ratna cepat menghindar.
Helena kemudian menangis sejadi-jadinya. Sejak saat itu Helena menjadi sapi perahan group tersebut dalam menjalankan bisnis mereka. Dengan terpaksa Helena harus menjadi escort lady, walau tentu saja Helena juga mendapatkan imbalan atas jasa kenikmatan yang di berikannya.

The post Cerita Sex Gadis Seksi Helena Montok appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Cerita Sex Pejabat Di Perkosa Perampok

$
0
0

Siang hari di sebuah rumah kosong, kembali saya mematangkan rencana yang telah kami susun dengan kedua anak buahku. Kali ini sasaran kami adalah sebuah rumah mewah yang terletak dibilangan Jakarta Selatan. Kami adalah sekawanan perampok yang menjunjung tinggi kode etik perampok, artinya tidak pernah tercampur dengan tindak criminal lainnya.
Sebagaimana para netters ketahui bahwa di zaman yang serba sulit saat ini, sangatlah sakit rasanya bila harus menahan lapar tiap hari sementara banyak orang di luar sana yang sanggup mengeluarkan uang ratusan ribu rupiah untuk sepiring nasi. Bahkan jauh lebih kenyang rasanya makan di Warteg daripada makan sepiring nasi yang berharga ratusan ribu tersebut. Setidaknya itulah bandingan kekontrasan yang terlihat di negara ini.
Saya tidak katakan tidak setuju mereka menikmati hasil jerih payah mereka. Dan tentu saya setuju kalau itu mereka dapatkan dengan kerja keras mereka. Dengan berkaca pada situasi inilah saya juga ingin merasakan paling tidak setengah dari keadaan tersebut. Tentu dengan kerja keras juga, hanya mungkin caranya berbeda. Jika mereka merampok dengan menggunakan dasi dengan wajah penuh damai, kami merampok dengan cadar dengan wajah tertutupi. Itulah salah satu factor pendorong terbesar sehingga terbentuklah kelompok ini.
Tepat jam 00.30 kami telah siap siaga di depan rumah mewah yang menjadi sasaran kami dini hari ini. Dengan cekatan saya merintis jalan masuk ke rumah yang diikuti anak kedua anak buahku. Satpam yang sedang ngantuk saat itu dengan mudah kami ikat. Tentunya kami tidak mengalami kesulitan masuk ke rumah ini karena hal ini kami adalah ahlinya.
Rumah yang serba mewah dengan perabotan yang serba mewah pula. Terdapat beberapa kamar yang harus kami periksa satu persatu. Dari tiga kamar kami berhasil melumpuhkan tiga orang yang menurut perkiraanku adalah pembantu. Terdiri dari dua wanita dan satu laki-laki yang kemungkinan supir pribadi di keluarga itu. Kami sampai diruangan yang cukup besar yang kurasa adalah ruang tamu. Terdapat photo keluarga yang terdiri dari lima orang, yakni suami istri, anak perempuan dua dan satu laki-laki yang kira-kira berumur dua puluhan.
Berpedoman pada photo tersebut, berarti kami harus membekuk lima orang lagi. Akhirnya kamar yang laki-laki dapat kami temukan dan langsung kami ikat dan satukan dengan para pembantu tadi. Dan selanjutnya kami temukan kamar para wanita bersebelahan. Kami mengikat para gadis yang mengenakan pakaian tidur tersebut. Sekilas wajah mereka tampak tidak kalah dengan para artis dan sangat seksi dengan pakaian tidur mereka. Tapi karena hal ini telah terbiasa bagi kami sehingga menganggapnya angin lalu saja. Yang penting bagaimana melaksanaakan aksi ini dengan sukses.
Karena kami kesusahan mencari kamar tidur utama, maka kami paksa mereka untuk menunjukkannya. Tampaknya si gadis yang lebih tua tegar juga dan tidak mau mengaku. Kesal bercampur gemas, saya tangkap buah dadanya.
“Auw.. Jangan..!” katanya tiba-tiba.
Sebagai lelaki normal, Berdesir darahku manakala memegang buah dada yang ternyata tidak muat digenggamanku. Mungkin karena dia memakai pakaian tidur membuat buah dadanya tidak terlihat menonjol. Seperti terhipnotis dengan buah dadanya tersebut, tangan saya tetap membetot kedua buah dadanya dan mata kami saling melotot. Tetapi akhirnya aku tersadar dan lanjut bertanya.
“Dimana kamar orang tuamu.. Jawab! Aku tak ingin menyakiti kalian!” kataku dengan lembut tapi tegas.
“Di atas..” akhirnya dia menjawab juga.
Dengan sigap kami naik ke atas dan mendapati beberapa kamar. Tapi tentunya siapapun dapat menebak mana kamar utamanya. Dengan berbagai kunci yang kami punya akhirnnya kami dapat membuka pintu kamar tersebut dengan tidak meninbulkan suara berisik.
Saya melihat dua sosok tubuh yang lagi tidur pulas di atas tempat tidaur yang sangat mewah. Setelah saya mendekat dan mengarahkan pistol di kepala si suami, saya berikan kode ke anak buahku agar menyalakan lampu utama. Kemudian kamar itu terang benderang. Saya kaget setelah dapat melihat dengan jelas wajah si suami tersebut. Siapa yang tidak mengenal dia di negeri ini. Bukankah dia salah satu pejabat di negara ini?
Kenapa tadi saya tidak memperhatikan photo keluarga tadi? Ingin rasanya mundur, tapi sudah terlanjur basah dan tentunya ini akan sangat memalukan bagi para perampok lain bila berita ini terdengar besok dengan judul “Sekawanan perampok menghentikan aksinya setelah mengenali wajah korbannya”. Sangat mencoreng profesi perampok bila hal ini terjadi.
Berarti aksi ini harus dituntaskan. Kembali saya amati kedua tubuh suami istri yang terlentang dengan menggunakan baju tidur itu. Kuamati pelan istrinya dengan seksama. Wajah yang sangat cantik keibuan sama halnya seperti ibu-ibu pejabat yang terhormat. Walau kutaksir sudah berumur kepala empat, tapi siapapun lelaki pasti masih bergairah melihat tubuh seperti ini.
Terlihat tonjolan di dadanya yang lumayan besar. Pandanganku turun ke bawah.. Seerr.. Berdesir jantungku melihat salah satu kakinya tertekuk ke samping yang membuat kakinya agak mengangkang sehingga baju tidurnya tersingkap sampai ke pangkal pahanya. Terlihat ujung celana dalamnya yang tentunya menutupi vaginanya. Warnanya hitam. Berlagak serius kusuruh anak buahku keluar kamar untuk mencari barang-barang berharga dengan meyakinkan aku sanggup mengatasi yang dua ini.
Tidak dapat kuingkari lagi kalau detak jantungku sangat keras. Dilain pihak saya menghormati komitmen perampok terhormat yang saya pegang kuat. Tapi siapa laki-laki normal yang tahan melihat hal seperti ini?
Sensasi yang semakin kuat membuat aku perlahan mendekatkan wajahku ke pangkal paha itu. Perlahan kuendus ujung vagina yang terlihat itu, uhh.. Semakin dekat sampai ujung hidungku menyentuh tonjolan vagina yang masih terbungkus celana dalam itu.
Perlahan kusingkapkan lagi baju tidurnya ke atas. Pelan-pelan semakin tampak gundukkan vagina istri pejabat tersebut. Saya singkapkan terus sampai ke pinggang tanpa membangunkan orangnya, sementara Pak pejabat masih mendengkur. Ternyata celana dalam yang dipakai ibu pejabat ini hanya sanggup menutupi setengah gundukan vaginanya. Setengah bagian atas gundukan vaginanya terbuka sampai terlihat sedikit garis yang membelah vagina itu yang ditumbuhi rambut halus.
Perlahan kujulurkan lidahku ke gundukan vagina yang sangat tebal itu. Kuusap-usapkan lidahku beberapa kali dari bawah ke atas sampai celana dalam itu basah. Akibatnya tonjolan clitoris vagina nyonya pejabat itu terlihat berbayang. Sengaja kuhindarkan persentuhan lidahku dengan kulit ibu pejabat itu biar dia tidak terbangun.
Pinggul Bu pejabat itu bergerak perlahan kesamping yang membuat pahanya semakin terbuka. Sementara batang zakarku yang sudah tegang terasa sakit karena terjepit dengan celana dalamku. Kuambil gunting dari kantong peralatan. Perlahan kusisipkan ujung gunting ke balik celana dalamnya secara mendatar sehingga celana dalam itu terpotong. Tampaklah bentuk vagina ibu pejabat itu secara utuh. Vagina yang sangat tebal terbelah panjang dengan clitoris yang mencuat keluar dari bibir vagina itu dihiasi dengan bulu-bulu halus rapi diseputar bibir vaginanya.
Nafsuku yang semakin tinggi membuat aku semakin berani. Kujilati langsung belahan vagina ibu pejabat itu. Kuusapkan lidahku dari bawah dekat dengan lubang anusnya sampai ke ujung clitorisnya.
“Akh..” tiba-tiba mulut ibu pejabat itu mendesis dan pinggulnya menghentak saat lidahku menyentuh clitorisnya.
Kuhentikan jilatanku karena kukira dia terbangun. Kutunggu sesaat ternyata terdengar lagi dengkuran halusnya. Terus kujilati belahan vaginanya dengan rakus, lubangnya yang merah tua dan juga sampai ke pinggir gundukan vaginanya sampai ke pangkal pahanya.
“Akh.. Akh.. Akh..” mulai terdengar desisan istri pejabat itu dan pinggulnya mulai bergerak naik turun mengikuti irama jilatanku di vaginanya.
Sedangkan vaginanya sudah semakin membengkak sehingga terlihat semakin menggembung ke atas dan basah. Mungkin dia lagi bermimpi sedang bersetubuh dengan Pak pejabat saat ini. Tak tahan lagi dengan batang zakarku yang terjepit, kukeluarkan melalui resleting celanaku. Sambil menjilati vagina Bu pejabat sementara tanganku mengocok batang zakarku. Kulihat lubang vagina nyonya pejabat itu mulai mengeluarkan lendir berwarna bening agak putih.
Kupercepat kocokanku pada penisku sampai kurasakan mendekati puncak sementara pinggul istri pejabat itupun semakin cepat begerak, turun naik dan kadang berputar halus. Kuhentikan jilatanku pada vaginanya ternyata pinggul itu terus bergerak.
“Ouhhss.. Aakhh.. Oohh..” desisan nyonya itu terdengar semakin berat.
Perlahan aku berdiri sambil mengocok batang zakarku. Pelan-pelan kudekatkan penisku ke vagina Bu pejabat itu. Ujung penisku mulai menyentuh bibir vaginanya dan perlahan kepala penisku kuarahkan ke lubang vagina istri pejabat itu. Karena goyangan pinggulnya membuat kepala penisku beberapa kali meleset dari lubang vaginanya.
Akhirnya kepala penisku bisa juga tepat di lubang vaginanya yang telah menganga itu. Terasa vaginanya hangat. Dan mulai kutekan perlahan.
“Bless”
Amblas kepala penisku tepat di lubang vagina yang sudah seperti ingin menelan batang zakarku. Tapi kalau kumasukkan semua nanti bisa membangunkannya. Akhirnya penisku hanya ku gosok-gosok saja dari lubang vaginanya sampai ke clitorisnya.
“Aahh.. Oohh.. Akhh..” desisan yang keluar dari mulut ibu pejabat itu semakin sering.
Dan aku juga semakin cepat dan kasar menggesek-gesek kepala penisku di bibir vaginanya. Beberapa menit kemudian terlihat pinggul ibu pejabat itu semakin naik ke atas yang membuat kepala penisku terbenam di lubang vaginanya. Sesaat kepala penisku terbenam di lubang vaginanya, kurasakan kepala penisku seolah digigit lubang itu dan kurasakan kedutan-kedutan vaginanya. Dan “seerr.. Seerr.. Seerr.. Serr” begitu kurasakan cairan keluar dari vagina istri pejabat itu menyirami kepala penisku.
Dan kurasakan juga spermaku hendak mau tumpah. Karena ruang gerakku terbatas, kutekan saja batang zakarku ke lubang itu dan..
“Crroott.. Crroott.. Crott.. Crot.” spermaku menyembur begitu banyaknya kusemprotkan ke lubang vagina nyonya pejabat itu.
Sebentar kemudian kubersihkan kepala penisku dengan mengusapkannya ke clitoris dan gundukan vaginanya. Lega dan terasa ringan rasanya badanku sekaligus sedikit lemas. Kumasukkan penisku ke dalam celanaku dan kututupi kembali vagina istri pejabat itu dengan menurunkan baju tidurnya sementara celana dalamnya kumasukkan ke kantongku.
“Bos, sepertinya penyimpanan uang dan barang berharga ada di kamar ini.”
Tiba-tiba anak buahku masuk ke dalam kamar. Untung semuanya telah selesai sehingga wibawaku dapat terjaga.
“Oke.. Mari kita ikat kedua orang ini” kataku.
Kemudian kami mengikat suami istri itu yang sekali gus membangunkan mereka.
“Siapa kalian?!” suara Pak pejabat setengah membentak.
“Diam dan patuhi perintah kami biar tidak ada yang terluka,” kataku dengan berwibawa yang membuat ciut nyali Pak pejabat itu.
Pertama kami mengikat Pak pejabat dengan kedua tangannya ke belakang dan kakinya juga dengan posisi duduk dan kaki tertekuk. Sementara istrinya sangat katakutan melihat todongan pistol kami. Sepertinya dia tidak sadar kalau tidak mengenakan celana dalam lagi. Sementara saya mengikat istrinya, kedua anak buahku memeriksa semua lemari yang ada di kamar itu. Kedua tangan si nyonya kuikat ke depan tapi tersambung dengan ikatan pada kedua kakinya sehingga dia tidak bisa duduk. Mereka kami taruh di lantai yang berlapis karpet mewah itu. Mereka tentunya takut berteriak karena todongan pistol kami.
Setelah kami menemukan barang-barang berharga dan sejumlah uang tunai, secepatnya kami bergegas meninggalkan mereka. Kusuruh anak buahku duluan mengantar barang-barang tersebut ke mobil kami. Mereka kira aku tidak memperhatikan, mereka meronta-ronta hendak melepaskan tali pengikat. Tapi tiba-tiba aku menoleh ke mereka yang membuat mereka langsung terdiam. Mungkin karena berusaha melepaskan tali, membuat baju istri pejabat itu tersingkap sehingga memperlihatkan pantatnya yang bulat.
Posisinya tertidur menyamping dengan kaki dan tangan terikat jadi satu. Sehingga aku dapat melihat lekukan pinggulnya yang sangat indah. Kulihat pantatnya yang berhadapan denganku saat itu.
“Ooohh..” tiba-tiba aku tersentak melihat pantatnya yang bulat.
Vaginanya terjepit diantara kedua belah pahanya. Terlihat wajah kedua suami istri itu cemas dengan apa yang akan kulakukan. Mereka heran bagaimana bisa sang nyonya tidak mengenakan celana dalam lagi. Perlaha kudekatkan wajahku ke belahan pantat dan vagina si nyonya yang terjepit pahanya.
Kembali jantungku berdebar kencang tak teratur. Siapa yang tahan lihat pemandangan seperti ini. Wajah si nyonya tampak semakin cemas saja melihat aku mulai mengendus vaginanya.
“Tolong jangan sentuh istriku, ambillah semua yang ada asal jangan kau ganggu istriku..” kata Pak pejabat memohon.
Bukannya aku tak berperasaan, tetapi apapun rasanya tak sanggup untuk menggantikan vagina istrinya yang telah membuat birahiku naik. Kujulurkan lidahku sampai menyentuh bibir vagina si nyonya yang sekaligus menyentuh clitorisnya yang keluar dari bibir vaginanya.
“Auwww.. Jangan.. Kumohon.. Jangan sentuh aku..” kata si nyonya memohon. Dengan posisi seperti ini, berarti dia memunggungi aku. Dia berusaha menoleh ke arah wajahku yang mulai menjilati vaginanya.
“Auhh.. Jangan.. Auhh..” katanya dengan suara memelas dan kegelian.
Aku tak perduli lagi, kali ini aku mau merasakan vaginanya secara utuh, sebagai balasan yang tadi. Kembali kujilati bibir-bibir vaginanya sambil mengelus-elus bongkahan pantatnya yang bulat besar. Terlihat belahan pantatnya membelah sampai ke vaginanya, sungguh pemandangan yang sangat indah.
Sementara batang zakarku kembali tegang. Segera kubuka semua pakaianku tanpa melepas cadar zorro ku. Sepertinya Pak pejabat sudah pasrah, mungkin sebagai lelaki dia dapat merasakan apa yang kurasakan, yaitu nafsu yang harus dituntaskan. Untuk itu sia-sia saja dia memohon bila sudah sejauh ini.
Kemudian kubuka pakaian tidur istrinya dengan mengguntingnya. Terpampanglah tubuh nyonya pejabat yang sangat mulus dan putih. Kugunting lagi BH nya dan tersembullan buah dadanya yang lumayan besar dan sudah mulai mengeras. Kedua tanganku meraba buah dadanya dari samping. Kuremas-remas dengan gemasnya.
“Akhh.. Jangan.. Akhh..” saya jadi merasa lucu tidak bisa membedakan larangan atau erangan yang keluar dari mulutnya.
Sambil meremas buah dadanya, kuciumi tengkuknya sampai ke punggungnya yang membuat bulu romanya merinding.
“Akhh.. Tolong.. Jangan teruskan.. Akhh..” katanya lagi berusaha menghentikanku.
Sementara badannya menggeliat-geliat merespon ciumanku. Ciumanku terus turun menyusuri pinggangnya yang ramping sampai ke buah pantatnya. Kujilati buah pantatnya dua-duanya. Kugigit daging pantatnya yang kenyal.
“Auwww.. Sakit..” erangnya kesakitan.
Kususupkan kepalaku ke pusarnya yang terjepit diantara ikatan tangan dan kakinya. Kujangkau sedapat mungkin bagian depan vaginanya sampai bagian itu basah dengan ludahku. Puas dengan itu, kembali kedua tanganku meremas dua buah pantatnya sementara mulutku melumat bibir vaginanya yang terjepit tanpa tersisa. Lubang vaginanya mulai mengeluarkan lendir bening, pertanda dia juga mulai terangsang.
Kujilati kedua batang pahanya yang mulus dan kembali lagi ke lubang vaginanya. Kucoba memasukkan lidahku ke lobang vaginanya.
“Auw.. Jangan.. Akhh.. Jangan..” dia mulai menangis tapi seperti kenikmatan juga.
Mungkin karena di depan suaminya membuat dia tersiksa antara menikmati tapi takut dengan suaminya. Sebenarnya aku masih ingin berlama-lama dengan tubuh nyonya pejabat ini tapi karena keburu pagi dan anak buahku terlalu lama nunggu dan bisa curiga, akhirnya aku berusaha menuntaskannya.
Tubuhku kurebahkan dan mensejajarkan dengan posisi tubuhnya dimana bagian tubuhnya yang sebelah kiri berada dibawah. Dia memunggungiku sementara badanku menghadap punggungnya. Perlahan kupaskan posisi selangkanganku dengan pantatnya yang membuat batang zakarku menyentuh belahan pantat dan bibir vaginanya. Tanganku yang kiri kususupkan dari bawah tubuhnya sampai dapat menggenggam buah dadanya sebelah kiri. Kupegang dengan erat yang membuat dia mengerang.
“Akhh.. Aaku mau diapakan..” tanyanya.
Tangan kananku mulai menggenggam batang zakarku dan mengarahkannya ke lubang vaginanya yang terjepit pahanya.
“Auw.. Jangan.. Tolong.. Jangan dimasukkan..” katanya sambil menjauhkan vaginanya dari penisku yang mulai menyentuh bibir vaginanya.
Biar tidak bergerak, kuangkat kaki kananku dan meletakkan diatas pinggulnya serta mengunci pergerakannya. Setelah tenang kembali kuarahkan batang zakarku ke lubang vaginanya.
Perlahan kuselipkan kepala penisku ke lubang vaginanya, dan..
“Auw.. Jangan.. Kumohon jangan masukkan..” katanya mengerang.
Tapi aku tak perduli lagi, kutekan pantatku sampai kepala penisku terbenam di jepitang lubang vaginanya.
“Pah.. Gimana donghh.. Ini..” katanya sambil menoleh ke suaminya yang wajahnya memerah.
Tapi Pak pejabat tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kurasakan kepala penisku sudah mantap terjepit di lubang vaginanya, kemudian tangan kananku meraih buah dadanya yang satu lagi.
“Tolong.. Jangan.. Tekaann.. Auw..” tiba-tiba dia menjerit ketika kutekan penisku hingga batang zakarku amblas semuanya yang membuat tubuhku sampai melengkung.
“Bleessek” suara batang zakarku menyusuri liang vaginanya.
Sesaat kudiamkan penisku didalam liang vaginanya. Kuciumi tengkuknya dan berusaha menciumi bibirnya tapi tidak sampai. Perlahan kuayun pantatku mengocok vaginanya. Karena terjepit pahanya membuat lubang vaginanya agak keset dan nikmat sekali rasanya.
“Akhh.. Hentikan..” katanya masih menangis berusaha menolak nikmat yang semakin dia rasakan.
Kupercepat ayunan pantatku membuat badannya terdorong-dorong ke depan.
“Auw.. Auwww.. Akhh..” erangannya keluar setiap penisku kudorong kedepan.
“Akhh.. Pahh.. Tolongin.. Pahh.. Akhh..” tiba-tiba kurasakan tubuhnya mengejang, pahanya semakin keras menjepit kontolku.
Badannya semakin menggulung ke depan menyebabkan badanku semakin ikut melangkung karena tertarik kontolku yang dijepit kuat vaginanya.
“Akkhh.. Pahh..” erangnya disaat kurasakan kepala zakarku disirami oleh cairan orgasmenya didalam liang vaginanya.
Kemudian dia lemas dan pasrah ketika semakin cepat kugoyang tubuhnya. Pak pejabat sekilas kulihat malah menonton keluar masuknya batang zakarku di vagina istrinya. Nampak wajahnya merah padam, mungkin ikut terbawa suasana juga. Beberapa menit kemudian aku ingin menuntaskan permainan ini. Kupercepat kocokan penisku di vaginanya, sampai menimbulkan bunyi, blessep.. bleessep.. blep, perpaduan antara batang zakarku dengan lubang vagina ibu pejabat itu.
Sesaat kemudian kudekap erat tubuhnya. Kedua tanganku dengan kuat membetot buah dada nyonya besar itu.
“Auwww..” jeritnya kaget merasakan ketatnya genggaman tanganku di buah dadanya.
Kemudian kaki kananku kembali kuletakkan di atas pahanya dan menjepitnya dengan kuat. Dengan pegangan yang kuat terhadap buah dadanya dan disertai jepitan kakiku di sekitar pahanya, kutekan penisku perlahan ke dalam liang vaginanya sampai mentok terganjal buah pantatnya. Walaupun sudah mentok, kudorong terus sekuat tenaga sampai tubuhnya terdekap dengan sangat kuat oleh tangan dan kakiku.
“Akhh.. Ohh.. Ampuunn..” erangnya masih dengan malu-malu mengeluarkan ekspresi kenikmatannya. Kelihatannya dia juga hendak orgasme yang kedua kalinya. Kurasakan dia juga mendorong pantatnya dengan kuat agar batang zakarku lebih dalam masuk ke laing vaginanya.
“Akhh..” erangan suaraku sangat berat melepaskan spermaku ke liang vaginanya.
“Cabuutt.. Jang.. an.. Keelluuaarrkhaann.. Di.. Dal.. lam..” katanya disaat spermaku muncrat didalam rahimnya tetapi sudah tidak kuperdulikan lagi. Spermaku terasa muncrat menembaki dinding rahimnya yang membuat banjir liang vaginanya.
“Aukhh.. Akhh.. Oohh..” tiba-tiba tubuhnya juga mengejang sampai melengkung ke depan. Kurasakan lagi semprotan cairan orgasmenya menyirami kepala penisku.
“Ahh..” erangnya lagi di sisa-sisa orgasmenya sementara masih terasa kedutan vaginanya mengurut-urut batang zakarku.
Tubuh kami berdua melemas. Untuk sesaat masih kudekap tubuhnya dan membiarkan batang zakarku tetap terbenam didalam liang vaginanya. Kami berdua terdiam dan dia juga tidak memperdulikan suaminya lagi. Mungkin ini kenikmatan yang paling indah dia rasakan dengan tubuh yang terikat.
Beberapa saat kemudian kucabut penisku dari dalam vaginanya.”Plop!” terdengar suara dari lubang vaginanya manakala penisku tercabut.
“Akhh..” erangnya lagi merasakan gesekan penisku meninggalkan liang vaginanya.
Segera kukenakan pakaianku. Sesaat kutatap mereka berdua.
“Maaf.. Pak, Bu, saya tidak bisa menahan diri,” kataku sambil berlalu meninggalkan kamar itu.
Di tangga kudapati anak buahku mau menyusul aku. Mereka takut apa yang terjadi padaku di atas. Setelah kubilang semuanya aman dan terkendali, kami bergegas meninggalkan rumah itu dengan hasil yang paling besar artinya sepanjang karirku merampok.
Sesaat kami hendak meninggalkan rumah itu, terdengar dari atas suara teriakan seorang perempuan.
“Rampookk..!”

The post Cerita Sex Pejabat Di Perkosa Perampok appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Cerita Sex DI Dapur Kenangan Seks Bebas

$
0
0

Sampai saat ini sebenarnya saya sedikit bingung bagaimana memulai ceritanya. Tetapi perlu anda ketahui bahwa yang saya ceritakan ini benar-benar terjadi pada diri saya. Saat ini saya berusia 20 tahun dan sudah menikah. Saya sampai saat ini masih kuliah di sebuah perguruan tinggi di Depok Semester lima. Saya menikah dengan suami saya Bang Hamzah yang lebih tua 8 tahun dari saya karena dijodohkan oleh orangtua saya pada saat saya masih berusia 18 tahun dan baru saja masuk kuliah. Namun saya sangat mencintai suami saya. Begitu pula suami saya terhadap saya (saya yakin itu benar).
Karena saya dilahirkan dari keluarga yang taat agama, maka saya pun seorang yang taat agama.Setelah pernikahan menginjak usia 1 tahun, suami saya oleh perusahaan ditugasi untuk bekerja di pabrik di daerah bogor. Sebagai fasilitas, kami diberikan sebuah rumah sederhana di komplek perusahaan. Sebagai seorang istri yang taat, saya menurutinya pindah ke tempat itu. Komplek tempat tinggal saya ternyata masih kosong, bahkan di blok tempat saya tinggal, baru ada rumah kami dan sebuah rumah lagi yang dihuni, itu pun cukup jauh letaknya dari rumah kami.
Karena rumah kami masih sangat asli kami belum memiliki dapur, sehingga jika kami mau memasak saya harus memasak di halaman belakang yang terbuka, ciri khas rumah sederhana. Akhirnya suami memutuskan untuk membangun dapur dan ruang makan di sisa tanah yang tersisa, kebetulan ada seorang tukang bangunan yang menawarkan jasanya. Karena kami tidak merasa memiliki barang berharga, kami mempercayai mereka mengerjakan dapur tersebut tanpa harus kami tunggui, suami tetap berangkat ke kantor sedangkan saya tetap kuliah.
Sampai suatu hari, saya sedang libur dan suami saya tetap ke kantor. Pagi itu setelah mengantar Bang Hamzah sampai ke depan gerbang, saya pun masuk ke rumah. Sebenarnya perasaan saya sedikit tidak enak di rumah sendirian karena lingkungan kami yang sepi. Sampai ketika beberapa saat kemudian Pak Sastro dan dua orang temannya datang untuk meneruskan kerjanya. Dia tampak cukup terkejut melihat saya ada di rumah, karena saya tidak bilang sebelumnya bahwa saya libur.
“Eh, kok Neng Anggie nggak berangkat kuliah..?”
“Iya nih Pak Sastro, lagi libur..” jawab saya sambil membukakan pintu rumah.
“Kalo gitu saya mau nerusin kerja di belakang Neng..” katanya.
“Oh, silahkan..!” kata saya.
Tidak lama kemudian mereka masuk ke belakang, dan saya mengambil sebuah majalah untuk membaca di kamar tidur saya. Namun ketika baru saja saya mau menuju tempat tidur, saya lihat melalui jendela kamar Pak Satro sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian kotor yang biasa dikenakan saat bekerja. Dan alangkah terkejutnya saya menyaksikan bagaimana Pak Sastro tidak menggunakan pakaian dalam. Sehingga saya dapat melihat dengan jelas otot tubuhnya yang bagus dan yang paling penting penisnya yang sangat besar jika dibandingkan milik suami saya.
Saya seketika terkesima sampai tidak sadar kalau Pak Satro juga memandang saya.
“Eh, ada apa Neng..?” katanya sambil menatap ke arah saya yang masih dalam keadaan telanjang dan saya lihat penis itu mengacung ke atas sehing terlihat lebih besar lagi.
Saya terkejut dan malu sehingga cepat-cepat menutup jendela sambil nafas jadi terengah-engah. Seketika diri saya diliputi perasaan aneh, belum pernah saya melihat laki-laki telanjang sebelumnya selain suami, bahkan jika sedang berhubungan sex dengan suami saya, suami masih menutupi tubuh kami dengan selimut, sehingga tidak terlihat seluruhnya tubuh kami.
Saya mencoba mengalihkan persaan saya dengan membaca, tetapi tetap saja tidak dapat hilang. Akhirnya saya putuskan untuk mandi dengan air dingin. Cepat-cepat saya masuk ke kamar mandi dan mandi. Setelah selesai, saya baru sadar saya tidak membawa handuk karena tadi terburu-buru, sedangkan pakaian yang saya kenakan sudah saya basahi dan penuh sabun karena saya rendam. Saya bingung, namun akhirnya saya putuskan untuk berlari saja ke kamar tidur, toh jaraknya dekat dan para tukang bangunan ada di halaman belakang dan pintunya tertutup. Saya yakin mereka tidak akan melihat, dan saya pun mulai berlari ke arah kamar saya yang pintunya terbuka.
Namun baru saya akan masuk ke kamar, tubuh saya menabrak sesuatu hingga terjatuh. Dan alangkah terkejutnya, ternyata yang saya tabrak itu adalah Pak Sastro.
“Maaf Neng.., tadi saya cari Neng Anggie tapi Neng Anggie nggak ada di kamar. Baru saya mau keluar, eh Neng Anggi nabrak saya..” katanya dengan santai seolah tidak melihat kalau saya sedang telanjang bulat.
Perlu diketahui, saya memiliki kulit yang sangat putih mulus dan walau tidak terlalu tinggi bahkan sedikit mungil (152 cm), namun tubuh saya sangat proposional dengan dua buah payudara berukuran 34C yang sedikit kebesaran dibandingkan ukuran tubuh saya.
Saya begitu malu berusah bangkit sambil mentupi dada dan bagian bawah saya.
Namun Pak Satro segera menangkap tangan saya dan berkata, “Nggak usah malu Neng.., tadi Neng juga udah ngeliat punya saya, saya nggak malu kok..”
“Jangan Pak..!” kata saya, namun Pak satro malah mengangkat saya ke arah halaman belakang menuju dua orang temannya.
Saya berusaha memberontak dan berteriak, tapi Pak Sastro dengan santainya malah berkata, “Tenang aja Neng.., di sini sepi. Suara teriakan Neng nggak bakal ada yang denger..”
Melihat tubuh telanjang saya, kedua teman Pak Sastro segera bersorak kegirangan.
“Wah, bagus betul ni tetek..” kata yang satu sambil membetot dan meremas payudara saya sekeras-kerasnya.”Tolong jangan perkosa saya, saya nggak bakalan lapor siapa-siapa..” kata saya.
“Tenang aja deh kamu nikmati aja..” kata teman Pak Sastro yang badannya sedikit gendut sambil tangannya meraba bulu kemaluan saya, sedang Pak Satro masih memegang kedua tangan saya dengan kencang.
Tidak berapa lama kemudian saya lihat ketiganya mulai melepas pakaian mereka. Saya melihat tubuh-tubuh mereka yang mengkilat karena keringat dan penis mereka yang mengacung karena nafsunya. Dengan cepat mereka membaringkan tubuh saya di atas pasir. Kemudian Pak Sastro mulai menjilati kemaluan saya.
“Wah.., memeknya wangi loh..” katanya.
Saya segera berontak, namun kedua teman Pak Satro segera memegangi kedua tangan dan kaki saya. Yang botak memegang kaki, sedangkan yang gendut memegang kedua tangan saya sambil menghisap puting susu saya. Tidak berapa lama kemudian Pak Sastro mulai mengarahkan penisnya yang besar ke lubang kemaluan saya. Dan ternyata, yang tidak saya duga sebelumnya, rasanya ternyata sangat nikmat. Benar-benar berbeda dengan suami saya. Namun karena malu, saya terus berontak sampai Pak Sastro mulai mengoyangkan penisnya dengan gerakan yang kasar, tapi entah kenapa saya justru merasa kenikmatan yang luar biasa, sehingga tanpa sadar saya berhenti berontak dan mulai mengikuti irama goyangnya.
Melihat itu kedua teman Pak Sastro tertawa dan mengendurkan pegangannya. Mendengar tawa mereka, saya sadar namun mau memberontak lagi saya merasa tanggung, sehingga yang terjadi adalah saya terlihat seperti sedang berpura-pura mau berontak namun walau dilepaskan saya tetap tidak berusaha melepaskan diri dari Pak Sastro.
Tidak lama kemudian Pak Sastro membalikkan tubuh saya dalam posisi doggie tanpa melepaskan miliknya dari kemaluan saya. Melihat itu, tanpa dikomando si gendut langsung memasukkan penisnya ke mulut saya. Saya berusaha berontak, namun si gendut menjambak saya dengan keras, sehingga saya menurutinya. Saya benar-benar mengalami sensasi yang luar biasa, sehingga beberapa saat kemudian saya mengalami orgasme yang luar biasa yang belum pernah saya alami sebelumnya. Tubuh saya menjadi lemas dan jatuh tertelungkup. Namun tampaknya Pak Satro belum selesai, sehingga genjotannya dipercepat sampai kemudian dia mencapai kelimaks dan memuntahkan spermanya ke dalam rahim saya.
Begitu Pak Sastro mencabutnya, si botak langsung memasukkan kemaluannya ke dalam milik saya tanpa memberi waktu untuk istirahat. Tidak lama kemudian si gendut mencapai kelimaks, dia menekan kemaluannya ke dalam mulut saya dan tanpa aba- aba, langsung menembakkan spermanya ke dalam mulut saya. Banyak sekali spermanya yang saya rasakan di mulut saya, namun ketika saya hendak membuang sperma itu, Pak Sastro yang saya lihat sedang duduk beristirahat berkata.
“Jangan dibuang dulu, cepet kamu kumur-kumur mani itu yang lama.. pasti nikmat.. ha.. ha.. ha..”
Dan seperti seekor kerbau yang bodoh, saya menurutinya berkumur dengan seperma itu.
Sementara si botak terus mengocok penisnya di dalam kemaluan saya, saya melihat Pak Sastro masuk ke dalam rumah saya dan keluar kembali dengan membawa sebuah terong besar yang saya beli tadi pagi untuk saya masak serta sebuah kalung mutiara imitasi milik saya. Tidak berapa lama kemudian si botak mencapai kelimaks dan saya pun terjatuh lemas di atas pasir tersebut. Melihat temannya sudah selesai, Pak Satro menghampiri saya sambil memaksa saya kembali ke posisi merangkak.
“Sambil menunggu tenaga kita kembali pulih, mari kita lihat hiburan ini..” katanya sambil memasukkan terong ungu yang sangat besar itu ke dalam vagina saya.
Tentu saja saya terkejut dan berusaha memberontak, tetapi kedua temannya segera memegangi saya.
Dan tidak lama kemudian, “Bless..!” terong itu masuk 3/4-nya ke dalam vagina saya.
Rasa sakitnya benar-benar luar biasa, sehingga saya menggoyang-goyangkan pantat saya ke kiri dan kanan.
“Lihat anjing ini.. ekornya aneh.. ha.. ha.. ha..” kata si botak.
“Sekarang kamu merangkak keliling halaman belakang ini, ayo cepat..!” kata si gendut.
Dengan perlahan saya merangkak, dan ternyata rasanya benar-benar nikmat.
Karena rasa geli-geli nikmat itu, sedikit-sedikit saya berhenti, tetapi setiap saya berhenti dengan segera mereka mencambuk pantat saya. Tidak berapa lama saya mencapai kelimaks, melihat itu mereka tertawa. Pak Sastro kemudian menghampiri saya, lalu mulai memasukkan kalung mutiara imitasi yang sebesar kelereng tadi satu persatu ke dalam lubang anus saya.
Saya kembali menjerit, tetapi dengan tenang dia berkata, “Tahan dikit ya.., nanti enak kok..!”
Sampai akhirnya, kemudian kalung itu tinggal seperempatnya yang terlihat, lalu sambil menggenggam sisa kalung tersebut dia berkata.
“Sekarang kamu maju pelan-pelan..”
Dan ketika saya bergerak, kembali kalung itu tercabut pelan-pelan dari anus saya sampai habis. Begitulah mereka mempermainkan saya sampai kemudian mereka siap memperkosa saya lagi berulang-ulang sampai sore hari, dan anehnya setiap mereka kelimaks saya pun turut orgasme dengan arti saya menikmati diperkosa.
Dan anehnya lagi, malam harinya ketika suami saya pulang, saya sama sekali tidak melaporkan kejadian tersebut kepadanya, sehingga pemerkosaan tersebut terus terjadi berulang-ulang setiap saya sedang tidak kuliah. Dan setiap memperkosa, mereka selalu menyelingi dengan mengerjai saya dengan cara yang aneh-aneh, dan itu berlangsung sampai dapur saya selesai dibangun.

The post Cerita Sex DI Dapur Kenangan Seks Bebas appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Cerita Sex Gadis Korban Perkosaan dan Pembunuhan

$
0
0

“Bung, sekarang giliran kamu. Hayoh! Jangan sungkan-sungkan!”
Saat aku menatap tubuh telanjang di atas tempat tidur itu, terus terang rasa tidak tegaku muncul. Gadis itu masih terlalu kecil, kataku dalam hati. Payudaranya saja belum tumbuh benar. Tapi lendir-lendir basah keputihan yang mengalir dari liang kemaluannya itu berkata lain.
“Tunggu apa lagi? Hayoh! Kalau tidak mau ya, jangan di sini!”
Gadis kecil itu membuka sedikit kelopak matanya. Aku terenyuh saat menyaksikan matanya seolah memohon agar penderitaannya segera diakhiri. Ia harus pulang, kata matanya, ia harus menyetor lembar puluhan ribu itu pada ibunya. Ia harus membayar untuk keperluan sekolahnya. Tapi ia masih terlalu kecil, lagi kata hatiku berseru. Kamu punya otak? Punya hati nurani? Otak mungkin sudah terbang, saat aku mendekati gadis kecil itu. Tapi nurani masih ada Bung, karena itu aku menutup mata.
“Hkk..” gadis kecil itu mengerang saat batang kemaluanku menusuk masuk.
Licin, gumamku dalam hati. Beberapa orang tertawa di belakangku.
“Begitu baru bagus. Hayoh..! Sikat dia! Tancap terus sampai mampus!”
Aku menggerakkan pinggulku tanpa perasaan. Tidak sekali pun kubuka mata ini. Sebab kalau kubuka dan aku melihat wajahnya yang meringis itu, aku pasti akan segera melarikan diri.
“Hayoh..! Hahaha..! Hayoh..!”
Laki-laki yang suka berseru “Hayoh!” itu bernama Jomblang. Jelas-jelas itu nama panggilan. Nama aslinya aku tidak tahu, karena aku baru mengenalnya malam itu, saat aku dan teman-temanku bersenda gurau di sebuah warung kopi. Sayang, saat Erwin menyapanya, aku tidak melihat gadis kecil itu berdiri di belakangnya. Lihatlah sekarang, apa yang sedang kulakukan. Aku sedang bersetubuh dengan seorang bocah ingusan yang kukira usianya terpaut dua puluh tahun denganku.
“AKK..! AKK..!” begitu aku mendengarnya memekik-mekik.
Suara tawa sahabat-sahabatku, beserta teriakan-teriakan penambah semangat mereka masih juga dapat kudengar.
“Hayoh..! Sikat, Bleh..!” juga suara si Jomblang yang parau itu.
Aku heran, kenapa juga tadi aku mau diajak ke rumah ini. Kenapa juga tadi aku mau disuruh masuk ke dalam kamar untuk menyaksikan semuanya. Dan kenapa aku mau pula saat disuruh ‘melakukan’?
“Ampun, Oom..! Ampun..!” tiba-tiba aku mendengar si gadis kecil merengek.
Tidak tahan, kubuka mataku. Benar juga. Hatiku pilu seketika. Ternyata gadis kecil itu sedang menangis sesunggukan. Beban lima lelaki pasti terlalu berat untuknya.
“Lihat! Dia minta ampun! Hahaha..!” suara si Jomblang terdengar lagi, tawanya semakin keras.
Aku berhenti menggerakkan pantatku. Ya. Aku berhenti. Kupandangi gadis itu yang sudah diam dalam-dalam. Kelopak matanya yang tadi terpejam juga membuka. Dan ia menatapku di balik genangan air matanya.
“Oom..”
“Hayoh..! Kenapa berhenti?”
“Sudah, Blang, sudah. Kasihan itu anak kecil.”
Saat aku menoleh, kulihat salah seorang temanku memegangi pundak si Jomblang. Tetapi orang berwajah liar itu langsung menepis.
“Edan! Masa cuma segitu? Hayoh! Terus lagi..!”
Aku kembali berpaling ke arah si gadis kecil. Hatiku merasa iba. Gadis kecil itu memejamkan matanya. Ia begitu pasrah.
Sorakan si Jomblang kembali terdengar saat aku bergerak lagi, “Hayoh..! Hayoh..! Hayoh..!”
Hayoh kepalamu, pikirku berang. Tapi aku bergerak juga. Akhirnya, aku tidak tahan lagi. Kutarik batang kemaluanku dan ejakulasi di atas bulu kemaluannya yang jarang-jarang itu. Sorakan-sorakan menghilang, juga hayoh-hayoh. Semua seolah meresapi kejadian itu. Bangsat..! Batinku dalam hati. Bukan pada si hayoh-hayoh itu. Tapi pada diriku sendiri.
“Bagus, Bung. Anda luar biasa..!” si Jomblang menepuk pundakku dari belakang.
Saat kubalikkan tubuh, teman-temanku berkerenyit dengan menggeleng. Erwin tampak menyiratkan rasa penyesalan itu di bibirnya yang tergigit. Selebihnya, hanya si hayoh-hayoh yang terkekeh-kekeh. Mengapa orang-orang ini begitu takut pada si liar itu, tanyaku dalam hati. Hatiku terasa kecut saat menyadari bahwa aku juga takut.
“Blang, kami pulang dulu.” akhirnya Erwin membuat semua orang selain si hayoh, bernafas lega.
Tanpa memperhatikan, Jomblang mengayunkan lengan.
“Hahaha. Oke, oke. Terima kasih dan hati-hati di jalan.”
Aku berharap dia mati ditabrak bus nyasar saat ia keluar wisma nanti. Bodoh, itu tidak akan terjadi. Sementara di depan mataku, yang terjadi saat itu si Jomblang sudah menindih tubuh gadis kecil itu dan menciuminya dari jidat ke payudara. Monyet, umpatku sekali lagi sebelum meninggalkan tempat itu.
Selama perjalanan pulang, tidak ada seorang pun dari kami berempat yang mengeluarkan suara. Semuanya sibuk dengan ingatan akan dosa masing-masing. Oke, kami tadi baru saja menggauli beramai-ramai seorang gadis di bawah umur. Menggelikan mengingat perut-perut buncit kami yang seharusnya kenyang berisi pengalaman tentang getir hidup. Seorang bocah dan lima lelaki? Sinting! Tapi itulah yang teradi belasan menit yang lalu.
“Hati-hati, Ton.”
“Iya, kalian juga,” balasku dengan memaksa diri untuk tersenyum.
Panther kelabu itu segera melaju dari hadapanku. Saat kubalikkan tubuh, yang kutatap pertama kali adalah rasa menyesal.
Rumah benar-benar sepi saat aku masuk. Lampu ruang tamu dan ruang tengah juga sudah dimatikan. Jam di atas TV menunjukkan pukul setengah dua pagi. Berusaha tidak menimbulkan kegaduhan, aku melepas sepatu kerja yang kukenakan, lalu menuju ke kamar tidur.
“Pa..?” wanita itu, isteriku, membalikkan tubuh saat aku menutup pintu.
“Belum tidur, Ma..?” tanyaku sambil tersenyum. Ia menggelengkan kepala.
“Dari mana..?”
Dari memperkosa seorang bocah, kata hatiku.
“Dari jalan-jalan. Dengan yang lainnya,” jawabku seraya melepas kemeja dan celana.
“Minum..?” kudengar wanita itu bertanya lagi.
“Tidak, hanya kopi.” kataku.
Kuraih sebuah kaos dan celana pendek.
“Sini..!” bisiknya setelah aku berpakaian.
Saat aku tiba di pinggir tempat tidur, ia merentangkan kedua tangannya.
“Aku mau memelukmu. Pelukan selamat datang.” bisiknya seraya tersenyum.
Kubalas senyumannya, lalu menjatuhkan tubuhku di atas tempat tidur, ke dalam pelukannya.
“Capek?” ia bertanya.
Tangannya memijat dada dan pangkal lengan kiriku. Aku mengangguk. Capeknya bukan di otot, Ma. Tapi di hati.
“Mau aku.. mm..?”
Kupegang tangannya saat ia mulai mengelus bagian bawah pusarku.
“Aku mau keluar sebentar.” ucapku, mencoba untuk tersenyum.
Wanita itu mengangguk.
Aku bangkit dari tempat tidur, lalu melangkah keluar kamar. Bingung. Apa yang harus kulakukan? Kulangkahkan kakiku menuju dapur, membuka kulkas, dan mengeluarkan botol jus melon yang isinya masih tersisa sepertiga. Jus melon itu membuat tenggorokanku yang kering menjadi lebih segar. Begitu pula otakku. Mungkin kalau ada jus melon penghilang rasa bersalah, akan sangat berguna saat itu. Tanpa sadar, kesegaran itu membawa kakiku melangkah melintasi lorong rumah. Saat kubuka pintu kamar berwarna merah jambu itu, aku tersenyum. Kamar itu terasa hangat sekali.
Aku tidak berani menyalakan lampu. Takut kalau bidadari kecil itu terbangun nantinya. Jadi kubiasakan pandanganku dalam gelap, sebelum melangkah lebih dekat, sampai ke pinggir tempat tidur. Angin dari AC ini dingin sekali, pikirku dalam hati. Aku membalikkan tubuhku dan menuju AC yang mendengung di belakangku. Aku sedikit heran saat melihat tombol sudah menunjuk ke LOW. Belum ada kontrol temperatur seperti AC di kamarku sendiri. AC tua ini masih bagus, selalu begitu kataku pada isteriku.
Masih merasa dingin dan bingung, aku mengangkat bahu dan melangkah mendekati tempat tidur. Senyumku mengembang saat melihatnya. Bidadari kecilku, bisikku dalam hati. Masih tersenyum, kuangkat selimut yang menutup sampai ke pundaknya. Dan bidadari kecilku menggeliat, menyadari kehadiran bapaknya.
Aku meloncat mundur dan memegangi tembok. Wajah gadis itu..! Gadis itu..! Gadis itu menyeringai ke arahku. Matanya membeliak mengerikan. Bola mata seolah hendak melompat dari situ. Ia menyeringai menampakkan deretan giginya yang kuning. Lalu matanya memutih dan seringainya hilang, berganti dengan mulut yang setengah membuka.
“AKK..! AKK..!” desahan itu menggema di kepalaku.
“Tidak..!” aku berbisik dan menutup telingaku. Kupejamkan mata.
Saat aku membuka mata, hanya dengung AC dan keremangan yang menyambutku. Keringat dingin mengucur di dahiku. Bulu tengkuk yang sedetik lalu berdiri sudah kembali lemas. Tapi jantungku masih berdegup kencang. Kuberanikan diri untuk kembali mendekat. Kuhembuskan napas lega saat melihat bidadari kecilku di sana. Masih tetap cantik dan molek, mirip ibunya. Tersenyum lega, kubetulkan tepian selimut yang menutupi tubuhnya. Saat itu mendadak hawa dingin kurasakan lagi. Kali ini lebih dingin. Berkerenyit ngeri, aku membalikkan tubuh menuju pintu keluar. Mirip kucing kena air, aku menutup pintu dan cepat-cepat kembali ke kamarku sendiri.
Isteriku menyambutku dengan wajah heran.
“Dari mana saja, Pa? Tadi aku mendengar suara. Papa baik-baik saja?”
Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Aku hanya memandang ke arahnya dengan pandangan kosong. Saat aku berhasil menguasai ketakutanku. Sedih muncul. Rasa bersalah muncul.
“Aku akan menjadi Papa yang baik,” begitu aku berkata padanya saat bidadari itu lahir ke dunia.
Aku masih mengingatnya dengan baik sekali. Dan waktu itu ia berkata, “Aku percaya padamu, Pa.”
Semuanya terasa menjadi sebuah kebohongan besar sekarang. Jadi bohong setelah bertahun-tahun tampak nyata.
Aku tidak sadar bagaimana ia mendadak ada di hadapanku. Isteriku mengangkat tangan dan menempelkan punggung telapaknya di keningku.
“Kamu berkeringat. Kamu sakit?” ucapnya dengan nada khawatir.
Kugelengkan kepala. “Tidak, aku tidak apa-apa.”
Lagi-lagi sebuah dusta. Entah berapa banyak lagi yang akan mengalir dari mulutku. Aku tidak tahu.
Isteriku lalu mencium bibirku. Aku merinding saat kusadari apa yang ia mau dariku saat itu. Tapi tubuhku tidak kuasa menahan gejolak yang ditimbulkannya. Dari gesekan-gesekan buah dadanya. Dari caranya memeluk dan mempermainkan cuping telingaku.
Tidak berapa lama kemudian, kami sudah bergulat tanpa busana di ranjang. Menggeluti satu dengan lainnya seperti ular, dengan tangan dan kaki. Bibir saling berpagutan. Tangannya bergerak aktif membelai bagian-bagian tubuhku. Aku pun tidak kalah sengit. Semakin bernafsu memainkan jemariku di dalam liang kewanitaannya. Masih berpagutan, ia tersenyum. Matanya yang semula mengatup menatapku mesra.
Sedetik setelah aku tersenyum, isteriku mendorong pundakku lalu mengangkangi tubuhku. Tidak tahan dengan sensasi yang muncul kala batang kemaluanku didudukinya, aku mengerang dan membusurkan punggungku. Isteriku bergerak-gerak maju mundur di atasku.
“Ahh.. ahh..!” erangannya dan eranganku menyatu.
“Ahh.. ah.. AKK..! AKK..!”
Aku membuka mata, membelalak ngeri.
GADIS ITU..! GADIS ITU..! IA DI ATASKU SEKARANG..! Ia menyeringai. Menyeringai jahat. Matanya membeliak, bolanya hendak melompat keluar. Kemudian matanya memutih, dan bibirnya setengah membuka. Hawa terasa dingin sekali seketika.
“AKK..! AKK..!”
“Aaarrgghh..!” aku berteriak sekuat tenaga.
Aku mendorong lenganku dan melontarkan tubuh itu dari atasku. Kuayunkan lenganku ke depan.
“Pergi..! Pergi..!” teriakku seraya menutup mata.
Suara benda jatuh dan erang kesakitan membuatku tersadar. Saat kubuka mataku, kulihat isteriku mengaduh di lantai.
“Ma..?” panggilku terkejut.
Isteriku masih mengelus-elus pinggulnya saat ia menatapku dengan pandangan bertanya-tanya.
“Pa..? Kenapa sih..? Ada apa..?”
Aku menutup wajahku dan tidak tahu harus berkata apa. Kurasakan tempat tidur bergerak saat isteriku naik. Tangannya menyisiri rambutku.
“Ada apa, Pa..? Ada masalah apa..?”
Aku tidak dapat menceritakannya. Aku tidak mau menghancurkan segalanya. Aku takut. Aku seorang bapak rumah tangga yang baik. Seperti yang pernah kuucapkan dulu.
“Aku hanya lelah. Itu saja.” aku berkata, seraya menurunkan tangan dan tersenyum.
Isteriku membalas senyumanku. Ia menarik kepalaku dan menyandarkannya di dadanya.
“Maaf, Pa. Aku tak tahu. Tidur saja ya?”
Aku mengangguk. Aku memang lelah sekali. Lelah di fisik dan otakku. Kemudian aku tertidur sepuluh menit kemudian.
Di kantor, keesokan harinya, semua tampak kusut. Semua tampak memikirkan kejadian kemarin. Semua merasakan hal yang sama. Rasa bersalah di dalam hati. Terutama Erwin, yang menjadi pemicu awal. Semuanya merasakan yang sama. Dihantui. Bukan hanya aku ternyata, semuanya menatap ke arah meja. Semuanya membaca lagi huruf demi huruf itu. Semuanya memandang ke arah gambar yang sama. Gadis itu, siapa lagi.
SEORANG GADIS DI BAWAH UMUR MENJADI KORBAN PERKOSAAN DAN PEMBUNUHAN.
Saat itu semuanya sadar. Rasa bersalah itu akan tetap ada. Rasa bersalah dan kengerian. Rasa menyesal saat kami sadar bahwa kami semua punya waktu untuk menghentikan segalanya. Waktu yang lenyap karena kebutaan, karena takut yang menopengi birahi setan dan iblis. Gadis itu pasti menyalahkan kami. Arwahnya pasti. Karena kami ikut menidurinya. Ikut meniduri calon bangkai itu. Bocah yang itu. Gadis yang itu.
Dalam hatiku bertanya-tanya. Pertanyaan serupa yang kukira mereka ajukan pula di benak mereka.
“Aku tidur dengan siapa malam nanti.. apakah ia akan muncul lagi.. apakah aku bisa tenang malam ini.. lalu.. lalu.. dan lalu..?

The post Cerita Sex Gadis Korban Perkosaan dan Pembunuhan appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.


Cerita Sex Malam Pemerkosaan Yang Keji

$
0
0

Waktu sudah larut malam saat Wiwin dan Anisya pulang jalan-jalan dari sebuah mall di kota Bandung, kota tempat mereka menuntut ilmu pada sebuah PTN terkemuka. Saat itu kampus mereka sedang liburan semester yang lumayan lama, sehingga banyak di antara teman-teman mereka yang memilih pulang kampung, namun bagi Wiwin dan Anisya lebih memilih untuk tetap tinggal di kota Bandung karena tidak banyak yang dapat mereka kerjakan untuk mengisi waktu liburan di Jakarta kota asal mereka.
Sampai di tempat kost mereka kira-kira jam 10 malam. Saat itu daerah di sekitarnya sudah sepi begitupula di dalam kost-kostan karena semua penghuninya pulang ke kampung atau kota asal mereka masing-masing untuk memanfatkan waktu liburan kuliah mereka, dan kini tinggallah mereka berdua saja yang masih bertahan di dalam areal kost yang luas dan besar itu. Walau usia mereka terpaut jauh, mereka berdua sangatlah akrab karena selain mereka tinggal sekamar dan berasal dari Jakarta, di kampus mereka juga satu fakultas.
Wiwin saat ini berusia 26 tahun, sementara Anisya baru berusia 18 tahun. Keduanya memiliki wajah yang cantik, Wiwin dengan bentuk badan yang berukuran sedang nampak anggun dengan penampilan kesehariannya, sedangkan Anisya memiliki tubuh yang mungil dan wajah yang imut-imut. Banyak pria yang tertarik kepada mereka berdua, karena bukan saja mereka cantik dan pintar, namun mereka juga pandai dalam bergaul dan ringan tangan. Akan tetapi dengan halus pula mereka menolak berbagai ajakan yang ingin menjadikan mereka sebagai kekasih atau pacar dari para pria yang mendekati mereka.
Wiwin saat ini lebih memilih berkonsentrasi untuk menghadapi sidang skripsinya, sedang Anisya yang baru menamatkan tahun pertamanya di kampus tersebut lebih memilih untuk aktif di organisasi kampus dari pada pacaran atau berhura-hura.
Sesampainya di kost, Wiwin langsung menuju ke kamar kost dan membuka pintu, sedangkan Anisya mampir dulu ke kamar mandi yang terletak agak jauh dari kamar kost mereka. Setelah membuka kamar, Wiwin begitu terkejut ketika dilihatnya kamar mereka sudah berantakan seperti habis ada pencuri. Belum lagi sempat memeriksa segalanya, tiba-tiba kepala Wiwin sudah dipukul dari belakang sampai pingsan.
Wiwin tidak tahu apa-apa sampai tubuhnya digoncang-goncang seseorang hingga tersadar dan menemukan dirinya sudah dalam keadaan terikat di kursi tempat biasanya dia duduk untuk belajar dan mulutnya disumpal kain, sehingga tidak dapat bersuara. Belum lagi lama dia siuman, matanya terbelalak ketika melihat pemandangan di sekitarnya, ia melihat dua pria di depannya. Yang menyuruhnya bangun, orangnya berbadan tinggi besar dan kepalanya berambut gondrong dia hanya mengenakan celana jeans kumal, badannya telanjang penuh dengan tatto. Dan satu orang lagi juga berbadan agak gemuk, berambut acak-acakan juga hanya mengenakan celana jeans.
Wajah mereka khas, usia mereka sekitar 40 tahunan. Sementara kamar kost mereka dalam keadaan tertutup rapat, jendela pun yang tadinya agak sedikit terbuka kini telah tertutup rapat. Tidak beberapa lama kemudian mata Wiwin kembali terbelalak dan ingin menjerit, karena kedua orang itu ternyata dikenalnya. Yang membangunkan dia bernama Asan dan satu lagi bernama Thomas atau sering dipangil Liem. Mereka berdua adalah teman dari Henry pemilik kost yang sering nongkrong di tempat itu, pekerjaan mereka tidak jelas.
Memang beberapa waktu yang lalu Wiwin dan Anisya dikenalkan oleh Henry kepada Asan dan Liem. Karena dengan setengah memaksa Henry, Asan dan Liem ingin dikenalkan dengan Wiwin dan Anisya yang waktu itu baru pulang dari kampus. Rupanya mereka berdua tertarik dengan kecantikan Wiwin dan Anisya. Akan tetapi rupanya cinta mereka bertepuk sebelah tangan, Wiwin dan Anisya lebih sering menghindar untuk bertemu dengan Asan dan Liem. Dan yang membuat hati Wiwin menjerit dan panas adalah begitu sadar sepenuhnya dan mengetahui Asan sedang duduk di pinggir ranjang mereka sambil memangku Anisya yang saat itu sudah tinggal memakai BH dan celana dalamnya saja yang berwarna putih.
Anisya sambil menangis memohon-mohon minta dilepaskan, air matanya telah membasahi wajahnya yang cantik itu. Tapi si Asan yang badannya jauh lebih besar itu tidak menghiraukannya, dia mulai meremas-remas payudara Anisya yang baru sekepalan tangan orang dewasa itu yang masih terbungkus BH itu, kemudian menjilati leher Anisya.
Pria itu lalu berkata, “Diam, jangan macam-macam atau kupatahkan lehermu, nurut saja kalau mau selamat..!”
Setelah itu dilumatnya dengan rakus bibir indah Anisya dengan bibirnya, “Hmp.., cup.., cup..,” begitulah bunyinya saat kedua bibir mereka beradu.
Air liur pun sampai menetes-netes keluar, rupanya lidah Asan bermain di dalam rongga mulut Anisya.
Sementara itu Liem yang berada di samping Wiwin berkata kepada Wiwin, “Hei, elo sudah bangun ya, teman elo ini boleh juga, gue pake dia dulu ya, baru setelah itu giliran elo, nah sekarang elo perhatikan gue baik-baik kalo sampe elo nanti engga bisa muasin nafsu gue, mampus deh elo..!” sambil mengelus-elus kepala Wiwin.
Wiwin mau berontak tapi tidak dapat berbuat apa-apa, Wiwin pun mulai pucat.
Lalu Asan yang masih memangku Anisya menyudahi serbuan bibirnya dan berkata, “Ok Sayang, ini waktunya pesta, ayo kita bersenang-senang!”
Dia menyuruh Anisya berlutut di depannya dan menyuruhnya membukakan celana jeans kumalnya, lalu mengulum batang kemaluannya.
Sambil menangis Wiwin memohon belas kasih, “J.. ja.. angan.. tolong jangan perkosa saya, ambil saja semua barang di sini!”
Belum selesai berkata, tiba-tiba, “Pllaakk..!” si Asan menampar pipinya dan menjambak rambutnya.
Dengan paksa Anisya dibuat berlutut di depannya, “Masukkan ke dalam mulut elo, hisap atau gue bunuh elo..!”
Terpaksa dengan putus asa dan wajah yang pucat dan gemetar, Anisya membuka celana Asan dan begitu dia menurunkan celana dalam Asan tampaklah kemaluan Asan yang telah membesar dan menegang. Tanpa membuang waktu Asan segera memasukkan kemaluannya itu ke mulut Anisya yang mungil itu. Batang kemaluannya tidak dapat sepenuhnya masuk karena terlalu besar, dengan kasar dia memaju-mundurkan kepala Anisya.
“Hhmpp.., emphh.. mpphh..!” begitulah suara Anisya saat mulutnya dijejali dengan kemaluan Asan.
Liem juga tidak tinggal diam, rupanya nafsu telah memenuhi otaknya, setelah dia melepas celana jeansnya dia berdiri di samping Anisya, menyuruh Anisya mengocokkan batang kemaluannya yang juga telah membesar dengan tangan. Batang kemaluan Liem tidak sebesar temannya, tapi diameternya cukup lebar sesuai dengan tubuhnya. Sekarang Anisya dalam posisi berlutut dengan mulut dijejali kemaluan Asan dan tangan kanannya mengocok batang kemaluan Liem.
“Emmhh.. benar-benar enak emutan gadis cantik ini, lain dari yang lain..!” kata Asan.
“Iya, kocokannya juga enak banget, tangannya halus nih..!” timpal Liem.
Beberapa lama kemudian nampak tubuh Asan menegang, seluruh badannya mengejang, dan, “A.. akh..!” Asan akhirnya berejakulasi di mulut Anisya.
Cairan putih kental memenuhi mulut Anisya menetes di pinggir bibirnya seperti vampire baru menghisap darah, dan Anisya terpaksa meminum semuanya karena takut ancaman mereka dan juga kuatnya pegangan tangan Asan di kepalanya.
Setelah itu mereka melepas BH dan CD Anisya, sehingga dia benar-benar telanjang bulat sekarang, tampaklah payudara dan bulu-bulu kemaluannya yang masih halus dan jarang.
“Waw cantik sekali anjing ini.” ujar Liem sambil memandangi tubuh bagian dada dan bawah Anisya yang sedang terisak-isak ketakutan.
Kali ini Liem duduk di pinggir ranjang dan menyuruh Anisya berjongkok di depannya sambil terus memijati dan mengocok batang kemaluan dengan tangannya. Anisya terpaksa menuruti kemauan Liem itu sambil sesekali dipaksa untuk menjilati ujung batang kemaluannya, sehingga Liem mendengus keenakan. Sementara itu si Asan mengambil posisi berbaring di bawah kemaluan Anisya dan menjilati liang vaginanya sambil sesekali menusuk-nusukkan jarinya ke liang kemaluan itu.
Seketika itu Anisya kaget dan, “Ehhgh.., iihh.. iih.. eggmhh..!” Anisya pun merintih-rintih jadinya, badannya menggeliat-geliat akibat tusukan jari-jari serta jilatan lidah Asan di kemaluan Anisya.
“Ayo anjing.., kocok terus barang gue..!” bentak Liem sambil menampar kepala Anisya.
Kembali Anisya mengocok kemaluan Liem sambil badannya terus meliak-liuk karena kemalunnya mendapat serangan dari tangan dan lidah Asan. Dari bibirnya pun terus terdengar suaranya merintih-tintih.
Sekitar 10 menit dikocok, Liem memuncratkan maninya dan membasahi wajah serta rongga mulut Anisya. Kali ini Anisya sudah tidak tahan dengan rasa cairan itu, sehingga dia memuntahkannya. Melihat itu Liem jadi gusar, dia lalu menjambak rambut Anisya dan menampar pipinya sampai dia jatuh ke ranjang.
“Pelacur anjing..! Kurang ajar, berani-beraninya membuang air maniku. Kalo sekali lagi begitu, kurontokkan gigi elo, dengar itu..!” bentaknya.
Asan pun terpaksa menyudahi aktifitasnya dan ikut-ikutan menampar Anisya.
“Goblok..! Gue lagi asyik nikmatin memek elo. Elo jangan macem-macem ya..!” bentak Asan.
Anisya hanya dapat menangis memegangi pipinya yang merah akibat dua kali tamparan itu. Nampak kemarahan Wiwin bangkit karena teman dekatnya diperlakukan begitu. Wiwin meronta-ronta di kursinya, tapi ikatannya terlalu kencang sehingga hanya dapat membuat kursi itu bergoyang-goyang. Melihat reaksi Wiwin si Asan berkata, “Kenapa? Elo tidak terima ya pacar elo gue pinjam, tapi sayang sekarang elo nggak bisa ngapa-ngapain, jadi jangan macem-macem ya, ha.. ha.. ha..! Abis ini giliran elo yang gue entot..! Hahaha..!”
Mereka kembali menggerayangi tubuh Anisya, kali ini Asan merentangkan tubuh Anisya di tempat tidur dan membuka lebar kedua pahanya, dan segera mulai memasukkan batang kejantanannya ke liang kemaluan Anisya.
“J.. jangan. Aduh.., tto.. long.., Mbak Wiwin. Ampun Bang..!” pinta Anisya sambil mencoba berontak tapi dengan sigapnya Liem membantu Asan dengan memegangi kedua tangan Anisya.
Batang kemaluan yang ukurannya besar itu dimasukkannya dengan paksa ke liang kemaluan Anisya yang masih sempit, sehingga dari wajah Anisya terlihat dia menahan sakit yang amat sangat, tangisannya pun semakin keras.
Setelah hampir seluruh batang kemaluannya terbenam di dalam liang kemaluan Anisya, Asan mulai memaju-mundurkan pantatnya, mulai dengan irama pelan hingga dengan cepat. Keringat pun dengan deras membasahi kedua tubuh itu. Beberapa saat kemudian dari sela-sela kemaluan Anisya mengucur darah segar bercampur dengan cairan bening hingga warnanya berubah menjadi merah muda meleleh membasahi paha Anisya.
“Aakkh.. aahh.. aa. ouhh.. ss.. aakit. ooh. aampuun.. ohh..,” begitulah erangan dan teriakan Anisya merasakan sakitnya.
Rupanya teriakan dan erangan Anisya menambah nafsu dan semangat Asan untuk terus memompakan kemaluannya dengan keras dan cepat hingga badan Anisya pun terbanting-banting dan terguncang-guncang keras. Anisya hanya pasrah mengikuti irama Asan dan kedua tangan Anisya pun kini sudah dilepas oleh Liem.
Selama beberapa menit disetubuhi oleh Asan, tiba-tiba badan Anisya menegang sampai secara refleks dia memeluk kepala Asan yang sedang asyik menggenjotnya. Dia rupanya mengalami orgasme sampai akhirnya melemas kembali. Asan pun menyudahi gerakan memompanya namun kemaluannya masih tetap tertanam di dalam liang vagina Anisya.
“He.. he.. he.. Baru kali ini kan loe ngerasain pria cokin, gimana rasanya enak engga, jawaabb..!” bentak si Asan sambil menarik rambut Anisya.
Karena takut mereka semakin gila, terpaksa dengan berlinang air mata Anisya menjawab, “E.. e.. enak, enak sekali..!”
“Jawab lebih keras supaya teman loe dengar pengakuan loe..!” kata Liem.
“I.. iya, s.. saya suka sekali bercinta.” jawabnya dengan suara terbata-bata.
“Tuh, kamu dengar kan, apa kata teman elo, dia suka dientot, ha.. ha.. ha..!” ejek mereka pada Wiwin yang hanya dapat meronta-ronta sambil menangis di kursinya.
Hatinya benar-benar serasa mau meledak tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa.
Kemudian si Asan mencabut kemaluannya dan membuat posisi badan Anisya gaya posisi anjing, dia kemudian memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke pantatnya Anisya hingga terbenam seluruhnya.
Karena rasa perih dan sakit yang tidak terhingga, maka Anisya berteriak memilukan, “Aaakkhh..!”
Lalu dia menariknya lagi, dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu di pantat Anisya hingga membuatnya tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelalak.
“Ooughh..!” Anisya mendengus keras menahan rasa perih dari lubang duburnya, seluruh badannya kembali mengeras lolongannya pun kembali terdengan memilukan, “Aahh.. ouh.. aah..! Aa.. mpun.., ssakit. Aakhh..!”
Kini Asan meyodomi Anisya dengan irama yang keras dan cepat hingga Anisya menggelepar-gelepar, dan badannya kini mulai melemah dan habis akibat digenjot oleh Asan.
Tidak beberapa lama Asan akhirnya mencabut kemaluannya dari lubang dubur Anisya dengan kasar. Kembali darah segar mengucur deras dari liang dubur Anisya, sementara Anisya tertelungkup jatuh ke kasur disertai rintihan panjang melemah, “Aahh..!”
Namun Asan belum juga puas, kemalunnya masih garang. Kini ditelentangkannya Anisya dan kembali Asan meniduri Anisya dan memasukkan kembali batang kemaluannya ke lubang vagina Anisya yang telah lemas itu, dan kembali Asan menggenjot tubuh lunglai itu.
Tidak lama Asan pun berejakulasi di rahim Anisya. Lolongan kepuasan keluar dari mulut Asan disaat menyemprotkan spermanya yang jumlahnya banyak itu hingga meluber keluar dari sela-sela kemaluan Anisya. Anisya pun merintih lirih, dan akhirnya bersamaan dengan itu Anisya pun pingsan karena kehabisan tenaga dan rasa sakit yang tidak terhingga.
Dengan perasaan puas Asan pun merebahkan badannya di samping Anisya yang tergeletak tidak bergerak.
“Akhirnya gue perawanin juga elo. Dasar cewek sombong..!” ujarnya sambil mengehela napas dan melirik Anisya.
Sesudah itu kini Liem yang tadi menjadi penonton mulai mendekati Wiwin yang masih terikat lemas di kursinya.
“Hei, teman elo boleh juga tuh. Nah, sekarang giliran elo yang servise gue. Asal elo tau gue itu naksir berat ama elo, tapi elo menghindar melulu. Gue tau gue jelek dan gue beda ama yang elo bayangkan jadi pacar elo. Buat gue itu engga soal, sekarang gue cuma mau perkosa elo. Udah gitu elo bebas, tapi kalo elo berontak, Mati elo..!”
“PLAAK..!” sebuah tamparan keras menghantam kepala Wiwin hingga Wiwin yang masih diikat di kursi itu terjatuh bersama kursinya.
“Hmmph..!” dengan mulut tersumbat Wiwin berteriak.
Kemudian dia menarik dan meletakkan tubuh Wiwin mengembalikan ke posisi semula. Dengan pisau dapur milik kedua mahasiswi itu dia merobek-robek baju kaos lengan panjang yang dikenakan oleh Wiwin. Nafas Wiwin tersentak ketika dengan cepat Liem dengan pisaunya melucuti BH dan celana panjang bahan yang dikenakannya. Sekarang Wiwin hanya memakai celana dalamnya yang berwarna putih serta sepasang kaos kaki putih setinggi lutut yang selalu dikenakannya. Payudaranya yang penuh bulat terbuka, tubuhnya putih mulus masih dalam posisi terikat di tempat duduknya.
“Hmph.., hmph..!” Wiwin meronta sambil memandang Liem dengan putus asa, matanya memerah dan air matanya mengalir deras membasahi pipinya, wajahnya pucat pasi.
Karena dia menyadari yang akan terjadi pada dirinya, yaitu sebagai pemuas nafsu bejat.
“Diem brengsek..!” kata Liem, “PLAK..!” sekali lagi tamparan kuat mendarat di pipi Wiwin, membuat kepala Wiwin tersentak.
Kemudian ia membuka ikatan Wiwin dan membantingnya ke tempat tidur dalam posisi telungkup, dan setelah itu dia merentangkan kedua tangan Wiwin serta melebarkan kedua kaki Wiwin hingga posisi Wiwin kini seperti orang merangkak. Wiwin hanya dapat pasrah mengikuti kemauan Liem. Tepat di hadapannya terdapat kaca rias, setinggi tubuh manusia. Kaca itu biasanya digunakan Wiwin dan Anisya untuk berdandan sebelum pergi kuliah.
Leim lalu merobek celana dalam Wiwin dengan kasar dan menjatuhkannya ke lantai. Sekarang Wiwin dapat melihat dirinya melalui cermin di depannya telanjang bulat, dan di belakang dilihatnya Liem sedang mengagumi dirinya.
“Gila bener! Gue suka pantat lo. Lo bener-bener oke!”
Liem menampar pantat sekal Wiwin yang sebelah kiri yang membuat Wiwin menjerit kaget.
Lalu tanpa menunggu lagi, Liem yang mulai dirasuki nafsu sex memperlihatkan penisnya yang sudah keras. Liem hanya membiarkan topi yang masih tetap membungkus kepala Wiwin dan sepasang kaos kaki putih yang masih dikenakan Wiwin, mungkin ini dapat membuat nafsu Liem semakin menjadi. Karena memang dengan mengenakan topi, wajah Wiwin jadi nampak cantik dan lucu seperti komentar kebanyakan teman-temannya.
Kemudian Liem menyelipkan penisnya di antara kedua kaki Wiwin lewat belakang.
“Ooh.., ampun Pak Liem. Ampunn.., jangann.. jangan! Ampun, jangan..!” Wiwin mulai menangis dan rasa tegang menyeliputi hatinya.
Sambil menoleh ke belakang dan memandang Liem, Wiwin mencoba untuk meminta belas kasihan. Terlihat air mata meleleh dari matanya. Namun Liem terus mengancam dengan pisau dapur yang masih digenggamnya.
Liem tidak perduli Wiwin memohon-mohon. Kepala penisnya kemudian menyusuri belahan pantat Wiwin, terus menuju ke bawah, kemudian maju mendekati bibir vaginanya. Setelah tangan si Liem memegang pinggul Wiwin, dengan satu gerakan keras penisnya bergerak maju.
“Arrgghh.., ahh.., Ampun..!” Wiwin menjerit-jerit ketika penis Liem mulai membuka bibir vaginanya dan mulai memasuki lubang kemaluannya.
Kaki Wiwin mengejang menahan sakit ketika penis Liem terus menembus masuk tanpa ampun menusuk-nusuk selaput daranya.
Bibir tebalnya menganga membentuk huruf O dan mengeluarkan rintihan-rintihan, “Oohh.., oouugghh.., aa.. ampuun Bangg..! Aakkhh..!”
Badannya pun tersodok-sodok. Liem terus bergerak memompa maju mundur memperkosa Wiwin. Ketika kepala Wiwin terjatuh lunglai kesakitan, dia menarik kepala Wiwin sehingga kepalanya kembali terangkat dan Wiwin kembali dapat melihat dirinya disetubuhi oleh Liem melalui cermin di depannya.
Kadang-kadang Liem menampar pantat Wiwin berulang kali, juga dilihatnya payudara Wiwin yang tersentak-sentak setiap kali Liem menyodok penisnya ke dalam vagina Wiwin dan dia hanya dapat pasrah mengerang-ngerang dan merintih. Tiba-tiba Liem mengeluarkan penisnya dari vaginanya. Wiwin langsung meronta dan berlari menuju pintu, berharap seseorang akan melihatnya minta tolong, biarpun dirinya telanjang bulat.
Tapi tiba-tiba Asan yang ternyata sudah pulih terlebih dahulu menyambar pinggangnya sebelum Wiwin sampai ke pintu depan.
“Ahh, tolong! Tolompphh..,” teriakan Wiwin dibungkam oleh tangan Asan, sementara itu Liem mendekat dan memukul Wiwin dengan keras.
Wiwin pun jatuh terjelembab ke lantai.
“Dasar Bandel ya..!” ujar Liem.
Kemudian Liem mengikat tangan Wiwin menjadi satu ke depan. Setelah itu, Wiwin didorong hingga terjatuh di atas lutut dan sikunya. Sekarang Liem memasukkan penisnya ke mulut Wiwin.
“Mmpphh..!” Wiwin mencoba berteriak dengan penis yang sudah masuk di dalam mulutnya.
Sementara itu Liem dengan tenang terus menggerakkan penisnya di mulut Wiwin. Kedua tangan Liem memegang kepala Wiwin dengan kencangnya menggerak-gerakkan maju dan mundur. Mata Wiwin tertutup dan wajahnya memerah, air matanya masih meleleh turun di pipinya, baru pertama kali dalam seumur hidupnya dia diperlakukan seperti ini.
Setelah beberapa lama mengocok kemaluannya di rongga mulut Wiwin, terlihat tanda-tanda Liem akan mencapai klimaksnya, gerakan memaju-mundurkan kepala Wiwin semakin cepat.
Dan, “Akkh.. Croot.., croot..!” Liem berejakulasi di mulut Wiwin, sperma yang keluar jumlahnya cukup banyak sehingga meluber keluar dari mulut Wiwin.
Wiwin hanya dapat mendengus-dengus dan dengan terpaksa menelan semua sperma yang dimuntahkan Liem tadi, sementara pegangan tangan Liem di kepala Wiwin semakin kencang, sehingga sulit bagi Wiwin untuk menarik kepalanya.
Setelah semprotan sperma yang terakhir, barulah Liem mencabut kemaluan dari mulut Wiwin yang kini mulutnya terlihat penuh dengan lendir memenuhi rongga mulutnya hingga ke bibirnya. Dengan napas puas Liem mencapakkan kepala Wiwin hingga telentang di kasur.
“Siap, siap Sayang. Gue musti ngerasain pantat lo yang putih mulus dan sekal ini..!” tiba-tiba terdengar suara Asan yang sudah berada di samping Wiwin.
Wiwin memandang Asan dengan wajah ketakutan. Dia tahu bagaimana Asan memperlakukan Anisya hingga pingsan.
Kemudian Asan menoleh ke Liem yang duduk di belakangnya untuk istirahat setelah klimaks tadi.
“Ja.. jangan, jangann.. Bang Asan.. saya nggak mau diperkosa di situ Bang..! Ampun Bang. Rasanya ssakit.., kasihani saya Bang..!” ujar Wiwin memelas kepada Asan.
“He Anjing. Gue tetep nggak perduli lo mau apa nggak..!”
Asan menarik tubuh Wiwin hingga dia terjatuh di atas sikunya lagi ke lantai, dan mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi. Kemudian dia menempatkan kepala penisnya tepat di tengah liang masuk anusnya.
Setelah itu dia membuka belahan pantat Wiwin lebar-lebar.
“Ampun, jangan..! Sakit..! Ampun Bang Asan. Ampun..! Aakkhh..!”
Asan mulai mendorong masuk, sementara Wiwin mejerit-jerit minta ampun. Wiwin meronta-ronta tidak berdaya, matanya terbelalak, hanya semakin menambah gairah Asan untuk terus mendorong masuk penisnya. Wiwin terus menjerit, ketika perlahan seluruh penis Asan masuk ke anusnya.
“Ampun..! Sakit sekali! Ampun! Ooughh.. iihh..!” jerit Wiwin, ketika Asan mulai bergerak pelan-pelan keluar masuk anusnya.
“Buset! Pantat lo emang sempit banget! Lo emang cocok buat beginian!” kata Asan sambil mengusap-usap buah pantat Wiwin.
Sementara itu darah segar terlihat mulai mengalir menetes-netes membasahi paha dan kasur.
“Bener-bener pantat kualitas nomer satu!” omel Asan sambil terus memompa kemaluannya.
Tangisan Wiwin makin keras, “Sakit! Sakit sekali! Ampun, sakit! Sakit Pak, ampun..!”
Sementara itu badannya mengejang-ngejang menggelepar-gelepar menahan rasa sakit yang teramat sangat, tubuhnya semakin basah oleh keringatnya.
“Gila, gue bener-bener seneng sama pantat lo!” ujar Asan sambil terus menyodomi Wiwin.
Hingga akhirnya tubuh Asan mengejan keras, kepalanya menengadah ke atas, cengkraman tangan di pinggang Wiwin pun semakin keras dan urat-uratnya pun kini terlihat pertanda sebentar lagi dia akan mencapi klimaksnya.
Asan berejakulasi di lubang pantat Wiwin yang semakin kepayahan dan tubuhnya melemah. Asan pun dengan menghela napas lega kembali menjatuhkan tubuhnya ke samping tubuh Wiwin yang juga terjatuh telungkup badannya lemas dan menahan rasa sakit yang tidak terhingga di lubang duburnya yang kini mengalami pendarahan.
Suara yang terdengar dalam kamar kost itu hanya tangisan Wiwin, tangisan yang benar-benar menyayat hati, yang membuat Liem kembali bangkit nafsunya. Liem berjongkok membalikkan tubuh Wiwin yang tadinya telungkup menjadi telentang. Kemudian menarik kaki Wiwin, lalu membukanya dan menekuk hingga kedua pahanya menyentuh buah dadanya.
Kini posisi Wiwin telah siap untuk disetubuhi, Liem meraih penisnya yang telah kembali tegang dan memeganginya, memandang ke arah Wiwin yang memalingkan wajahnya dari Liem, matanya terpejam erat-erat wajahnya yang masih mengenakan topi nampak cantik walau penuh dengan keringat dan air mata. Liem mengarahkan penisnya ke vagina Wiwin, cairan yang keluar dari penisnya membasahi vaginanya, membantu membuka bibir vagina Wiwin. Wiwin mengerang dan merintih, tubuhnya kembali meronta-ronta, giginya menggeretak, Liem nampak menikmati jeritan Wiwin ketika dia menghunjamkan penisnya ke vaginanya yang telah basah oleh darah dan cairan vaginanya.
“Aahhgghh..!” Liem mulai memperkosa Wiwin.
Kaki Wiwin terangkat karena kesakitan dan rintihan terdengar dari tenggorokannya. Tubuhnya mengejang berusaha melawan ketika Liem mulai bergerak dengan keras di vagina Wiwin. Liem menarik penisnya sampai tinggal kepalanya di vagina Wiwin sebelum didorong lagi masuk ke dalam rahimnya. Liem semakin bersemangat mompakan batang kemaluannya di dalam rahim Wiwin.
Nafsu telah membakar dirinya sehingga gerakannya pun semakin keras, sehingga semakin cepat tubuh Wiwin pun lemas tergoncang-goncang dan tersodok-sodok. Dan suatu ketika dengan kasarnya dicampakkannya topi yang menutupi kepala Wiwin oleh Liem, sehingga tergerailah rambut indah seukuran bahu milik Wiwin. Kini pada setiap hentakan membuat rambut indah Wiwin tergerai-gerai menambah erotisnya gerakan persetubuhan itu. Sambil terus menggenjot Wiwin, bibir Liem kini dengan leluasa melumat dan menjilati leher jenjang Wiwin yang tidak tertutup topi dan menyedot salah satu sisi leher Wiwin.
Gerakan dan hentakan-hentakan masih berlangsung, iramanya pun semakin cepat dan keras. Wiwin pun hanya dapat mengimbanginya dengan rintihan-rintihan lemah dan teratur, “Ahh.. ohh.., ooh.. ohh.. oohh..!” sementara tubuhnya telah lemah dan semakin kepayahan.
Akhirya badan Liem pun menegang dan tidak beberapa lama kemudian Liem berejakulasi di rahim Wiwin. Sperma yang dikeluarkannya cukup banyak. Liem nampak menikmati semburan demi semburan sperma yang dia keluarkan, sambil menikmati wajah Wiwin yang telah kepayahan dan lunglai itu.
Liem mengerang kenikmatan di atas badan Wiwin yang sudah lemah yang sementara rahimnya menerima semburan sperma yang cukup banyak.
“Aauughh.. oh..!” Wiwin pun akhirnya tersentak tidak sadarkan diri dan jatuh pingsan menyusul Anisya temannya yang terlebih dulu pingsan.
Badan Liem menggelinjang dan mengejan disaat melepaskan semburan spermanya yang terakhirnya dan merasakan kenikmatan itu. Batinnya kini puas karena telah berhasil menyetubuhi dan memperkosa serta merengut keperawanan Wiwin gadis mahasisiwi cantik yang ditaksirnya itu.
Senyum puas pun terlihat di wajahnya sambil menatap tubuh lunglai Wiwin yang tergelatak di bawahnya. Liem pun ibarat telah memenangkan suatu peperangan, akhirnya terjatuh lemas lunglai tertidur dan memeluk tubuh Wiwin yang tergolek lemah.
Begitulah malam itu Asan dan Liem telah berhasil merenggut kegadisan dua orang gadis cantik yang ditaksirnya. Waktu pun berlalu, fajar pun hampir menyingsing, kedua tubuh gadis itu masih tidak bergerak. Bekas keringat, cairan sperma kering dan darah mulai kering nampak menghiasi tubuh telanjang tidak berdaya kedua gadis cantik itu.
Pagi itu saat Asan dan Liem sudah rapih mengenakan pakaian mereka, tiba-tiba Henry sang pemilik kost mendatangi kamar kedua gadis itu. Saat itu dia bersama Acong teman Henry yang juga teman Asan dan Liem.
“Hei.., kalian disini rupanya.” ujar Henry.
Dan seketika matanya terbelalak ketika melihat ke dalam kamar kost dan melihat tubuh kedua gadis telanjang itu tergeletak tidak bergerak.
“Wah elo-elo abis pesta disini ya..?” tanya Henry.
Tanpa menjawab, Liem dan Asan dengan tersenyum hanya berlalu meninggalkan Henry dan Acong yang terbengong-bengong.
Saat Liem dan Asan berjalan meninggalkan kamar kost, mereka sempat melirik ke belakang. Rupanya Henry dan Acong sudah tidak terlihat lagi dan kamar kedua gadis itu kembali rapat terkunci. Kini rupanya giliran Henry dan Acong yang berpesta menikmati tubuh kedua gadis malang itu.
Memang rupa-rupanya Henry juga memendam cinta kepada gadis-gadis itu dan kali ini dia dibantu oleh Acong dapat leluasa menikmati tubuh gadis-gadis itu. Kembali tubuh Anisya dan Wiwin yang sudah tidak sadarkan diri menjadi bulan-bulanan. Henry dan Acong pun leluasa berejakulasi di mulut dan rahim gadis-gadis itu sepuas-puasnya.

The post Cerita Sex Malam Pemerkosaan Yang Keji appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Cerita Sex Telanjang Di Tengah Malam Bawah Bulan

$
0
0

Kami duduk rapat-rapat, terguncang ke sana kemari oleh olengan bis. Aku menengok ke sebelahku. Janet mengerling ke arahku. Sesaat pandangan kami tumbuk. Matanya menyipit, senyuman halus tergurat di bibirnya. Tangannya menggapai. Jarinya terasa bergerak berkelana di pahaku. Tangannya tiba-tiba kupegang erat-erat. Terasa kebahagiaan yang luar biasa membahana dalam diriku.

Janet adalah betinaku. Memeknya hanya untuk diriku. Dan kontolku adalah milik dia sepenuh-penuhnya. Setiap habis ngentot, setiap aku habis menumpahkan bijiku di antara bibir garbanya, kontolku mesti kutidurkan di bantalan telapak tangannya, kadang selagi masih berdenyut-denyut lemah menghabiskan tenaga ejakulasinya. Dan Janet selalu membelai kepala kontolku.
“Kasihan, kasihan..” demikian ia bergumam sambil mengecupnya lembut, merasakan mani yang tersisa di kulitnya, menghirup baunya yang asin menyengat.
Bis berpacu makin cepat ke arah selatan. Jalan semakin menciut, lama-kelamaan tidak lagi beraspal. Kerikil pun lama-lama semakin jarang, jalan menjadi lorong berdebu, dua lekukan dangkal yang memanjang sejajar di tengah padang rumput. Dan akhirnya.. Laut! Bentangan biru yang berkilat-kilat. Matahari telah condong ke barat menyulap permukaan air menjadi sejuta titik pancaran cahaya.
Bis berhenti di bawah naungan nyiur di halaman sebuah losmen. Kami turun. Sinoman rambut Janet terangkat-angkat diterpa angin laut. Ombak berbisik di kejauhan, desisnya yang mesra menyapu wajah kami yang tergelimang keringat. Hari sudah sore. Sejak siang tadi kami mengukir perjalanan dari ujung utara ke ujung selatan pulau kecil ini. Sekarang kelelahan menguasai raga kami.
Perlahan kami melangkah naik ke serambi. Di sebelah kanan ada sebuah meja bundar dengan beberapa kursi. Di sebelah kiri kantoran kecil, sebuah meja dengan buku tulis kumal di atasnya, sebuah lemari kaca, sebuah kursi tua yang serat rotannya putus-putus. Seorang ibu setengah baya, memakai daster dan sandal jepit, menyambut kedatangan kami dengan tawa lega. Dengan ramah ia menjabat tangan kami.
“Ibu Gah”, demikian ia memperkenalkan diri dengan ramah.
Rupanya bulan Juni di losmen ini jarang ada tamu. Bangunannya sangat sederhana. Hanya tembok bata persegi panjang tidak berplester. Tidak ada langit-langit. Di kolong atap, balokan kayu bersilang menopang genteng. Terlihat kilauan sinar matahari menyusup masuk di sana-sini melalui celah-celah di genteng. Rongga bangunan tersekat menjadi dua deretan kamar yang memanjang kanan-kiri.
Di tengah, sebuah lorong menembus lurus ke pintu belakang. Lantainya semen tanpa tegel. Di ujung belakang ada ruang makan kecil, mejanya hanya satu yang diberi papan kayu panjang kanan-kiri untuk tempat duduk. Ke belakang lagi ada dua kamar mandi dan dua bilik WC. Di ujung lorong, muka dan belakang, tidak ada daun pintu. Angin berhembus bebas dari laut menghantar kesejukan lembut ke dalam losmen.
Malam itu kami makan di losmen: nasi dengan teri goreng dan selada tomat segar yang gurih. Minumannya teh pahit. Habis makan aku mandi, Janet pun mandi. Belum jam delapan kami sudah menuju ke kamar. Kamar kami kecil, ranjangnya dua di kanan-kiri. Kelambu bergelantungan dari ragangan kayu di atas kasur kapuk. Ada jendela yang melompong tidak berkaca, daun kayunya tidak menyambung kanan-kiri dan tidak dapat ditutup dengan rapat.
Cepat-cepat kami bersalin. Aku memakai sarung dan kaos oblong. Janet memerosotkan celana dalamnya, kain batik dililitkan pada tubuhnya yang sintal berlekuk-lekuk, buah dadanya menghilang di balik kancing blus sutra yang biasa dipakainya kalau tidur. Sesaat kami berdiri berpelukan di tengah kamar, bibirnya kukecup, kurasakan hangat tubuhnya, kuhirup wangi rambutnya. Janet menyandarkan pipinya ke dadaku. Terasa zakarku membengkak hendak bangun, tetapi perlahan kami berpisah.
Aku naik ke ranjang, Janet pun masuk di balik kelambu di ranjang sebelah. Aku merapikan kelambuku. Dalam sekejap aku pun sudah pulas. Kemrosak! Aku terlonjak duduk tegak, mataku cepat menjelajahi keremangan. Terasa ada sesuatu. Ada suara krisik-krisik. Dekat. Jantungku berdebar keras. Kakiku perlahan kuselonjorkan keluar kelambu. Perlahan aku berdiri. Senyap. Lalu krisik lagi.. Di luar jendela. Aku melangkah ke jendela, daun jendela kudorong perlahan, kriik terbuka. Aku menjenguk keluar. Semak belukar di samping losmen bermandikan cahaya bulan purnama yang redup.
Samar-samar kelihatan dua bayangan. Krisik! Ada nafas terengah-engah. Krisik lagi! Aku memicingkan mata berusaha menembus kegelapan. Tiba-tiba kelihatan. Ada dua ekor kuda Timor, jantan dan betina. Yang jantan berdiri di belakang yang betina, kaki depannya terangkat menunggang di atas punggung yang betina berjuntai kanan-kiri. Tampak batang kelaminnya melongok di antara kaki belakangnya, berdenyut-denyut didesakkannya ke liang silit di bawah dubur yang betina. Bless.. Masuk, diiringi desahan nafas dari kedua binatang. Kaki mereka terhentak-hentak, semak terinjak-injak berantakan, yang betina didekap kencang oleh yang jantan, nafasnya semakin mendesah, sempoyongan sebentar lalu tegak lagi, dan tiba-tiba si jantan meringkik dan meringkik lagi dan meringkik lagi, keras. Terasa ada tangan halus menyelinap ke bawah kaos oblongku, menggerayangi perutku.
“Kau pengin kaya gitu?” bisik Janet, merangkul aku dari belakang.
“Kau betinaku, tentu aku mau,” jawabku.
“Sebaliknya kamu, apa kamu mau disogok kayak gitu? Batangku gede lho, kaya kuda itu. Liangmu apa muat?”
“Terang ndak cukup, wong batangmu sak-kayu gelondong besarnya.”
Aku tertawa lirih. Ukuran pirantiku biasa saja, tapi aku senang juga kalau dikatakan gede. Aku membalik. Kepala Janet hanya sebatas daguku. Kupeluk dia, lembut, ahh alangkah lembutnya pelukanku, alangkah pasrahnya tubuh Janet menyandar di dadaku.
“Tadi kau tidur?” bisikku.
“Enak sekali, nyenyak.”
“Sekarang sudah segar?”
“Sudah.” Wajahnya menengadah, matanya berkilat-kilat.
“Ayo, kita jalan-jalan.”
“Lho, ke mana?”
“Keluar. Mumpung lagi terang bulan, aku kepengin merasakan suasana malam di tepi pantai.”
Diam-diam kami menyusup keluar kamar. Sunyi segalanya. Bak hantu, tidak bersuara, kami melayang cepat ke pintu belakang, turun tangga, lalu menapak jalan kecil yang turun landai ke tepi laut. Pasir tergerit-gerit di bawah injakan kaki kami. Di pasiran, kami berdiri bergandengan tangan memandang ke laut, menghirup kesejukan, menatap kilauan terang bulan di ombak yang bergulung, rebah, maju menjilat pergelangan kaki kami, lalu mendesis mundur kembali. Masih bergandengan tangan, kami berjalan santai ke arah ujung pantai, menuruti liku-liku busa dan rumput laut yang disisakan oleh ombak di pasir.
Berhadapan dengan laut tampak ada pohon besar menghamparkan bayangan gelap di bawah dedaunannya yang rindang. Aku menuntun Janet masuk ke bawah naungannya yang remang. Aku merangkul betinaku, kukecup kupingnya yang melingkar kecil seperti kerang laut. Janet berlutut di hadapanku. Tangannya merogoh ikatan sarungku, dibukanya. Sarungku merosot jatuh menggeletak lemas di pasir. Batang kontolku tersingkap melongok, berdiri tegak dan keras. Janet merangkul pahaku. Kepalanya didekatkan ke alatku, rambutnya yang sepundak panjangnya terasa menyapu kontolku.
Aku menggigil kenikmatan, kontolku semakin membaja, menanti sentuhan bibir Janet. Tetapi ia tidak segera mengulumku. Ia menjulurkan bibirnya, lidahnya keluar-masuk menyogok kantong pelirku yang berbulu. Bibirnya menempel di kulitnya yang keriput lalu menghisap. Bola pelirku ditarik masuk ke mulutnya, bibir dan lidahnya memijit-mijitnya. Aku mengerang, kedua tanganku menjambak rambut Janet. Kuremas ubun-ubunnya menahan kenikmatan. Dilepaskannya kantong pelirku. Lidahnya melata naik, menjilat batang kontolku sampai ke kepalanya. Berulang-ulang ia menjilat dari pangkal sampai ke kepalanya. Lalu kontolku dikulumnya lembut, dihisap. Kalung lekukan daging yang melingkar di pinggir kepalanya dibelainya dengan lidahnya.
Tiba-tiba zakarku disedot, dan disedot lagi makin keras. Kepala Janet bergerak maju mundur, pipinya berulang-ulang membenjol dan mengempis sejalan dengan maju mundurnya batangku di dalam mulutnya. Terasa giginya memarut lembut dan menggigit halus sepanjang batangku. Nafasku mendesah. Aku menggapai ke bawah mengangkat Janet. Ia berdiri, aku pun berlutut di hadapannya. Kainnya kusibak. Nampak kehitaman jembutnya yang lebat dan lebar. Aku teramat suka bulu kebetinaannya yang ikal dan kaku seperti kawat halus. Hidungku kudesakkan ke tengah bulunya, kuhirup aromanya yang manis.
Kugenggam bulunya dengan bibirku, kutarik-tarik, kepalaku kugoyangkan kanan-kiri. Kuraih kainnya, kusentak mendadak. Kainnya jatuh lepas dari pinggangnya, kubuang ke pasir. Tanganku sebelah kuselipkan di antara pahanya, kuangkat kakinya sebelah, kupanggulkan di atas bahuku. Betisnya yang halus terjuntai menutupi belikatku. Silit Janet dengan mahkota jembutnya sekarang berada tepat di depan mulutku. Dalam cahaya redup kulihat itil klentitnya mengintip keluar di antara lipatan bibir memeknya yang berkilau basah. Perlahan, sangat perlahan, kujilat itilnya.
Terasa Janet melonjak kecil dan menarik nafasnya tajam. Dari kerongkongannya keluarlah lenguh lirih yang panjang. Mukaku kudongakkan ke atas. Pandangan mataku menyusuri kekusutan jembutnya dan lengkungan perutnya. Dadanya sudah naik turun dengan cepat, pentil susunya tampak membenjol di bawah sutra blusnya. Janet memandang ke arah laut, kelopak matanya setengah terpejam, nafasnya mendesah terengah-engah. Ia membungkuk di atas diriku.
“Terus,” bisiknya parau.
“Terus.. Terus.. Terus..” desahnya makin intens.
Lidahku kutancapkan ke liang memeknya, keluar-masuk, keluar-masuk. Bibir memeknya kucepit lembut di antara lidahku dan bibirku, kutekan silitnya kanan kiri, atas bawah, kusodok dengan hidung. Tanganku meremas pinggulnya kanan-kiri, pinggulnya yang melengkung sintal teramat indah. Lalu jariku melingkar ke belakang. Gundukan pantatnya kuremas-remas, jariku menancap keras dalam keempukannya.
Aku duduk di pasir, kakiku kuselonjorkan lurus ke depan. Janet berdiri menghadapiku, kakinya di kanan-kiri pahaku. Lalu perlahan-lahan ia jongkok, selangkangannya menukik turun, memeknya terhenti sebentar di atas kepala kontolku, lalu lancar dan cepat, menyambar dan menelan keseluruhan batangku. Sesaat kami duduk lega, kepala kontolku tertancap jauh di dalam. Lalu Janet mulai menggenjot. Naik turun, naik turun, mula-mula perlahan, lama-lama semakin cepat. Nafas kami berdesah seirama, otot pantatku kejang-kendor mendorong zakarku menancap ke atas.
Tangan Janet meraih kaosku, tak sabar diangkatnya, dilepaskan melalui kepalaku. Dibuang. Jariku gemetar memetik kancing blus Janet, kugenggam sutranya, kusibak keras, terdengar kain sutranya tersobek. Tidak sabar kudorong blusnya, kusingsingkan lepas dari pundaknya. Susu Janet meloncat keluar menunduk berisi, pentilnya besar kasar, gelap warnanya. Kupepetkan susunya ke dadaku, ahh, ahh, terasa benjolan pentilnya terplenet menekan bulu dadaku. Tanganku menggapai ke bawah mengambil pasir segenggam. Kutaburkan di atas pundak Janet yang mulus. Pasir kemricik mengalir di antara payudaranya, bercampur dengan tetesan keringat yang bermunculan di kulitnya.
“Aduh!” Tiba-tiba Janet menghentikan genjotannya.
“Terus.. Terus!” bisikku.
“Ehh, nanti dulu,” cekikiknya.
“Ada pasir di memekku.”
“Ehh kasihan memekmu. Ayo, berdiri. Cuci dulu ah.”
Kami bangkit. Kuraih tangan Janet. Kami melangkah berdampingan keluar dari naungan pohon, berjalan ke tepi laut. Di batas jangkauan ombak kami berdiri telanjang bulat, berkilau-kilau putih bermandikan cahaya rembulan yang melayang terang di langit cerah penuh bintang. Kutuntun Janet masuk ke laut. Air tidak dingin, tetapi ia meloncat kecil setiap kali ada ombak menggerayang tubuhnya. Terasa air naik sampai ke perutku. Janet berada di hadapanku, air sudah menutupi pundaknya, buah dadanya terapung-apung.
Kuselipkan kedua telapak tanganku ke bawah bokongnya, dengan mudah dapat kuangkat. Janet melilitkan tangannya di leherku, kakinya melingkar di pinggangku, terasa tumitnya menekan pantatku kanan kiri. Untuk sesaat aku tergoyah ombak yang lewat, lalu dengan kakiku tertancap di dasar aku berdiri teguh. Di bawah permukaan air kontolku sudah mendongak tegak ke atas. Tepat di atasnya, memek Janet sudah mangap ke bawah. Perlahan keturunkan tubuh Janet. Silitnya menelan batangku sampai ke pangkal. Penuh sayang dan kelembutan kami saling berciuman. Lama kami terdiam terbuai ombak, saling merasakan indahnya bersatu-padu.
“Janet,” bisikku.
“Ya, jantanku sayang.”
“Aku sudah pengin keluar.”
“Aku iya ndak tahan.”
“Sama-sama yuk.”
“Mau aku. Mau sekali. Ayo, jangan ditahan.”
Terasa Janet mengencangkan pelukannya, nafasnya mendesah keras di telingaku. Ia mengerang lirih, tubuhnya melengkung ke belakang. Tiba-tiba tangannya sebelah menghantam air, kakinya mengejang di belakangku, tumitnya mengetuk-ngetuk pangkal punggungku. Pada saat itu juga zakarku mengejang, aku nyogok keras ke dalam keempukan liang Janet, maniku pecah terpompa keluar mengisi rongga sanggamanya. Dunia nyata memudar, mengabur dan menghilang terhanyut gelora kenikmatan yang membanjiri segalanya. Seisi alam serasa berdenyut nikmat.
“Sst,” Janet mendesis di telingaku.
“Ada orang!”
“Mana?” Aku menggeragap berpaling.
“Situ. Di pasir. Tuh ada api rokok.”
“Waduh. Ada juga. Malah dua!”
“Gimana nih? Ngapain kita?”
“Diam dulu, sayang. Ndak apa-apa.”
“Kalau tahu ada pakaian kita di sana gimana?”
Sayup-sayup terdengar suara orang bercakap-cakap. Sesekali rokok mereka membara merah. Ada yang ketawa, pendek, keras, kasar. Beberapa menit lewat, lalu mereka berjalan menjauh. Gumam suara mereka tenggelam dalam keremangan.
“Ayo, kita keluar” bisik Janet menggigil.
“Kedinginan aku.”
Aku membopong Janet keluar. Kami memungut pakaian kami yang berserakan kacau di bawah pohon. Masih meneteskan air, cepat-cepat kami berpakaian. Blus Janet menempel basah di punggung dan dadanya, menganga di sebelah muka kehilangan kancingnya yang tersobek lepas.
“Sudah subuh.”
Aku menunjuk ke laut. Tampak lidah cahaya merah jambu sudah mulai membakar garis cakrawala di sebelah timur. Buru-buru kami kembali ke losmen. Ketika kami naik tangga pintu belakang, di ruang makan Ibu Gah sudah duduk di meja mengiris sayur diterangi lampu teplok.
“Pagi Bu,” sapaku.
“Pagi Tante,” demikian Janet mengulang agak gugup.
“Hah? Dari mana nih?” Ibu Gah melongo heran.
“Ya jalan-jalan cari kerang di pantai, Bu,” jawabku sekenanya.
“Lha kok rambutnya basah, pakaiannya ya basah!?”
Janet menutupkan blusnya ke dadanya. Ibu Gah menatap sebentar. Senyum sayu perlahan muncul di wajahnya.
“Sana, tidur dulu,” katanya lirih.
“Mumpung belum siang.”
Wajahnya terselimut bayangan, tetapi aku menangkap kesan seolah matanya berkaca-kaca, seolah ia mendadak terlanda kenangan yang indah dan sekaligus pahit. Di kamar, kami membuka pakaian kami yang basah. Dengan tanganku kusapu butir-butir pasir yang masih menempel di buah dada, punggung dan paha Janet. Kuseka rambutnya yang masih terurai kaku kena air laut. Janet naik ke ranjangnya.
Aku menengok keluar jendela. Dalam cahaya pucat dini hari tampak dua ekor kuda berdiri berdampingan, kepalanya tertunduk merumput dengan tenangnya. Aku berpaling melangkah ke ranjang Janet. Aku merangkak masuk ke bawah klambu. Kami berbaring berdampingan, telanjang bulat, tertutup selimut batik. Perlahan dan lembut, Janet mengulurkan tangannya. Kontolku diambilnya, dengan hati-hati dicomotnya kepalanya, dibelainya sebentar dengan ibu jarinya dan ditidurkannya di atas telapak tangannya yang menengadah.

The post Cerita Sex Telanjang Di Tengah Malam Bawah Bulan appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Cerita Sex Ngentot Dengan Tante Hingga Hamil

$
0
0

ContacKirim Cerita SexPeringatan !!!Foto Hot

HomeCerita Sex IstriCerita Sex JandaCerita Sex PramugariCerita Sex RemajaCerita Sex SusterCerita Sex SelingkuhCerita Sex Lesbian

Home » Cerita Sex Tante » Cerita Sex Tante: Tante Linda Mengandung Anakku
Cerita Sex Tante: Tante Linda Mengandung Anakku

Disini saya akan mengulas sedikit mengenai pengalaman pribadi saya sendiri, dan hal ini masih menghantui saya sampai cerita ini saya muat. Okey deh, saya perkenalkan diri dulu. Nama saya Bojach, atau biasa dipanggil Jach, tinggi badan 180 cm dengan kulit putih bersih, maklum peranakan atau istilahnya indo. Latar belakang keluarga saya adalah dari keluarga miskin, dimana saya sebagai anak sulung yang dapat dikatakan lain dari adik-adik saya.

Sebenarnya ayah saya asli orang Indonesia dan ibu juga, tapi dari cerita yang saya dapatkan dari kelurga, bahwa ibu saya pernah kerja di USA atau di Houston sebagai pembantu rumah tangga. Waktu itu ada pamilik yang tinggal di Huston memerlukan seorang pembantu untuk mengurusi anaknya. Pendek cerita ibu saya sudah 2 tahun di Huston mendapat masalah, dimana dia pernah diperkosa sama orang Bule di sana, dan karena sudah trauma dengan kejadian yang menimpanya, maka dia minta pulang ke Indonesia.
Sesampainya di Indonesia dia langsung mendapatkan jodoh, yaitu ayah saya sekarang, dan ternyata ibu saya telah hamil dengan orang Bule yang pernah memperkosanya. Itulah pendek cerita mengenai latar belakang saya, kenapa saya jadi keturunan indo.
Okey sorry terlalu panjang pendahuluannya, kita langsung saja ke ceritanya. Kejadian ini bermula dimana saya memiliki pacar yang sangat cemburu dan sayang sama saya, maka saya dianjurkan mengontrak rumah di rumah tantenya yang tentunya berdekatan dengan rumahnya. Saya bekerja di salah satu perusahaan Asing yang berkecimpung di Akuntan Public yang terkenal dan ternama, maka saya mendapatkan uang yang secukupnya untuk membiayai adik saya 5 orang yang sedang kuliah di Jakarta. Dan untung saja 3 orang masuk UI dan 2 orang masuk IPB, maka dengan mudah saya bayar uang semesterannya. Sedangkan saya sendiri hanya membutuhkan uang makan dan ongkos, dimana saya tinggal di kawasan Bogor yang terkenal dengan hujannya.
Setelah dua tahun saya mengontrak di rumah yang sampai sekarang juga masih saya tempati, terjadilah kejadian ini. Dimana waktu itu kelima adik saya pulang kampung karena liburan panjang ke Kalimantan, sedangkan saya yang kerja tidak dapat pulang kampung dengan mereka, maka tinggallah saya seorang diri di Jakarta. Waktu itu tepat hari Sabtu, dimana Om Boyke atau suami Tante Linda ini biasanya kerja pada hari Sabtu, maklum dia adalah pegawai swasta dan sering juga ke lapangan dimana dia bekerja di perminyakan di lepas pantai. Jadi waktu itu Om Boyke ke lapangan dan tinggallah Tante Linda sendirian di rumah.
Tante Linda telah menikah, tetapi sudah lama tidak mendapatkan anak hampir sudah 8 tahun, dan hal itu menjadi pertanyaan siapa yang salah, Tante Linda apa Om Boyke. Okey waktu itu tepatnya malam Sabtu hujan di Bogor begitu derasnya yang dapat menggoda diri untuk bermalas-malas. Secara otomatis saya langsung masuk kamar tidur dan langsung tergeletak.
Tiba-tiba Tante Linda memanggil, “Jach.. Jach.. Jach.. tolong dong..!”
Saya menyahut panggilannya, “Ada apaan Tante..?”
“Ini lho.. rumah Tante bocor, tolong dong diperbaiki..!”
Lalu saya ambil inisiatif mencarikan plastik untuk dipakai sementara supaya hujannya tidak terlalu deras masuk rumah. 10 menitan saya mengerjakannya, setelah itu telah teratasi kebocoran rumah Tante Linda.Kemudian saya merapikan pakaian saya dan sambil duduk di kursi ruang makan.
Terus Tante Linda menawarkan saya minum kopi, “Nih.., biar hangat..!”
Karena saya basah kuyup semua waktu memperbaiki atap rumahnya yang bocor.
Saya jawab, “Okelah boleh juga, tapi saya ganti baju dulu ke rumah..” sambil saya melangkah ke rumah samping.
Saya mengontrak rumah petak Tante Linda persis di samping rumahnya.
Tidak berapa lama saya kembali ke rumah Tante Linda dengan mengenakan celana pendek tanpa celana dalam. Sejenak saya terhenyak menyaksikan pemandangan di depan mata, rupanya disaat saya pergi mandi dan ganti baju tadi, Tante Linda juga rupanya mandi dan telah ganti baju tidur yang seksi dan sangat menggiurkan. Tapi saya berusaha membuang pikiran kotor dari otak saya. Tante Linda menawarkan saya duduk sambil melangkah ke dapur mengambilkan kopi kesenangan saya. Selang beberapa lama, Tante Linda sudah kembali dengan secngkir kopi di tangannya.
Sewaktu Tante Linda meletakkan gelas ke meja persis di depan saya, tidak sengaja terlihat belahan buah dada yang begitu sangat menggiurkan, dan dapat merangsang saya seketika. Entah setan apa yang telah hinggap pada diri saya. Untuk menghindarkan yang tidak-tidak, maka dengan cepat saya berusaha secepat mungkin membuang jauh-jauh pikiran kotor yang sedang melanda diri saya.
Tante Linda memulai pembicaraan, “Giman Jach..? Udah hilang dinginnya, sorry ya kamu udah saya reporin beresin genteng Tante.”
“Ah.. nggak apa-apa lagi Tante, namanya juga tetangga, apalagi saya kan ngontrak di rumah Tante, dan kebetulan Om tidak ada jadi apa salahnya menolong orang yang memerlukan pertolongan kita.” kata saya mencoba memberikan penjelasan.
“Omong-omong Jach, adik-adik kamu pada kemana semua..? Biasanya kan udah pada pulag kuliah jam segini,”
“Rupanya Tante Linda tidak tau ya, kan tadi siang khan udah pada berangkat ke Kalimantan berlibur 2 bulan di sana.”
“Oh.. jadi kamu sendiri dong di rumah..?”
“Iya Tante..” jawab saya dengan santai.
Terus saya tanya, “Tante juga sendiri ya..? Biasanya ada si Mbok.., dimana Tante?”
“Itu dia Jach, dia tadi sore minta pulang ke Bandung lihat cucunya baru lahir, jadi dia minta ijin 1 minggu. Kebetulan Om kamu tidak di rumah, jadi tidak terlalu repot. Saya kasih aja dia pulang ke rumah anaknya di Bandung.” jelasnya.
Saya lihat jam dinding menunjukkan sudah jam 23.00 wib malam, tapi rasa ngantuk belum juga ada. Saya lihat Tante Linda sudah mulai menguap, tapi saya tidak hiraukan karena kebetulan Film di televisi pada saat itu lagi seru, dan tumben-tumbennya malam Sabtu enak siarannya, biasanya juga tidak. Tante Linda tidak kedengaran lagi suaranya, dan rupanya dia sudah ketiduran di sofa dengan kondisi pada saat itu dia tepat satu sofa dengan saya persis di samping saya.
Sudah setengah jam lebih kurang Tante Linda ketiduran, waktu itu sudah menunjukkan pukul 23.35.
“Aduh gimana ini, saya mau pulang tapi Tante Linda sedang ketiduran, mau pamitan gimana ya..?” kata saya dalam hati.
Tiba-tiba saya melihat pemandangan yang tidak pernah saya lihat. Dimana Tante Linda dengan posisi mengangkat kaki ke sofa sebelah dan agak selonjoran sedang ketiduran, dengan otomatis dasternya tersikap dan terlihat warna celananya yang krem dengan godaan yang ada di depan mata. Hal ini membuat iman saya sedikit goyang, tapi biar begitu saya tetap berusaha menenangkan pikiran saya.
Akhirnya, dari pada saya semakin lama disini semaking tidak terkendali, lebih baik saya bangunkan Tante Linda biar saya permisi pulang. Akhirnya saya beranikan diri untuk membangunkan Tante Linda untuk pulang. Dengan sedikit grogi saya pegang pundaknya.
“Tan.. Tan..”
Dengan bermalas-malas Tante Linda mulai terbangun. Karena saya dengan posisi duduk persis di sampingnya, otomatis Tante Linda menyandar ke bahu saya. Dengan perasaan yang sangat kikuk, tidak ada lagi yang dapat saya lakukan. Dengan usaha sekali lagi saya bangunkan Tante Linda.
“Tan.. Tan..”
Walaupun sudah dengan mengelus tangannya, Tante Linda bukannya bangun, bahkan sekarang tangannya tepat di atas paha saya.
“Aduh gimana ini..?” gumam saya dalam hati, “Gimana nantinya ini..?”
Entah setan apa yang telah hinggap, akhirnya tanpa disadari saya sudah berani membelai rambutnya dan mengelus bahunya. Belum puas dengan bahunya, dengan sedikit hati-hati saya elus badannya dari belakang dengan sedikit menyenggol buah dadanya. Aduh.., adik saya langsung lancang depan. Dengan tegangan tinggi, nafsu sudah kepalang naik, dan dengan sedikit keberanian yang tinggi, saya dekatkan bibir saya ke bibirnya. Tercium sejenak bau harum mulutnya.
Pelan-pelan saya tempelkan dengan gemetaran bibir saya, tapi anehnya Tante Linda tidak bereaksi apa-apa, entah menolak atau menerima. Dengan sedikit keberanian lagi, saya julurkan lidah ke dalam mulutnya. Dengan sedikit mendesah, Tante Linda mengagetkan saya. Dia terbangun, tapi entah kenapa bukannya saya ketakutan malah keluar pujian.
“Tante Linda cantik udah ngantuk ya..? Mmuahh..!” saya kecup bibirnya dengan lembut.
Tanpa saya sadari, saya sudah memegang buah dadanya pada ciuman ketiga.
Tante Linda membalas ciuman saya dengan lembut. Dia sudah pakar soal bagaimana cara ciuman yang nikmat, yaitu dengan merangkul leher saya dia menciumi langit-langit mulut saya. 10 menit kami saling berciuman, dan sekarang saya sudah mengelus-elus buah dadanya yang sekal.
“Ahk.. ahk..!” dengan sedikit tergesa-gesa Tante Linda sudah menarik celana saya yang tanpa celana dalam, dan dengan cepat dia menciumi kepala penis saya.
“Ahkk.. ah..!” nikmatnya tidak tergambarkan, “Ahkk..!”
Saya pun tidak mau kalah, saya singkapkan dasternya yang tipis ke atas. Alangkah terkejutnya saya, rupanya Tante Linda sudah tidak mengenakan apa-apa lagi di balik dasternya. Dengan agak agresif saya ciumi gunung vaginanya, terus mencari klistorisnya.
“Akh.. akh.. hus..!” desahnya.
Tante Linda sudah terangsang, terlihat dari vaginanya yang membasah. Saya harus membangkitkan nafsu saya lebih tinggi lagi.
30 menit sudah kami pemanasan, dan sekarang kami sudah berbugil ria tanpa sehelai benang pun yang lengket di badan kami. Tanpa saya perintah, Tante Linda merenggangkan pahanya lebar-lebar, dan langsung saya ambil posisi berjongkok tepat dekat kemaluannya. Dengan sedikit gemetaran, saya arahkan batang kemaluan saya dengan mengelus-elus di bibir vaginanya.
“Akh.. huss.. ahk..!” sedikit demi sedikit sudah masuk kepala penis saya.
“Akh.. akh..!” dengan sedikit dorongan, “Bless.. ss..!” masuk semuanya batang kejantanan saya.
Setelah saya diamkan semenit, secara langsung Tante Linda menggoyang-goyang pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Tanpa diperintah lagi, saya maju-mundurkan batang kemaluan saya.
“Akh.. uh.. terus Sayang.., kenapa tidak dari dulu kamu puasin Tante..? Akh.. blesset.. plup.. kcok.. ckock.. plup.. blesset.. akh.. aduh Tante mau keluar nih..!”
“Tunggu Tante, saya juga udah mau datang..!”
Dengan sedikit hentakan, saya maju-mundurkan kembali batang kemaluan saya.
Sudah 15 menit kami saling berlomba ke bukit kenikmatan, kepala penis saya sudah mulai terasa gatal, dan Tante Linda teriak, “Akh..!”
Bersamaan kami meledak, “Crot.. crot.. crot..!” begitu banyak mani saya muncrat di dalam kandungannya.
Badan saya langsung lemas, kami terkulai di karpet ruang tamu.
Tante Linda kemudian mengajak saya ke kamar tamu. Sesampainya disana Tante Linda langsung mengemut batang kemaluan saya, entah kenapa penis saya belum mati dari tegangnya sehabis mencapai klimaks tadi. Langsung Tante Linda mengakanginya, mengarahkan kepala penis saya ke bibir vaginanya.
“Akh.. huss..!” seperti kepedasan Tante Linda dengan liarnya menggoyang-goyangkan pinggulnya.
“Blesset.. crup.. crup.. clup.. clopp..!” suara kemaluannya ketika dimasuki berulang-ulang dengan penis saya.
30 menit kami saling mengadu, entah sudah berapa kali Tante Linda orgasme. Tiba saatnya lahar panas mau keluar.
“Crot.., crot..!” meskipun sudah memuncratkan lahar panas, tidak lepas-lepasnya Tante Linda masih menggoyang pantatnya dengan teriakan kencang, “Akh..!”
Kemudian Tante tertidur di dada saya, kami menikmati sisa-sisa kenikmatan dengan batang kejantanan saya masih berada di dalam vaginanya dengan posisi miring karena pegal. Dengan posisi dia di atas, seakan-akan Tante Linda tidak mau melepaskan penis saya dari dalam vaginanya. Begitulah malam itu kami habiskan sampai 3 kali bersetubuh.
Jam 5 pagi saya ngumpat-umpat masuk ke rumah saya di sebelah, dan tertidur akibat kelelahan satu malam kerja berat. Begitulah kami melakukan hampir setiap malam sampai Om itu pulang dari kerjanya. Dan sepulangnya adik saya dari Kalimantan, kami tidak dapat lagi dengan leluasa bercinta. Begitulah kami hanya melakukan satu kali. Dalam dua hari itu pun kami lakukan dengan menyelinap ke dapurnya. Kebetulan dapurnya yang ada jendela itu berketepatan dengan kamar mandi kami di rumah sebelahnya.
3 bulan kemudian Tante Linda hamil dan sangat senang. Semua keluarganya memestakan anak yang mereka tunggu-tunggu 8 1/2 tahun. Tapi entah kenapa, Tante Linda tidak pernah mengatakan apa-apa mengenai kadungannya, dan kami masih melakukan kebutuhan kami.

The post Cerita Sex Ngentot Dengan Tante Hingga Hamil appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Cerita Sex Istriku Seorang Swinger

$
0
0

ku adalah suami yang punya kreativitas sex yang berlebihan, sering aku membayangkan istriku bercinta dengan banyak lelaki bersamaan dan aku menontonnya. Terkadang aku suka memancing mancing istriku, bagaimana kalau direalisasikan…Dia langsung cemberut dan marah marah….

Karena aku sering bicara tentang itu, lama lama dia merasa biasa saja bahkan menimpali dengan ide ide yang nggak kalah gilanya. Tapi aku tahu dia cuma iseng saja. Pernah pada saat kami cerita yang horny horny, dia usul kalo cowoknya dia yang pilih.” aku mau pa, tapi cowoknya aku yang pilih lho….pertama dia harus bersih dan aku nggak mau intercourse !” Padahal aku lebih suka kalo dia dilayani dengan pria berbatang besar. Lebih menggairahkan menurutku.
Karena aku sering bicara tentang sex keroyokan, dia nggak keberatan kalau aku pakai dildo macam macam untuk melayani dia. Dimulai dari dildo seukuran batangku sampai dildo raksasa. Dan sudah dapat diduga dia nggak bisa menikmati dildo yang besar. Apa memang wanita tidak suka batang besar ya…padahal .aku sangat bergairah kalo bercinta model begini. Dia juga mulai dapat menikmati dildo dildo tsb kecuali yang besar tadi, baru mau masuk, dia sudah protes, favoritnya adalah dildo imut yang bisa mebuat dia multiorgasme.
Akhirnya ML keroyokan ini terlaksana ketika dia ulang tahun. Aku menawarkan hadiah apa yang dia inginkan…Dia ingin coba dildo getar model lain…hmhmhm aku pikir ini kesempatan untuk nawarin pelayanan keroyokan tersebut. Aku bilang : “Ma ngomong ngomong, daripada kamu bingung cari dildo baru, kita cari aja dildo hidup….lebih enak…”
“Maksudnya apa sih pa?” istriku heran…
“Ya kita coba aja cari cowok yang bisa nyenengin kamu, model batangnya bisa kita cari yang macem macem …toh intinya sama dengan dildo yang kamu punya….” Kataku santai..
“Hmm mulai deh papa…nawarin yang aneh….kalo aku mau nanti awas kalo bingung sendiri…nggak boleh protes! katanya sengit..
“Lho nggak papa kok ma, kan nggak ada intercourse, dan lagi ini untuk memuaskan kamu, kita cari cowok yang bersih , yang ganteng deh….
Istriku tampak berpikir lama dan kali ini menjawab dengan suara yang bergetar. Tapi apa kamu nggak cemburu pa….Terus nggak papa aku diciumin cowok lain? .
Aku jawab : kalau dicium di bibir tentu aku keberatan dong, intercourse juga aku saja yang boleh, tugas mereka cuma foreplay saja….yang penting kamu merasa nikmat dan nyaman….”
“hmm, tapi aku takut kalo ketagihan , dan aku nggak mau dikasarin…dan… bagaimana papa yakin kalo nggak ada intercourse hayo…Kalo ternyata aku terangsang terus cowok itu juga , gimana jaganya supaya nggak intercourse…” Ujar istriku.
“Hmmm..bener juga ya…” Kataku pura pura bego. “Lah kamu sendiri kalo ada intercourse sama mereka mau nggak …? Kalo aku sih nggak keberatan sih selama mereka pake kondom, trus mainnya gak kasar dan yang terpenting kamunya mau dan bisa menikmati…” Kataku perlahan sambil melihat perubahan roman mukanya yang terkejut.
“nggg…nggg….tapi sebenarnya kan rasanya sama kan pa…? Tanyanya. “Tergantung… kalo ukuran berbeda ya tentu tidak sama, dan yang terpenting sensasinya…ML dengan satu batang dengan dua batang tentu berbeda, kamunya bisa nikmati nggak?”Ganti aku bertanya.
“hmmm…jadi aku nanti ML sama papa terus sama orang itu?dua orang?kalo tiga orang rasanya juga beda lagi? ..Bener papa nggak keberatan?Tanyanya ragu.
“Nggak papa ma…aku malah terangsang kalo kamu ML dengan mereka…” Kataku dengan semangat.
“OK…”Suaranya tertahan sesaat seperti berpikir” Dan kalo kamu memang nggak keberatan…aku nggak mau kalo cuma satu orang ..nanggung….sekalian aja yang banyak…biar sekalian lain daripada yang lain…” bisiknya lirih.. Aku menjawab dengan semangat tinggi : Nggak papa ma…ketagihan pun nggak papa kok…. bagaimana …? aku carikan ya sayang…”
“Tapi pa…aku kan nggak mudah terangsang…dan lagi ..aduhhh aneh rasanya ML dengan orang lain…” katanya ragu ragu.
Sayang aku hanya dapat 2 gigolo,dan kuberi mereka pengarahan bagaimana nanti memuaskan istriku. Sengaja aku pilih ukuran batangnya berbeda beda., si Rudi yang katanya berbatang raksasa, sangat bangga dengan ukurannya. Jaminannya tidak ada wanita tidak puas dengan ukuran batangnya. Rata rata awalnya mereka takut, tetapi begitu masuk, mereka semua menjadi ganas…whhooo boleh juga sesumbarnya.
Kami menyewa villa, dengan makan malam yang romantis, sengaja Rudi dan Andy aku undang untuk datang belakangan., mereka datang dengan memakai jas rapi dan tampak bersih dan rapi. Aku tunjukkan kepada istriku bahwa mereka nanti akan melayani dirinya. Istriku rupanya grogi dan tampak tidak nyaman. “mmmm pa..gimana kalo kita batalkan saja acaranya…” bisiknya dengan suara gemetar. “Santai aja ma…ingat mereka akan melayani kamu dengan sebaik baiknya, mereka tidak akan memaksa, bahkan bersedia melakukan apa yang kamu perintahkan….dan mereka cakep cakep lho ma…”
“Iya sih memang cakep…tapi..aduh gemeter nehh…” Katanya dengan takut takut…
Kamar tidur sudah aku siapkan dengan tempat tidur ukuran terbesar, tidak standar karena tempat tidur ini memang digunakan untuk hal hal khusus seperti ini. Rudi aku mintu menunggu diluar dan aku perintahkan Andy untuk masuk terlebih dahulu.. Andy memiliki tubuh paling atletis. Dengan sengaja dia membuka bajunya dengan tetap memakai CD yang sexy. Batangnya sih nggak terlalu besar, memang tugas dia hanya menjilat kaki , tangan dan punggung saja.
Akupun mulai menanggalkan bajuku…dengan perlahan aku buka gaun sexy istriku, meloloskannya jatuh ke lantai. “Pa…aku malu..badanku nggak bagus lagi….” bisiknya. “Jangan begitu ma, dimataku kamu adalah wanita paling sexy, dan kamu tahu apa kata mereka ketika melihat fotomu…Wow..istri om masih cantik sekali…
Jadi?jangan ragu sayang….” bisikku juga sambil mulai mencium leher dan bibirnya. Aku tuntun dia menuju tempat tidur. Sementara Andi tersenyum mulai mendekati istriku dari belakang dengan mencium punggung dan pinggangnya, sedang aku mulai menjilat lembut puting susunya yang bergetar.
Badan istriku yang ramping mulus dengan buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi padat berisi, yang paling menggairahkan adalah putingnya yang merah muda… dan kedua bongkahan pantatnya yang terlihat mulus menggairahkan serta gundukan kecil yang membukit yang ditutupi oleh rambut-rambut halus yang terletak diantara kedua paha atasnya terbuka dengan jelas.
Kemudian kutarik istriku berdiri, dengan Andi tetap di belakangnya, kedua tangan Andi mulai menjelajahi seluruh lekuk dan ngarai istriku itu. Aku sempat melihat ekspresi wajah istriku, yang dengan matanya yang setengah terpejam dan dahinya agak berkerut seakan-akan sedang menahan suatu kenikmatan yang melanda seluruh tubuhnya dengan mulutnya yang mungil setengah terbuka, menunjukan dirinya menikmati benar permainan dari Andi terhadap badannya itu, apalagi ketika jemari Andi berada di semak-semak kewanitaannya, sementara tangan lain Andi meremas-remas puting susunya, terlihat seluruh badan istriku yang bersandar lemas pada badan Andi, bergetar dengan hebat. Aku tahu dia gemetar karena perasaannya masih belum bisa menerima, tetapi juga ada perasaan ingin..
Rudi aku minta segera masuk, dengan hanya memakai celana dalam saja. Rudi memiliki batang paling besar, aku sendiri belum melihatnya. Aku hanya minta dia bersiap siap saja andaikata istriku minta coitus. Dan Aku tekankan kepadanya untuk memakai kondom, jangan sekali kali menyentuh istriku tanpa kondom..
Aku rebahkan istriku ke tempat tidur lagi, tetapi kali ini agak diujung agar Rudi mudah menciumi bibir bawahnya. Sementara aku masih menciumi lembut bibir istriku, dan Andi masih merangsang istriku dengan mengigit gigit ujung payudaranya. Tampaknya istriku risih ketika Andi menjilat ujung putingnya yang merah muda itu tapi dia membiarkannya, mungkin dia merasakan sensasi yang hebat.”ah papa…geli …sshh…aaahh geli…malu pa..” Tenang sayang…enakkan….Tampaknya dia menikmati sekali ketika putingnya digigit dan dijilati dua laki laki.
Istriku kini telentang di tempat tidur dengan kedua kakinya terlihat menjulur di lantai dan pantatnya terletak pada tepi tempat tidur, sehingga dia tidak bisa melihat dengan jelas bagian bawah tubuhnya yang sedang menjadi sasaran jilatan Rudi. Rudi mengambil posisi berjongkok di lantai diantara kedua paha istriku yang telah terbuka lebar. Rudi memang hebat, lidahnya panjang dan kasar sehingga dengan cepat istriku mengelepar. Aaaahh geli pa…geli…jangan dicium yang bawah…geli…ahhssh…kok enak ya pa…aneh ya pa…aku kok cepet terangsang sekali sekarang…ahhh..pa..padahal Cuma diciumin.”
Aku minta Rudi geser sedikit, dan segera aku arahkan batangku ke bibirnya. Aku tidak mau langsung karena istriku tidak suka kasar, dan aku gesek gesekkan dan sedikit memasukkannya pelan pelan..dan aku gerakkan pelan pelan., lalu aku cabut lagi…dengan terpejam istriku berbisk ke dekat telingaku, “pa …apa aku boleh raba dada bidang mereka?shhsshh…boleh ya pa…”Rupanya istriku penasaran.
Dengan tangannya yang gemetar dia menyentuh dada andi dan rudi. Aku tahu sebenarnya dia ingin menyentuh yang lain lebih jauh, tapi masih malu atau sungkan denganku.
Rudi rupanya lebih kreatif dengan melepas cel damnya. Ups! rupanya dia tidak ngecap, dengan diameter 6cm dan panjang hampir 25cm, warna topinya merah muda, sangat besar juga untuk ukuran orang indonesia. Tampaknya meskipun cuma sebesar itu tidak mungkinlah bisa masuk ke vagina istriku, karena istriku mungil dengan tinggi Cuma 150 cm . Aku kuatir nanti istriku merasa seperti diperkosa.
Sementara aku masih memompa dengan lembut, tangan istriku mulai turun keselangkangan Rudi dan terkejut ketika menyentuh batangnya. “Pa! besar sekali punyanya… aduuuhhh nanti jangan dipaksa masuk cepat cepat ya….please…aku ngeri..kok jauh lebih besar dari punyamu pa…aduh…”
Aku lepaskan batangku dan Rudi kembali melumat vagina istriku…Rudi pengalaman sekali, sehingga mudah menemukan titik rangsang istriku. Dan benar saja tubuh istriku bergetar hebat….dan kembali dia merintih “aduhh pa gila…gilaaaa….enak sekali….sekarang masukkan massukkan lagi shhhh….sambil mencari cari batangku…”Rintihnya “Yang mana yang dimasukkan honey?hmm punya Rudi?Godaku.” Aduh papa gitu deh….papa dulu lagi please….Rintihnya.
Sementara Andi masih dengan setia menjilati payudara istriku yang menegang hebat….Aku masih menciumi bibirnya, sengaja aku tidak mau melepas bibirnya agar dia tidak malu dengan 2 anak muda ini.
“gimana ma kalo Rudi aja yang masuk….nggak papa kok…Kapan lagi kamu merasakan yang besar…nggak akan sakit karena rudi tahu cara masuknya”Bisikku..” Aku malu pa…malu…ssshhh… bener nggak papa? …nggak nyesel? …ssshhhh…bener? ..aaahhh…gila enaaak banget…” Aku bisikkan lagi “nggak papa sayang, nanti kalo sakit ya nggak usah dipaksa…pokoknya kamu nikmati aja….” Lalu aku kode Rudi untuk bersiap siap….Jujur saja aku sebenarnya gemetaran ketika rudi mulai menyiapkan batangnya. Rasanya nggak terima batangnya yang besar menghangatkan vagina istriku. tapi disisi lain aku ingin melihat istriku bercinta dengan laki laki lain…Dari awal aku selau mengingatkan mereka untuk tidak kasar dan memaksa coitus kalau tiba tiba istriku tidak mau. Dan sekarang mereka sudah bersiap sipa untuk coitus, rasanya aku tidak mampu menghentikannya. Rasa ingin tahuku lebih besar dari rasa cemburuku….
Terlihat Rudi memegang penis raksasanya itu, serta mulai di usap-usapkan dengan lembut di belahan bibir kemaluan istriku yang sudah sedikit terbuka, Ujung kemaluannya yang kasar menggosok gosok klitoris istriku, Aduhhh cemburuku luar biasa.! Sengaja Rudi menggosoknya cukup lama agar istriku bisa melihat kemaluannya yang besar. Dan memang benar istriku dengan mata yang terbelalak melihat ke arah senjata Rudi yang dahsyat itu, sedang menempel pada bibir vaginanya. Kedua tangan isteriku kelihatan mencoba menahan badan Rudi dan badan istriku terlihat agak melengkung, tampaknya dia kawatir kalau kesakitan…. pantatnya dicoba ditarik ke atas untuk mengurangi tekanan penis raksasa Rudi pada bibir vaginanya, akan tetapi dengan tangan kanannya tetap menahan pantat istriku dan tangan kirinya tetap menuntun penisnya agar tetap berada pada bibir kemaluan istriku sambil mencium telinga kirinya, terdengar Rudi berkata perlahan, “Tante…, saya gosok gosok dulu yaa…biar enak….ok?hmm bagaimana..enak ya….maaf yaa…, kalo masuk sekarang…, boleh ya?”, terlihat kepala istriku hanya menggeleng-geleng kekiri kekanan saja, entah apa yang mau dikatakannya, dengan pandangannya yang sayu menatap ke arah kemaluannya yang sedang didesak oleh penis raksasa Rudi itu dan mulutnya terkatup rapat seakan-akan menahan debaran jantungnya.” Bisiknya : “Pa… punya rudi jangan masuk dulu ya…aduh jangan ya… paaa …ssshhh….terlalu besar…aduh..besaaar sekaliii….ngeri…” Aku ciumi bibirnya “Nikmati aja sayang nikmati aja….tadi kan punyaku sudah masukk…jadi udah nggak terlalu sakit kan…”
Rudi tanpa menunggu lebih lama lagi, segera menekan penisnya ke dalam lubang vagina istriku yang telah basah itu, biarpun kedua tangan istriku tetap mencoba menahan tekanan badan Rudi…..Aku bisikkan lagi ke telingannya…” jangan tegang ma..santai aja….biarkan masuk…biarkan masuk .” Mungkin, entah karena tusukan penis Rudi yang mendesak desak atau karena ukuran penisnya yang sangat besar, langsung saja istriku berteriak merintih rintih , “aahh.. , ssshh ya pelan-pelan begitu aja ya… .pelan pelan sekali yaaaa…. aahh.”, terdengar rintihan dari mulutnya dengan wajah yang agak menegang mungkin juga menahan rasa kesakitan. Kedua kaki istriku yang mengangkang itu terlihat gemetar. Kepala penis Rudi yang besar itu telah terbenam sebagian di dalam vagina istriku, kedua bibir kemaluannya menjepit dengan erat kepala penis Rudi, sehingga belahan kemaluan istriku terlihat terkuak membungkus dengan ketat kepala penis Rudi itu. Gila menggairahkan sekali! Aku dekati kemaluan isteriku dan kucoba merangsang klitorisnya dengan jariku. Kulihat kedua bibir kemaluan istriku tertekan masuk begitu juga clitoris istriku turut tertarik ke dalam akibat besarnya batang Rudi. “Bagaimana sayang…lebih enakkan sekarang? ….nikmati aja…bisikku dekat telinganya…Istriku mulai tersenyum. malu “hhh..paa… mulai agak enak pa…aduh mulai enak….enak pa… enak paaaa…nggak papa niiih pa…kalo besaar ternyata enaak ya pa…aadduh….nanti kalo akuu ketagihan gimanaa pa..aaduhhh….”Istriku mulai merintih dan meracau…padahal batang Rudi baru keluar masuk sebagian saja.
Rudi menghentikan tekanan dan kocokan penisnya, sambil mulutnya mengguman, “Maaf…, tante…, kalo saya kurang lembut. .., maaf yaa…, tante!”.
“aagghh…, nggaaaak kok…udah mulai agaaak enak…tapi…jangan teerrlalu diiipaksakan. .., yaahh..masukkan pelan pelan lagi yaaa… agak dalam yaa.aahh., istriku mencoba menjawab dengan badannya terus menggeliat-geliat, sambil merangkulkan kedua tangannya di punggung Rudi.
“Tante.., saya mau masukkan lagi…, yaa…, dan tolong katakan yaa…, kalau tante masih merasa sakit”, sahut Rudi dan tanpa menunggu jawaban istriku, segera saja Rudi melanjutkan tekanan penisnya ke dalam lubang vagina istriku yang terhenti itu, tetapi kali ini kocokannya dilakukannya dengan lebih cepat.
Secara lembut tapi pasti, penis raksasa itu menguak dan menerobos masuk ke dalam sarangnya. Ketika penis Rudi telah terbenam hampir setengah di dalam lubang vagina istriku, terlihat dia telah pasrah saja dan sekarang kedua tangannya tidak lagi menahan badan Rudi, akan tetapi sekarang kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada tepi tempat tidur. Rudi menekan lebih dalam lagi, kembali terlihat wajah istriku meringis menahan sakit dan nikmat, kedua pahanya terlihat menggeletar, tetapi karena istrikutidak mengeluh maka Rudi meneruskan saja tusukan penisnya dan tiba-tiba saja, “aahh”, Rudi melenguh sambil menekan seluruh berat badannya dan pantatnya menghentak dengan kuat sehingga membuat tempat tidur tersebut bergoyang dengan keras.
Pada saat yang bersamaan terdengar keluhan panjang dari mulut istriku, “Aduuh paaa……..aahh…..”, sambil kedua tangannya mencengkeram tepi tempat tidur dengan kuat dan badannya melengkung ke depan serta kedua kakinya terangkat ke atas menahan tekanan penis Rudi di dalam kemaluannya. Rudi mendiamkan penisnya terbenam di dalam lubang vagina istriku sejenak, agar tidak menambah sakit istriku sambil bertanya lagi, “Tante.., sakit…, yaa? Tahan dikit yaa, saya goyang pelan pelan kok ..sebentar lagi akan terasa nikmat …dijamin deh …!”, bisiknya ditelinga istriku. Istriku dengan mata terpejam hanya menggelengkan kepalanya sedikit seraya mendesah panjang, “aagghh.. ., paaa…sudah pa….aduhh… sudahhh please…sakit….sakit….terlalu besaaar…aah”, Kulihat air mata mulai menetes di sudut matanya. Cepat cepat lalu Rudi menciumi payudara istriku dengan ganas. Terlihat pantat Rudi bergerak dengan cepat naik turun, sambil badannya mendekap tubuh mungil istriku dalam pelukannya. Semakin lama semakin cepat….terkadang batangnya dikeluarkan dari vagina istriku, kemudian dihunjamkannya lagi. Membuat istriku melenguh dan merintih berkepanjangan.
Tak selang lama kemudian terlihat badan istriku bergetar dengan hebat dari mulutnya terdengar keluhan panjang, “Aaduuh… , oooohh…, ssshh.. ., sshh paa! Aku..ahhh..aku…ahhh….aku..akh…sshhh…oohhh” , kedua kaki istriku bergetar dengan hebat, melingkar dengan ketat pada pantat Rudi, dengan mata yang membeliak dan tubuh menghentak hentak istriku mengalami orgasme yang hebat dan berkepanjangan. Selang sesaat badan istriku terkulai lemas dengan kedua kakinya tetap melingkar pada pantat Rudi. Dengan tersenyum Rudi tetap melakukan goyangan goyangan memutar dengan lembut , kali ini dia tidak menekan, karena dia tahu kalo si wanita orgasme, si cowok harus mengikuti gerakan pinggul wanita tersebut .aah, suatu pemandangan yang sangat erotis sekali.
Kemudian Rudi mulai melepaskan dirinya dan bergeser ke samping, dia memberi kesempatan kepadaku untuk mendekati istriku.
“bagaimana sayang…enakkan batangnya Rudi? Sakiittt? ..hmmm bisikku lagi.
Dengan memukul mukul dada bidangku, istriku berbisik malu malu tapi dengan nada protes : “Kenapa nggak bilang bilang paaa…kalo enaknya luar biasa seperti ini…nikmat banget sayang…
bisa orgasme paa… nikmat…betul kata papa, kalo besar enak ya… enak sekali…..sekarang pengen sama punya papa ya…, kasihan kan papa belum keluar…”Pipinya bersemu merah, malu…
Aku benar benar terangsang hebat melihat pemandangan tadi, dengan segera aku masukkan batangku ke vaginanya yang super basah itu…ya ampun gara gara batang rudi yang besar tadi batangku masuk tanpa gesekan lagi. “aaahh hunjamkan pa hunjamkan pa…sshhh” Istriku memang bisa multi orgasme, dan malam ini aku benar benar ingin membuatnya puas dengan orgasme tidak terbatas. : Nggak terasa ya ma…? bisikku.” Terasa kok pa…terasa…memang kurraaang. tapiii nikmaat “. Maka dengan sedikit tenaga kuserudukkan saja rudalku itu menerobos liang vaginanya. “Aaghh”, mata istriku terpejam, sementara bibirnya digigit. Tapi ekspresi yang terpancar adalah ekspresi kepuasan. Aku mulai mendorong-dorongkan penisku dengan gerakan keluar masuk di liang vaginanya. Diiringi erangan dan desahan istriku setiap aku menyodokkan penisku, melihat itu aku semakin bersemangat dan makin kupercepat gerakan itu. Bisa kurasakan bahwa liang kemaluannya semakin licin oleh pelumas vaginanya.
“Ahh…, ahh”, istriku makin keras teriakannya.
“Ayo paaa…, terus”.
“Enakkk…, eeemm…, mm!”.
Tubuhnya sekali lagi mengejang, diiringi leguhan panjang, “Uuhh…hh…” “ma aku keluar ya yaah”, aku perlu bertanya pada dia
“keluarkan paaa ,keluarkan….mm sshh…”
Dengan satu sodokan keras, aku dorong pinggulku kuat-kuat, sambil kedua tanganku memeluk badan istriku dengan erat dan penisku terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluannya dan saat bersamaan cairan spermaku menyembur keluar dengan deras di dalam lubang vagina istriku. Badanku tehentak-hentak merasakan kenikmatan orgasme di atas badan istriku, sementara cairan hangat maniku masih terus memenuhi rongga vagina istriku, tiba-tiba badan nya bergetar dengan hebat dan kedua pahanya menjepit dengan kuat pinggulku diikuti keluhan panjang keluar dari mulutnya, “…aagghh…aahhh …!”, saat bersamaan istriku kembali mengalami orgasmenya dengan dahsyat kali ini yang kedua. Gila …luar biasa enak dan menggairahkan sekali
Dengan terenyum Rudi kembali mendekati istriku,” gimana tante kalo saya puaskan lagi….Istriku terperanjat “Lho…lagi …aku kan sudah orgasme dua kali pa…” tanyanya sambil memandang bimbang kepadaku . “Lho ma…kalo lagi kan kamu bisa berkali kali orgasmenya” Kataku.
” Tapi…tapi… mmm.. oklah kita coba lagi…tapi kali ini agak cepat ya…kalo pelan kurang rasanya” Bisiknya…
Istriku kembali melirik padaku sambil menggigit bibir bawahnya…aku tahu dia masih ingin tapi malu kepadaku…matanya nanar memandang penis Rudi yang masih berdiri tegak itu..Tanpa menunggu jawabannya aku minta Rudi segera memasang kondomnya. Kali ini aku ingin three some…dan Rudi mulai mendekatkan penis raksasanya ke vagina istriku lagi.
Kini aku akan menyaksikan bagaimana Rudi mempermainkan tubuh mungil istriku, Tante..bagaimana kalo kali ini saya agak kasar tapi tetap nikmat kok…dijamin dehhh..”
Istriku hanya mengangguk, mungkin dia juga ingin merasakan bagaimana bercinta dengan sedikit kasar..
“pa..gimana paaa…nggak papa…? Nanti ..nggak seret lagi lho… “tanyanya dengan suara yang bergetar …” kan aku sudah bilang honey..nikmati aja.”
Dengan memegang pinggang istriku, Rudi langsung memasukkan penisnya dalam dalam….Dan istriku sama sekali tidak menolak…Gerakan Rudi terlihat mulai sangat kasar, hilang sudah lemah lembut yang pernah dia perlihatkan. Mulai saat ini Rudi mengerjai istriku dengan agak brutal dan kasar. Istriku benar-benar dipergunakan sebagai objek seks-nya. Dia ganjal pantat istriku dengan bantal 2 tumpuk sehingga lubang vaginanya yang lebih tinggi tampak merekah dengan lelehan sperma milikku. Batangnyanya benar benar dihunjamkan dengan hentakan hentakan kasar dan gila…. luar biasa cepat.. Aku sangat takut kalau-kalau Rudi menyakitinya, tetapi dilihat dari ekspressi muka dan gerakan istriku ternyata tidak terlihat tanda-tanda penolakan dari pihak istriku atas apa yang dilakukan oleh Rudi terhadapnya. Bahkan tangannya mencengkeram erat pantat Rudi seakan takut kalo Rudi menghentikan hentakan gilanya.. Luar biasa…pemandangan ini sungguh menggairahkan. Aku benar benar terangsang hebat
Aku bisikkan kepadanya…honey kita threesome ya….dengan segera aku arahkan batang ku kemulutnya untuk di kulum. Aaahhh nikmat sekali….Kami merubah posisi doggy style dengan Rudi tetap dibelakang dan batangku tetap dimulut istriku…
Aku berbisik lagi mengusulkan bagaimana kalau Andi bergantian dengan Rudi memasukkan batangnya dari belakang…biar nggak jadi obat nyamuk.
“Aduh pa…malu paa…aaaahh tapi iya paaa… nggak papa…nikmat kok…pelan pelan yaa” Dan bertiga batang kami bergiliran masuk ke vaginanya….Bahkan kami mencoba memasukkan berurutan. Andi bagian pertama, aku kedua dan Rudi ketiga. Istriku memandangku dengan sayu tapi bibirnya sedikit tersenyum karena merasa nikmat sekali melihat tingkah kami yang bergantian menggilirnya dengan cepat. Aaahh…aaahh lebih cepat…lebihh cepat…gantian…gantiannnn…yang besar,….yang besar..aaahh….kurang cepat pa…kurang cepat..”
Tampaknya dia sudah tidak terlalu malu lagi…
“Tante , rudi ingin memberi sensasi lain neehh mau ya….” Istriku memandangku lagi masih meminta pertimbangan. Aku kedipkan mataku…its ok.. honey…
Dengan segera Rudi menggendong istriku. Istriku terlihat seperti anak kecil dalam gendongan Rudi. Kaki istriku terlihat merangkul pinggang Rudi, sedangkan berat badannya disanggah oleh penis Rudi.
Rudi berusaha memompa sambil berdiri dan sekaligus berusaha mencium istriku yang segera aku ingatkan untuk tidak melakukan itu.
Pantat istriku terlihat merekah dan tiba-tiba Rudi memasukkan jarinya ke lubang pantat istriku. “Ohh! Jangan…”. Mendapat serangan yang demikian serunya dari Rudi, badan istriku terlihat menggeliat-geliat dalam gendongan Rudi. Suatu pemandangan yang sangat seksi. “jangan kuatir tante…nikmati aja…”
Ketika Rudi merasa capai, istriku diturunkan dan Rudi duduk pada sofa. istriku diangkat dan didudukan pada pangkuannya dengan kedua kaki istriku terkangkang di samping paha Rudi dan Rudi memasukkan penisnya ke dalam lubang kemaluan istriku dari bawah… aku bisa melihat penis raksasa Rudi memaksa masuk ke dalam lubang kemaluan istriku yang kecil dan ketat itu. Vaginanya menjadi sangat lebar dan penis Rudi menyentuh paha istriku. Kedua tangan Rudi memegang pinggang istriku dan membantu istriku memompa penisnya secara teratur, setiap kali penis Rudi masuk, terlihat vaginanya ikut masuk ke dalam dan Ketika penisnya keluar, terlihat vaginanya mengembang dan menjepit penis Rudi. Mereka melakukan posisi ini cukup lama. Sementara istriku mengerang dengan hebat …dan berbisik..”.nikmat pa…nikmat…sekali…ssshhh…aduh…nikmat….”
Kemudian Rudi mendorong istriku tertelungkup pada sofa dengan pantat istriku agak menungging ke atas dan kedua lututnya bertumpu di lantai. Rudi kembali akan bermain doggy style. Ini sebenarnya adalah posisi yang paling aku sukai. Dari belakang pinggul istriku, Rudi menempatkan penisnya diantara belahannya dan mendorong penisnya masuk ke dalam lubang vagina istriku dari belakang dengan sangat keras dan dalam, semua penisnya amblas ke dalam vagina istriku. Jari jempol tangan kiri Rudi dimasukkan ke dalam lubang pantat. istriku setengah berteriak, “aagghh!”, badannya meliuk-liuk mendapat serangan Rudi yang dahsyat itu. Badan istriku dicoba ditarik ke depan, tapi Rudi tidak mau melepaskan, penisnya tetap bersarang dalam lubang kemaluan istriku dan mengikuti arah badan istriku bergerak.
Istriku benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan sudah berubah menjadi teriakan, “oohhm. .., aaduhh pa…nikmaatt”. Rudi mencapai payudara istriku dan mulai meremas-remasnya. Tak lama kemudian badan istriku bergetar lagi, kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada sofa, dari mulutnya terdengar, “Aahh…paa, aahh…pa… kok nikmat paaa, sshh…, ssshh!”. istriku mencapai orgasme lagi yang ke empat kalinya, saat bersamaan Rudi mendorong habis pantatnya sehingga pinggulnya menempel ketat pada bongkahan pantat istriku, penisnya terbenam seluruhnya ke dalam kemaluan istriku dari belakang. Sementara badan istriku bergetar-getar dalam orgasmenya, Rudi sambil tetap menekan rapat-rapat penisnya ke dalam lubang kemaluan istriku, pinggulnya membuat gerakan-gerakan memutar sehingga penisnya yang berada di dalam lubang vagina istriku ikut berputar-putar mengebor liang vagina istriku sampai ke sudut-sudutnya.
Gerakan pantat Rudi bertambah cepat dan ganas memompa dan terlihat penisnya yang besar itu dengan cepat keluar masuk di dalam lubang vagina istriku, tiba-tiba, “Oohh… , oohh!”, dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak-lonjak, Rudi menekan habis pantatnya dalam-dalam, menekan pinggul istriku ke sofa, sehingga penisnya terbenam habis ke dalam lubang kemaluan istriku, pantat Rudi terkedut-kedut sementara penisnya menyemprotkan spermanya di kondom di dalam vagina istriku, sambil kedua tangannya mendekap badan istriku erat-erat. Dari mulut istriku terdengar suara keluhan, “Sssh…, sshh…, hhmm…., hhmm!”, merasakan semprotan tertahan di dalam liang vaginanya. Sebenarnya ini tidak ada didalam kontrak bahwa Rudi boleh ejakulasi diadalam tubuh istriku. Tetapi pemandangan menggairahkan ini membuatku tidak kuasa memprotesnya. “Aduh maaf om..aku keluarkan di dalam…habis tante sexy banget….istri om cantik sekali…cantik sekali…
Setelah berpelukan dengan erat selama beberapa detik, Rudi kemudian merebahkan diri di atas badan istriku yang tergeletak di sofa, tanpa melepaskan penisnya dari vagina istriku..
Aku datangi tubuh mereka berdua yang masih menyatu…” bagaimana honey nikmat ya….”
“aduh paa. bikin malu aja…memang nikmat kok pa…terima kasih ya sayang…aku puas sekali malam ini..”
Rudi segera mencabut batangnya tetapi segera dilarang oleh istriku “biarkan didalam Rud…masih enak..jangan dicabut dong… selain itu juga malah sakit kalo dikeluarin.
Ma ini baru namanya four some lho…cuma Andy ikut nggak terlalu lama,
Dengan berbisik lembut istriku berkata :Paa nggak papa ya…. kalo lain kali kita BCT ( ini istilah kami untuk bercinta) seperti ini lagi….ternyata batang besar Rudi memang enak…tapi besok besok pake 2 batang besar nggak papa ya…aku pengen yang lebih lama lagi….”istriku merengek
OK honey besok pagi biar Rudi memanggil teman temannya….”
Rudi &Andy aku suruh pulang karena tugas mereka sudah selesai sambil mengingatkan kalo jam 10 pagi Rudi datang lagi sambil membawa 2 orang temannya. Dua hari ini aku akan memuaskan istriku…
“Saya ada 2 teman yang memang agak kecilan dibanding punya saya, tapi mereka lebih ahli dari Andi. Bagaimana om bisa saya ajak mereka?” Tanya Rudi. “OK lah tapi mereka tetap harus memakai kondom kalo bercinta dengan istriku “Syaratku.” Nggak masalah om, Cuma efeknya mereka akan bermain lebih lama”
Pagi pagi aku ajak istriku mandi, kali ini dia bener bener jadi ratu , aku gosok tubuhnya dengan lembut…aku ciumi bibir dan payudaranya di dalam bath-up. “Paaa..? Apa papa nggak nyesel….aku malu banget lho….”tanyanya” Ayolah ma jangan begitu…ini kan ulang tahunmu…aku undang mereka jam 10 pagi ini lagi bagaimana ….?”
“hhhm kok lagi siiihh…” Wajahnya kemerahan menahan malu. Lho kan enak kan sayang..Bisikku. “tapi batang mereka besar…kalo sering sering .kan bisa nggak rapet lagi .paaaa.nanti kalo kamu nggak terasa jangan nyesel lho ya….”
Lhhho kamu apa lupa kalo bisa mencengkeram….Coba nanti terapkan ke Rudi…pasti dia nggak bakalan tahan lama…”
“Hmm. nggak papa pa aku cengkeram punya mereka? …sambil matanya berkedip kedip.
“Lho nggak papa kalo kamu merasa enak…”bisikku lagi
.” iya sihhh…enak …enak sekali malah…”Katanya meringis malu sambil menggelendot manja…
“Sebenarnya aku paling senang kalo mereka bisa bergantian cepat masuknya…gimana gitu rasanya…kelihatan sexy banget..tapi harus gantian yang besar dan yang kecil….lebih enak…sangat enak tepatnya…aahh jadi malu pa….”sambil menutup kedua wajahnya dengan handuk.
Selesai mandi aku minta istriku memakai lingerie merah sexynya dengan stocking hitam menerawang….hm istriku memang sangat matang dan sexy meski usianya 32 tahun…
Tak berapa lama Rudi datang bersama 2 rekannya, Max…, Charles..mereka memperkenalkan diri.
“Bagaimana sayang..bisa kita mulai?sambil kucium lembut bibir istriku…”mmpphhh tapi mereka nggak boleh kasar kasar yaaa….” katanya…
Max diikuti Rudi segera mengambil inisiatif melepas bajunya,,tampaknya mata istriku kagum melihat batang batang mereka, nafasnya mulai memburu…” aku gemetaran pa….aduhh”
Dengan berjongkok diantara kedua kaki istriku, max mulai menciumi dan menjilat bulu bulu halus vagina istriku, sementara Rudi mencium pantat istriku dari belakang.” Aargh pa..aku nggak kuat kalo berdiri….nikmatt…istriku mengerang pelan. Paha istriku bergetar lembut ketika lidah max menjilati bukit mungil berbulu itu. Terengah engah istriku meremas rambut kepala max dengan satu tangan, perlahan menekan, memaksa pria itu menjelajahi seluruh permukaan vaginanya dan menjerit kecil ketika klitorisnya tersentuh lidah kasar Max. Max terlihat sibuk menjilati bagian kecil yang menonjol itu, menekan nekan dengan lidahnya dengan sesekali digigitnya, mendenguskan nafas hangat kedalam liang panas membara tersebut. Istriku kembali menjerit tertahan..: ssshh aahh !!! Sementara tangan satu menekan kepala Rudi untuk lebih dalam menciumi belahan pantatnya. Aku masih bermain lidah dengan istriku serta membelai lembut rambutnya. Charles mulai mendekati payudara istriku dan meloloskan tali lingerie dari tangan kiri istriku. Dengan lembut mulai menggetarkan ujung payudara istriku. Dengan cepat istriku menggelegak panas, nafasnya mulai memburu..Luar biasa ..! istriku berdiri dengan 2 laki laki berjongkok di sela sela pahanya, ditambah satu lagi menjilat jilat putingnya, permainan ber empat ini benar benar merangsangku…
Kembali aku rebahkan istriku di tempat tidur. Sambil berbisik aku tanyakan” Gimana ma kalo Max mulai masuk….nggak papa ya….? Istriku mengangguk lemah sambil masih memejamkan matanya…” Paa aku berdenyut denyut neeh “bisiknya
Max mulai melepas CD nya dan…ya ampun..batangnya ternyata tidak lebih kecil dari milik Rudi…kali ini malah melengkung keatas. Istriku masih menggeliat mengeliat menahan geli diatas sprei satin pink dengan mata terpejam karena Charles masih sibuk menjilati payudara dan perut istriku…
Perlahan Max membuka lebar paha istriku dan sedikit mengangkatnya, menempatkan dirinya diantaranya dan mulai mendekatkan batang kerasnya ke kemaluan istriku, aku ingatkan dia untuk mengenakan kondomnya.
Istriku segera meraih dan menuntunnya ke lubang kewanitaannya “aahh besar sekali pa…”Dengan cepat kelakiannya yang menegang segera melesak kedalam tubuh istriku. Max segera melakukan pekerjaannya dengan baik, mendorong, menarik kejantanannya dengan cepat. Gerakannya cukup ganas mengimbangi isriku seperti hendak meluluh lantakkan tubuh putih istriku yang menggeliat kegelian itu.
Aaahhh paaa nikmatt…arghh…teruuss.” Tak kenal ampun batang Max menghunjam berkali kali menerobos masuk deep inside. Istriku menjerit jerit nikmat menyuruh Max lebih keras lagi bergerak. Max mengerahkan tenaganya untuk memenuhi permintaan istriku. Otot otot bahu dan lengannya kelihatan menegang dan berkilat kilat karena keringat, pinggangnya bergerak cepat dan kuat bagai piston lokomotif . Suara berkecipak terdengar setiap kali tubuhnya menekan dalam vagina istriku, ramai sekali. Aaah papaa ahh ssh aahh pa..enak paa….
Wajah Max mulai memerah, aku tahu dia akan ejakulasi, aku ingatkan dia untuk tidak mengeluarkan di dalam. Dengan segera Charles menggantikan posisinya, untung batang Charles berukuran sama dengan milik Max, “Ceepat masukkan…cepaattt, “istriku merintih minta agar batang Charles segera masuk. Dengan goyangan lebih cepat, batangnya menghunjam keras ke vagina istriku. Karena tenaganya belum terpakai maka hentakan pinggang Charles bergerak cepat luar biasa, mengeluarkan kecipak lebih ramai.
Paaa enak paa…ahh,” istriku mulai orgasme
Aku lihat bibir vagina istriku memerah keluar masuk karena besarnya batang batang anak muda ini. Ketika wajah Charles mulai bersemu merah dengan cepat Max kembali menggantikan. Dengan tenaga barunya, Max kembali memasukkan kejantanannya ke dalam vagina istriku sambil berbisik kepadaku “Om ..istri om hebat sekali, belum pernah saya dan Charles melayani wanita yang kuat seperti istri om….Biasanya mereka sudah orgasme dulu sebelum kami ejakulasi…Tapi istri om ini luar biasa….Dan maaf.. vaginanya bisa meremas…membuat kami nggak bisa lama lama…oohh oohh maaf..maaf… saya keluar…Tante…aduh tante…maaf …nikmat sekali….” Max rupanya ejakulasi, aku pelototi dia karena mengeluarkan didalam. Enak aja…!Dengan muka bersalah Max mencabut perlahan batangnya. Dengan cepat Charles giliran memasukkan batangnya agar tidak ada jeda. Jeda ini akan membuat mood istriku turun..
Aku masih sibuk mencium bibir istriku agar dia tidak bisa melihat jelas wajah kedua gigolo itu,, bahaya dong…bisa bisa nanti dia bercinta denganku tapi membayangkan Max dan Charles. Aku bisikkan ketelinganya….” enak ma…nikmat ya… apa kamu nggak pengen mengoral batangnya Rudi?”tanyaku
Boleh pa…gak papa? Kepingin juga siihh…kalo besar rasanyaaa gimana yahhh….nggak papa pa? ..tapi pakai kondom lho ya…aahh..aahh” Jerit istriku ketika max terlalu dalam menghunjamkan batangnya. Rupanya anak muda ini keenakan..sontoloyo…” maaf om…enak sekali…istri om luarbiasa aahh…luar biasa ..aaahh “Erang Charles.
Aku kasih kode Rudi untuk memasang kondom rasa buahnya. Bagaimanapun aku nggak mau istriku mengoral batang orang lain tanpa kondom. Perlahan dia dekatkan batang raksasa ke mulut istriku. Dengan ragu ragu istriku memandangku… “Go a head..” kataku. Dengan perlahan mulut mungilnya melahap batang itu. “mphh….mmph…aahh” istriku mengambil nafas…” Besar sekali pa….nggak cukup….Dengan perlahan tangan Rudi kembali memegang kepala istriku dan mulai menekan ke arah batangnya.
Mphhh….mph….mphh.. Mata Rudi terbeliak keatas…Kurang ajar…keenakan juga anak ini….Gerakan istriku bertambah cepat, tangan kecilnya giat mengocok batang raksasa itu.
“om..Om…Charles boleh masuk dari belakang? Pasti istri om keenakan deh….” Tanpa menunggu persetujuanku. Charles mulai menghunjamkan batangnya ke vagina istriku dengan gaya doggy stylenya.
Wow luar biasa…meliihat istriku digilir habis habisan oleh 2 anak muda ini…benar benar menggairahkan.
Rupanya Rudi tidak bisa menahan kenikmatannya…dengan cepat dia mengerang, ejakulasi didalam mulut istriku….Untung dia memakai kondom…Eh Wajah Charlespun dengan cepat bersemu merah..” aahh…ohh….Kali ini dia juga ejakulasi….Aduh tante…nikmat nikmat…aahh…tante hebat sekali…ahh menggigit sekali …aahh “Istriku semakin liar dan ganas, mengelepar gelepar, bergoyang ke kiri dan kekanan….” Paa sekarang papa…cepat paa….ayo paa….puaskan aku….please……masukkan punya papa…ayo pa….
Segera aku memberi kode agar kedua anak muda ini berhenti dan secepatnya pergi karena sekarang gilirannku. “kalian..pulanglah…”
Aku hunjamkan batangku….” nggak terasa ya sayang….” bisikku… Aduhh pa…nggak papa..tapi lebih nikmat…aahh…aahh…Aku masih bisa melayaninya cukup lama….Istriku memang hebat…
“terima kasih ya sayang…ini kado terindah yang pernah kamu berikan ..aku puas sekali”Bisiknya.
Pada hari ke tiga ke tika kami santai di dalam whirpool, iseng aku tanya lagi ke istriku,…
“Gimana ma …nggak kepingin lagi…?tanyaku
“lagi?Hmm masak terus terusan sih pa….nanti aku ketagihan lhoo..Kata istriku sambil memijit mijit punggungku..” kok jadi papa sih yang kepingin terus…kenapa sih pa?
“Entahlah ma…aku juga heran…seharusnya aku kan cemburu kamu digilir anak anak itu…tapi aneh,,aku kok malah terangsang berat ketika Rudi meniduri kamu…gila…menggairahkan sekali… aneh ya ma….Kataku.
“Aduh papa… kok gitu sih…Istriku merengut.
“coba gini ma aku pengen tahu fantasi liar apa yang kamu inginkan….aku pengen tahu….ayo dong ceritakan…honey”Desakku.
“Ah papa ini aneh aneh aja….”Istriku mencoba menghindar” ayolah ma…aku nggak marah kok…..”
“Bener nih… nggak marah…?..nanti aku cerita…papa bisa pingsan gimana hayo….ucapnya lagi…
“Woo memangnya seberapa heboh sih ma….”aku penasaran.
“Ok..bener lho ya nggak boleh marah kalo aku bicara jujur…habis papa mendesak sih.” Katanya masih ragu ragu menjelaskan.
“Sebenarnya aku bener bener menikmati yang kemarin itu…luar biasa deh… cuma…kalo pake kondom rasanya panas sekali…jadi mengurangi kenikmatannya. Padahal sebenarnya aku pengen hmm…coba kalo banyak batang yang masuk enak kali ya… kadang pengen juga cobain anal asal batangnya gak besar besar amat.” Sambil matanya ragu ragu memandangku…” Hayo kaget ya pa.!..kaget khan..!?
Terus terang aku terkejut juga dengan kejujurannya tapi aku tetap bilang : “ah itu kurang heboh….”
“Ha…bener pa..kurang heboh? !.Teriaknya.
“Ok ok aku lebih jujur sekarang…Sebenarnya aku ingin merasakan semprotan sperma di dalam, karena rasanya lebih enak lebih terasa…apalagi kalo banyak batang yang nyemprot di dalam. Pengen juga ngrasain mandi sperma….kayak apa ya rasanya….Juga nelen sperma anak anak muda itu…katanya orang orang obat awet muda sih “katanya malu malu.” Jadi aku kepinginnya bener bener sex party pa…banyak orang menggilirku liar, dari depan ,belakang,..rasanya gimana gitu….Aduh aku kebangeten ya…maaf ya pa..kalo aku aneh aneh..Cuma aku kuatir juga kalo anak anak itu gak bersih”
Aku bener bener terkaget kaget mendengar fantasinya. Aku coba untuk tenang menjawab meskipun getaran suaraku tidak mampu menutupi keterkejutanku.” Hmm boleh juga fantasimu.. nanti aku bisa minta anak anak itu check up dulu secara keseluruhan. Mungkin 5 orang aja cukup ya ma…masak mau nambah lagi?”Tanyaku.
“Hmmm sebenarnya aku pengen coba berapa ya…hmmm. berapa ya…hmmm bagaimana kalo 10 orang pa…kan tadi aku pengen sex party yang liar…kepingin melihat cowok cowok itu berebut menyetubuhiku, memasukkan batangnya..” Katanya lebih pelan lagi sambil menunduk malu.
Aku segera kontak Rudi untuk menyiapkan semuanya, paling tidak perlu 3 hari untuk check up terlebih dahulu untuk memastikan mereka semua bersih. Aku minta satu orang yang berbatang kecil untuk jaga jaga siapa tahu istriku ingin mencoba anal. Rudi juga memberi masukan bahwa dia kenal teman keturunan bule dengan orang hitam. Batangnya luar biasa besar. Memang kalo masuk ke vagina istriku pasti tidak bisa tapi mungkin untuk variasi masuk masuk sedikit mungkin istriku suka.
Akhirnya kami melaksanakan ML keroyokan ini di Finna hotel. Kebetulan ruang tengahnya luas , tanpa sekat sekat model strudio. Kamar mandi, dapur semua menyatu dalam satu ruangan. Rasanya cocok sekali kalo diadakan variasi sex party disini, apalagi cuaca pegunungan yang dingin sangat mendukung.
Istriku aku minta memakai lingerie nya yang paling sexy. “Ahhh istri om badannya bagus…benar benar menggairahkan…bener nih om, kami boleh meniduri tanpa kondom….? soalnya tante hebat kalo mencengkeram…Eh ..John..kamu belum cobain sih dijamin kamu nggak bakalan kuat deh sama tante ini…”komentar Rudi.
“Kalian boleh menggilir istriku tapi aku nggak mau kasar, biar istriku yang pegang kendali.”
Istriku mulai menarik tubuh Rudi dan John sambil memandangku seakan minta ijin.
Sementara cowok cowok yang lain mulai meloloskan baju bajunya…Hmmm jujur saja aku gemetaran melihatnya… bayangkan istriku akan digilir habis habisan oleh sepuluh cowok yang pasti kuat kuat tenaganya. Berapa lama untuk menyelesaikannya?3 jam, 4 jam? ah… sepertinya lebih… kuatkah istriku selama itu?Tapi ini semua permintaannya. Dan aku juga sangat menikmatinya.
Jari istriku mulai menyentuh dada bidang anak anak muda itu, sambil sesekali diciumnya ujung putingnya. Sontak batang Rudi dan John mermbesar dengan gagahnya….Dengan lembut tangan istrku mulai meremas rermas batang kedua lelaki ini dengan kedua tangannya. “Tante ..tante saya rangsang dulu ya…Rudi mengambil inisiatif, dengan segera kepalanya menuju ke belahan paha istriku. Sementara John mulai meloloskan lingerie istriku serta mulai menciumi payudaranya…”Ssshh aaahh…pa…geli pa…..Setiap lekuk payudara istriku yang indah, dijelajahi oleh lidah John dengan nafsu.
“Om , kami berdua gabung ya…kata Max dan Charles…sambil mendekatkan batang mereka ke tangan istriku. Dengan gemas istriku mulai mengocok keduanya dengan penuh gairah. Empat laki laki ini mulai menikmati tubuh istriku.
“Rudi memang ahli merangsang klitoris, dengan cepat istriku terbakar, kedua pahanya melebar dengan bibir vaginanya kemerahan karena digigit gigit ooleh Rudi…Tubuh istriku bergetar hebat, sambil merintih rintih “Rud…rud… tolong masukkan dikit ya……paaa…nggak papa ya pa…tanpa kondom….nggak papa ya pa….rintih istriku menatapku sayu. Kulihat keringat mulai menetes di lehernya, dada, perut dan pinggangnya.
Namun Tampaknya rudi sengaja membuat istriku penasaran, sabar …tante…sabar…ini Max mau muasin dulu…Kata Rudi. Max kembali menciumi ujung pitung merah muda istriku, “Ohhh Max…digigit..ya digigit seperti itu…aah nikmatt…aaahh..esah istriku. Cukup lama Max membenamkan wajahnya ke buah dada istriku dengan gigitannya yang ganas membuat garis garis merah diseluruh payudara istriku.
Rudi menggosok gosokkan kepala penisnya ke bibir kemaluan istriku, sengaja dia menggosok gosokkan ke klitorisnya sehingga membuat istriku menggelinjang hebat.” Aduh Rud jangan digosok terus…aahh…masukkan….akh..uh”Istriku terengah engah…Perlahan tapi pasti penis Rudi mulai menyelusup kedalam…kali ini istriku tidak menahan dengan tangan sehingga dengan cepat Rudi bisa mempompa . ….Perlahan tapi pasti batang rudi dengan cepat memenuhi rongga rongga vagina istriku. Dan seperti yang kuduga, kehebatan daya cengkeram vaginanya membuat anak muda ini merem melek. “aduh tante kenapa bisa begini enak….aduh…” Hentakan Rudi semakin cepat dan kepala istriku bergoyang kekanan kekiri membuat rambut semakin awut awutan sehingga wajahnya tampak sexy. Tidak sampai sepuluh menit gerakan pinggul Rudi bertambah liar dan dengan teriakan Rudi menghunjamkan batangnya dalam dalam…”ohh,ohh….tante hebat sekali…oohh….saya keluuar tante…ohh”
Dengan cepat Charles mengganti posisinya, batangnya dicoba digosok gosokkan kekiri kekanan, kadang dimasukkannya sedikit, dicabut lagi, digendongnya tubuh istriku , berat badannya membuat penis tersebut dengan cepat menerobos masuk “aahh….ah, istriku menggeliat liar karena posisi tersebut membuat batang Charles menghunjam dalam dalam. Charles memompa dengan gerakan sangat liar sehingga yang terdengar hanya erangan istriku dan suara hunjaman batangnya yang berkecipak keras, tidak sampai 10 menit dia sudah ejakulasi, berganti lagi dengan John, Rudi lagi, Max, Gunawan, Tony, Ferry, Hadi.. 10 laki laki ini dengan cepat silih berganti menggilir istriku..sehingga istriku terengah engah dibuatnya….luar biasa…Rudi berbisik kepadaku “om…Tante hebat sekali, dia bisa orgasme berkali kali….luar biasa….barusan tante minta saya masukkan 2-3 kali lagi. Aduhh batang saya sudah sakit……tapi nggak papa kok om…saya harus bisa benar benar memuaskan tante….
Beberapa laki laki ini sempat menyetubuhi 2- 3 kali..aku hitung sudah 16 kali sperma mereka memenuhi vagina istriku. Tampak sperma mereka mengalir luber keluar dari vagina istriku ketika batang mereka bergantian menghunjam. Beberapa kali John ingin meng anal dari belakang, tapi dipelototi istriku “john jangan merusak suasana.aaa ya… aahh…sini aku oral aja….ok? ….mmpphh…mmpphh…..oohh. Dan dengan cepat sperma John menyembur ke wajah istriku. Gunawan, Tony dengan cepat memasukkan batangnya kemulut istriku…Aku pikir istriku protes..Tapi aku dengar dari erangannya tampak sekali kalo istriku menikmati. “Hm hm mpphh …mpphh..mphh….enaakk…mmphh. Beberapa cowok yang belum dapat giliran terpaksa swalayan.
Robert dengan George mengoocok keras batang masing masing, dengan wajah sudah bersemu merah tampak mereka menahan semburan sperma mereka sendiri. “Tante, mau keluar niihh…. Jadi ditelan nggak Te…? “Sambil mengarahkan kedua batang mereka dekat dengan bibir istriku. Ketika mulut istriku membuka, cepat sekali sprema mereka berdua muncrat bergantian masuk kedalam mulut istriku, hamper membuatnya tersedak karena banyaknya….Kedua batang itu dengan cepat disedot dan dibersihkan oleh lidahnya, .tampak sekali istriku menikmatinya.” Aaahh tante hebat sekali….setelah ini kami masukkan ya…”Istriku hanya mengangguk angguk.
Tante bagaimana kalo punya Robert juga masuk? nggak papa kan…kita coba? “tanya Rudi kepada istriku, Seperti yang aku jelaskan tadsi Robert keturunan bule dan orang hitam sehingga batangnya super sekali, kecoklatan mengkilat.
“Aduh bisa sobek dong….” istriku merinding…” ya enggak lah Tan…kan udah licin banget, kita coba yuk….Rayu Rudi. Dengan tenang Robert mendekatkan penisnya ke vagina istriku “Coba Tante buka lebar lebar biar tidak sakit masuknya….” Ya ampun aku lihat batang Robet ini luar biasa. Dengan batangnya, Robert mencoba membuka bibir vagina istriku dengan menekannya sedikit, semula aku pikir istriku akan menjerit, tapi anehnya begitu ditekan, batang itu cukup mudah masuknya. Mungkin karena sudah licin oleh banyaknya sperma di dalamnya. “Eeegghhh….eegghh hhkk….hkkk…” Hunjaman batang Robert benar benar tidak bisa membuat istriku tidak bisa bernafas..Karena saking besarnya batang itu tidak masuk seluruhnya ke dalam vagina istriku karena sudah mentok” Paaa…hheeekk…enak paaa…aduhh hegghh..aku orgasme paaa aduhh nikmaatt. Sementara 3 teman Rudi tampaknya sudah tidak sabar ingin segera menghunjamkan batangnya ke liang kenikmatan istriku ke dua kalinya.
Terlihat dari sela sela kemaluan istriku mengalir sperma puluhan laki laki ini, ketika Rudi menggilir yang ke 19 kalinya tapmpak sperma sperma itu luber menggenang di sprei karena vagina istriku sudah tidak cukup. “Om dari tadi kok melihat saja, kenapa tidak gabung om…” Jujur saja aku shock melihat istriku digilir habis habisan oleh anak anak muda ini. Aku nggak menduga kalo istriku bisa mengimbangi permainan mereka bahkan bisa menikmatinya…bayangkan…. menikmatinya..!
Akhirnya aku mendekati istriku sambil berbisik “bagaimana ma…sakit ya…” tanyaku. “Aduh pa nikmat sekali…….enak sekali…Papa dari tadi belum lho….Aduuh sorry ya pa kelupaan..
“Aku masukkan pelan pelan .. karena sudah licin, mudah sekali batangku masuk ke dalam vagina istriku..ya ampuuun… super basah..Aku coba pompa..setiap aku tekan, bersamaan sperma yang ada di dalamnya menyembur keluar..aaahh sexy banget…Di perut, payudara dan mulut mungil istriku penuh sperma dengan bau yang khas.
“adduuh pa becek sekali ya…. pelan aku sodok vagina istriku, semakin lama semakin cepat. “kamu nggak capek ma….digilir habis habisan begini”Tanyaku kuatir…” Capek pa tapi nikmat sekali…capeknya gak terasa…aahhh …”Sambil sesekali membersihkan sperma yang berlelehan dibibirnya.
Sambil menggenjot pelan aku diskusikan ML keroyokan ini, untuk mengetahui seberapa puas istriku.
“Lalu tadi kenapa kok nggak mencoba anal….”tanyaku. “Habis John terlalu kasar memasukkannya, mungkin kalo pelan pelan aku bisa menikmati..adduhh paa..dihunjam dong sayang…kurang keras…”
‘pinta istriku. “Hmmm rupanya batang mereka membuat batangku jadi nggak terasa ya ma….hmm?”tanyaku tersenyum.
“Tetap beda pa… memang nggak terasa tapi perasaan tetap lebih enak….bagaimanapun juga aku pengen mengakhirinyanya dengan batang punya papa…”
“Tapi papa gak menyesal…? maaf ya pa….”bisik isteriku.
Menyesal…? ya enggak lah ML keroyokan ini membuatku panas dingin dan terangsang habis habisan…Rasanya memang aneh melihat istri sendiri disetubuhi habis habisan oleh anak anak muda ini…tapi entahlah…aku juga menikmatinya..sangat menikmatinya malahan…
Tampaknya ML keroyokan 3 hari berturut turut benar benar membekas di benak istriku. Tidak sampai seminggu ketika kami sedang bermesraan di kolam renang belakang rumah, dia mulai memancing pembicaraan kearah itu.
“Pa..dildo yang gede kemarin kapan kapan bisa kita coba lagi dehh…mungkin kali ini aku bisa nikmati..”Sambil kepalanya menunduk melihat ke permukaan air.
“Hhmm dildo yang mana?yang idup apa yang mati?”Kataku sambil senyum senyum menggoda.
“Ah papa ini…kok ngomongin itu lagi seh, jadi inget deh sama mereka..”Katanya tersipu sipu.
“Kenapa ma…udah kepengen lagi neh…? Apa perlu kita panggil lagi..?Tawarku.
“Nggak ah..! Kok papa nafsu banget sih?!…Dengan wajah dicemberutkan, padahal aku tahu istriku kepingin lagi.
“Iya deh, nanti malem kita panggil mereka, kamu pengen siapa kali ini?”Aku tersenyum senyum..
“Um..um…aduh kok disuruh milih sih..siapa aja ok kok, tapi kalo sama Rudi lagi boleh.? Tanyanya
“Lho… kok Rudi terus…apa hebatnya si Rudi ini?”tanyaku ganti.
.” Um… soalnya dia kalo bermain lidah gila eh….hebat lho pa…bisa membuat aku geli geli enak gitu..”Katanya malu malu” Dan satu lagi punya dia enak sekali…cara masukkannya pinter dia…gila enak banget…bikin ketagihan,.. padahal penisnya gila..gede banget lho…aku kan nggak suka kalo terlalu gede…..tapi punya Rudi ini lain…..aduh aku ngomong apaan sih…papa ini bikin malu aja..” Katanya dengan wajah yang merah padam karena malu dan agak horny.
“Ok…OK jadi cuma sama Rudi aja….? pengen sama satu orang saja….?Tawarku lagi..
“hm..hm.. memangnya boleh nambah lagi…? Nggak papa? Bener neeh boleh…? Hmmm Kalo boleh…kalo boleh cowoknya yang banyak bagaimana..hayo..? Sebenernya….aku pengen banget coba apa tuh yang bahasa jepang? buka buka? …”tanyanya lirih, dengan mata masih melihat ke air…
“Apa ma…? Buka…bukkake?”tanyaku ragu ragu.
“Eh…iya ya…bukakke kali ya…eh iya pa bukkake..”Dia lebih yakin kali ini.
Ups !! bukkake? ….wwhhhooo…bener neeeh?Kamu udah tahu artinya bukkake? bukkake itu nggak Cuma ML keroyokan lagi seperti kemarin ma….pertama harus bener bener kuat ML,karena nanti akan bercinta dengan buanyak lelaki….nggak Cuma 10 orang, tapi bisa lebih dan tidak ada rangsangan ke ceweknya, karena ceweknya diharapkan terangsang dengan banyaknya batang yang masuk silih berganti lho… artinya begini, mereka datang, berbasa basi lalu langsung bugil bersama sama, dan kamu ada ditengah tengah mereka dan digilir gila gilaan, bisa di anal juga lho !! Belum lagi nanti yang belum dapat giliran akan swalayan dan menyimpan spermanya digelas besar, lalu kamu akan diminta meminumnya habis, setelah itu dimandiin sama sperma itu juga terus digilir habis habisan lagi..Lha kamu apa nggak pingsan? … Tanyaku heran dengan nafsunya yang mendadak meledak ledak…
Mata istriku berkedip kedip mendengarkan uraianku.”mmm…tapi apa itu bukan perkosaan namanya?
“Bukan..karena yang meminta disini yang cewek…si cewek yang minta untuk dipuaskan dengan cara itu..”aku jelaskan lagi.
“Hmmm its sound sexy….”Katanya dengan senyum malu malu.” nngggg…jujur aja ya pa… kadang sih aku membayangkan kalo digilir habis habisan seperti itu rasanya gimana gitu. Penasaran banget deh…kayaknya kok enak banget. Memang siihhh bisa panas…tapi kalo pake lubricant kan nggak sakit kan ya…Cuma menurutku syarat utamanya kan mereka harus yang sexy …dan kali ini besar batangnya yang standar aja…hmhhm gimana pa ….gila gilaan ya aku…nggak papa ya pa …please..kok jadi kepingin banget ya….Tapi aku juga nggak mau kalo papa nonton aja seperti kemarin…Malu dong kalo Cuma ditonton gitu, dan lagi aneh rasanya kalo papa nggak ikutan main. Jadi nanti begitu sekitar 4 cowoklah yang selesai, papa menyetubuhiku.ya…lalu cowok 4 lagi selesai…papa lagi…gimana pa kalo gitu…?Tanyanya. “Hm…aku kemarin nggak ikutan terus terang karena keasyikan nontonnya….gila eh..kamu sexy banget lho ma…”
Kataku..” uh maunya….papa terangsang ya kalo aku digilir orang orang…”tanyanya setengah merajuk..
Sebenarnya aku terkaget kaget mendengar keinginannya. Bukkake adalah cara bercinta yang hanya ada di Jepang. Alkisah jaman dulu Jepang pernah diperintah oleh Ratu yang tidak memiliki anak karena mandul, Cuma ketika itu belum dikenal apa itu mandul, sehingga si Ratu rutin mengadakan kegiatan bukakke untuk memuaskan dirinya dan berharap dengan bersetubuh dengan banyak pria dapat membuatnya hamil. Saat ini secara diam diam, kegiatan ini dikembangkan lagi di Jepang. Cukup banyak wanita wanita kaya yang mengadakan acara ini. Tapi ini kata cerita, bener nggaknya gak tahulah. Mungkin juga ada versi yang lain.
Hmmm, masalahnya cari cowok sebegitu banyak dan bersih tidaklah mudah. Harus ada undangan khusus jauh jauh hari. Dan kamu harus menyiapkan fisikmu lho….” Agak terguncang juga aku mendengar permintaannya. Kalo disetubuhi keroyokan begini…waduh…agak keberatan juga rasanya. Takutnya kalo istriku ketagihan, susah lho…
Ok aku cari informasi dulu ke Rudi kalo itu memang maumu….” Segera Aku kontak Rudi untuk membicarakan hal ini ke teman temannya
Cukup kaget juga si Rudi mendengar permintaanku .”Woo bukkake?hm…bener nih bukake?ya bisa juga om, jumlah orangnya sih terserah om … wow bukake? ..sexy banget..! “Rupanya Rudi masih belum percaya. “Ok bisa saya carikan, Cuma saya perlu waktu…ada sih perkumpulan teman teman yang biasa bukake. Cuma sulit sekali untuk masuk ke mereka, Karena exclusive sekali dan mereka semua rata rata executive muda. Jumlahnya kira kira 20 anak muda. Bisa sampe pagi lho om..belum lagi kalo ada yang sampe 3 kali, minim dua kali deh…..apa tante kuat bener?Harus bener bener horny untuk bisa menikmatinya.
Aku utarakan ke istriku penjelasan dari Rudi tadi sambil aku lihat ekspresi wajahnya….
“Hah… ada yang bisa sampe tiga kali?jumlahnya sampai 20 lelaki..? hiii gimana ya rasanya, kan capek banget…” Istriku agak merinding, tapi aku tahu dia penasaran.
“…uuuhh bisa hancur ini badan….sakit nggak ya pa….hmmm tapiiii…tapi kok aku pengen coba ya pa….”Bisiknya tertunduk”.Cuma …..sama papa boleh gak? ….karena….karenaaa… sebenarnya aku memang sudah sejak dulu mbayangin disetubuhi rame rame gitu. Hmmm.. melihat batang yang menerobos berkali kali dan banyak sekali kayaknya sih… bener bener membuatku melayang layang deh…aduh aku udah gila ya pa….tapi aduh kepengeeeen banget deh….boleh ya pa…pleaseeee”katanya kembali dengan wajah memerah…
Akhirnya 3 hari kemudian kami rencanakan sex party di rumah saja karena rumah villa kami luas sekali….aku letakkan 2 kasur besar berdempetan di ruang tengah agar 20 orang ini muat. Hmm ini dua kali dari yang kemarin. Padahal dengan 10 orang aja istriku nggak bisa berjalan, katanya vaginanya panas selama 3 hari. Tapi efeknya luar biasa…Ketika kami bercinta, istriku bisa orgasme sampai 5 kali…Sedang aku hanya bisa ejakulasi 3 kali. Tapi istriku masih belum puas, dia ingin bisa orgasme tidak terbatas. Dan dia tidak perduli mau ada berapa puluh batang yng bisa menghangatkan vaginanya.
Cepat sekali Rudi datang dengan 20 orang temannya, rata rata mereka sangat muda dengan penampilan trendy dan berbadan bagus…” om ada baiknya tante minum obat perangsang sedikit agar nggak terkuras habis tenaganya, bagaimana.? Dan lagi kalo nggak horny banget nanti malah rasanya seperti diperkosa…. Tanya Rudi agak kuatir..
“hhhmmm, ya kalian jangan kasar kasar dong.. bagaimana honey apa kamu setuju….?Tanyaku” lho Rud, kamu ini gimana….aku pengen juga ngrasain yang agak kasar kasar gitu…Memang kalo diawal ya yang lembut dong..tapi nanti kalo aku sudah horny….batang kalian boleh hunjamkan dalam dalam….jadi sebenarnya nggak perlu obat dehh… tapi bolehlah aku pakai aja…siapa tahu ada sensasi lain ya……”Kata istriku.
Istriku memang cantik dan sexy, begitu keluar kamar dengan lingerienya, anak anak muda ini terpana. Dengan segera mereka merubung seperti kumbang melihat bunga mekar merah merekah…
Dengan perlahan mereka menuntun ke tengah tengah tempat tidur. Tangan tangan mereka dengan gemas mulai meraba tubuh istriku yang sexy, meremas, mencium…
Aku usulkan coitusnya nanti tidak dengan menindih istriku karena akan menghabiskan tenaga istriku, jadi anak anak muda ini harus berdiri. Ini juga membuat mereka cepat keluar karena tujuannya bukan lamanya bertahan tapi cepatnya keluar agar segera bisa bergantian sehingga istriku bisa puas melihat pergantian yang cepat ini..
Untuk ML pertama tentu saja harus om sendiri dong…”kata Rudi. “Benar honey ..papa dulu ya….”Bisik istriku.
Aku buka semua pakaianku, dengan perlahan aku dekati istriku yang sedang diraba oleh mereka.. Aku ciumi bibirnya lembut, payudaranya yang ranum…..bibir bawah…pinggangnya…punggungnya…aahhh sebentar lagi anak anak muda ini akan menyetubuhi istriku habis habisan pikirku….hm gila juga ….Dengan memejamkan mata…istriku kelihatan menikmati sekali permainan ini….” Aahh papa…..ahh enak seka li..ahhh….terima kasih ya pa….ini sudah aku inginkan dari dulu…terima kasih ya pa..”Bisiknya.
Aku tidurkan istriku ke kasur lebar dibawahnya sementara sekitar 10 lelaki bersiap siap mengelilingi kami sambil mulai mengocok ngocok batangnya bersiap siap untuk melanjutkan penetrasi bergantian begitu aku selesai. Dengan pandangan bergairah istriku melihat sekelilingnya seakan tidak sabar menunggu batang batang yang beraneka ukuran tenggelam menghangatkan vaginanya.
Perlahan aku gosok gosokkan batangku ke permukaan vaginanya, dia tampak kegelian, kakinya mulai naik keatas melingkar ke pinggangku, artinya dia sudah ingin aku segera memasukkan batangku. Kemudian perlahan aku mulai .masukkan batangku, hm vaginanya sudah lembab, tampaknya istriku mulai terangsang. “aahh kok enak ma…hmm kamu jepit ya…uhhh enak sekali honey…uuhh..” Rintihku. Aku mulai mempercepat goyangan dan hunjaman…”aah papa…enak pa….uh…uhhh aah…nikmat…”Erang istriku.
“coba ma sekarang dari belakang ya.” Aku kedipkan Rudi untuk memulai juga.
“Tante …saya mulai ya…bagaimana kalo kita coba felatio….”kata Rudi sambil mendekatkan batangnya ke mulut istriku…”hmmm…sudah gak sabar nehhh” istriku tersenyum sambil meremas remas pelan batang Rudi yang berukuran raksasa itu, “Pa…nggak papa aku kulum punya Rudi tanpa kondom?”bisiknya kuatir kalau aku keberatan.
“Hmm…ya…nggak papa deh…kamu pengen banget ya ma…ya deh nggak papa…”Kataku sebenarnya keberatan.
Perlahan istriku mengocok penis Rudi yang mengkilat itu, pelan sekali istriku menciumi & menjilati ujung penis Rudi sambil sesekali digigit gigitnya karena gemas, lidahnya mulai menari nari di pangkal batang, menurun ke buah pelir dan dijilatinya dengan lahap sekali. Jilatan lembut istriku mulai kembali keujung penis dan dengan tidak sabar istriku cepat melahap batang tersebut dalam dalam..”mph…mpphh.mphh….. “Dengan ganas ia melumat batang Rudi, meskipun mulut mungilnya tidak cukup menyedot batang raksasa itu tapi wajahnya benar benar dibenamkan ke penis Rudi….hhm tampaknya istriku ketagihan dengan batang Rudi karena dia mulai tidak memperhatikan batangku yang memompa cepat ini.” Ma.. lupa neeh sama punyaku…kok erangannya nggak pas sama masuknya batangku…”protesku
“mmmphhh…aahh…lho nggak lho pa..aduh papa jangan gitu dong….” Istriku buru buru menarik batang Rudi dari mulutnya “aduh maaf pa… abis terlalu enak sihhh” Katanya malu. “Iya deh ganti batang yang lain aja kalo gitu…” Sambil tangannya meraih batang terdekat.
Aduh menggairahkan sekali, posisi ini hebat sekali….semakin cepat aku memompa vagina istriku.
Aaahhh rupanya karena terlalu terangsang, aku tidak cukup kuat untuk tidak ejakulasi,”ah maaa aku mau keluar….mau keluar…oohh..ohh”aku nggak bisa menahan dan spermaku menyembur nyembur di dalam vaginanya.
Aku kode anak muda dibelakangku untuk memulai permainannya. Rudi menarikbatangnya dari mulut istriku. “Sekarang dibalik lagi ya tante…itu tuhh..anak anak udah siap.” Bisik Rudi.
Begitu istriku membalik badan, dengan cepat anak muda belakangku tadi menghujamkan batangnya….” Hei..santai aja…jangan terburu buru” Aku peringatkan mereka.
“Ohhhh..oohhhh…ahhh….oouhhh” istriku menjerit, tampaknya ia terkaget kaget juga dengan serangan mendadak ini. Tapi dengan cepat pula istriku bisa menyesuaikan.
Pinggul istriku bergoyang goyang seirama dengan hentakan hentakan batang anak muda ini..” uufff…uhh..uhh……enak pa..enak…..aduh..kok enak banget sih…sshh…sshhh…ahh”Bisik istriku mulai menikmati…
“Sssiiapa…namamu?uuff…ufff.”Tanya istriku”Andre tante” Ujar Andre” Aaah Andre,…kurang cepat dong Ndre….aaagggh….Tante jepit ya… “Andre segera mempercepat gerakannya. Dan benar saja tidak sampai 3 menit, Andre sudah semburat..” oohhh…ohh..tante enak sekali..ohohhh…bagaimana bisa menjepit begini…aahh…oh.oh.ohh…aduh Tante saya mau keluar neehhh..oh..oh ooohh…keluar..ohh!”Teriak Andre sambil menghentak hentak dalam dalam batangnya.
Dengan cepat lagi, teman dibelakangnya mengganti posisinya. “Saya Victor tante…saya masukkan sekarang ya…” Kata Victor tidak sabar. Rupanya Victor belum berpengalaman karena batangnya tidak berhasil masuk. “Vic…kenapa tidak masuk masuk..ah…ayo dong… “Desah istriku.
“Maaf Tante…maaf..saya belum pernah….saya belum pernah main…”Katanya malu dengan wajah memerah.”Lho jadi kamu masih perjaka?ya jangan langsung masuk dong…sini sini ….”Istriku menarik penis Viktor didekatkan ke mulutnya “Tante felatio dulu ya…enak kok…”Bisiknya Dengan cepat batang Viktor masuk seluruhnya ke mulut istriku sehingga membuat Viktor membeliak matanya. Istriku memang ahli mengoral, setelah puas bermain main dengan batang tersebut, dengan lembut tangan istriku membimbing batang viktor ke vaginanya. “Nah coba ditekan pelan pélan ya Vic…lalu kamu pompa keluar masuk…” Kata istriku sabar sambil memandangku…”Pa..cowok ini masih perjaka….”bisik istriku tersenyum sambil mengedipkan matanya…
Hmmm.. Victor rupanya cepat belajar…dengan perlahan gerakannya semakin cepat. Istriku menggodanya dengan sengaja menjepit batangnya. Benar saja, mulut Victor mulai meracau keenakan…hehehe Cuma 10 kali goyangan, spermanya sudah menyembur “Oh…tante….aahh…”Teriak Victor.
Tidak terasa sudah 10 lelaki yang menindih dan menikmati tubuh istriku…Dony adalah yang paling kasar menyetubuhi istriku, dia menekuk kaki istriku kearah perutnya sehingga tubuh mungilnya melengkung, Tangan kirinya memegang kedua kaki istriku kemudian tangan kanannya menekan nekan batang raksasanya dan dipukul pukulkan ke bibir vagina istriku sehingga menimbulkan suara kecipak yang erotis sekali. Istriku menggeliat geliat kegelian,”Tante kalo saya kasarin dikit bagaimana?belum pernah ngrasain kan?Dicoba ya….” Kata Dony, Karena istriku sudah terangsang berat dia hanya melenguh dan merintih rintih sambil mengangguk anggukkan kepalanya pelan.
Kemudian Kepala penis Dony yang besar dicoba keluar masukkan dengan cepat ke vagina istriku yang memerah dan sedikit merekah itu, Setelah mengocok agar vagina istriku terbiasa, kemudian batang besarnya menghunjam dalam dalam dengan kasar, posisi ini menyebabkan batangnya menghunjam tanpa rintangan sama sekali, Hunjaman Dony tidak cepat tetapi berjarak, cuma setiap hunjamannya sangat keras dan dalam, membuat tubuh istriku bergetar dan menjerit jerit kecil berulang kali…ah gila menggairahkan sekali. Kedua tangan istriku meremas tempat tidur karena menahan hunjaman yang kuat tersebut, kedua matanya sudah membeliak ke atas, rintihannya sudah bukan lenguhan lagi tetapi lebih tepat seperti suara yang tertahan “hekk…hekk…. Hekk…” Sebenarnya lebih tepat dikatakan Dony memperkosa habis habisan istriku, aku tahu Dony sudah ejakulasi terlihat dari pinggulnya yang tiba tiba bergetar, tapi dia sengaja tidak menghentikan goyangannya, entah tenaga super apa yang dia miliki. Hebatnya meski sangat kasar, istriku bisa orgasme berkali kali sambil berteriak teriak ketika penis Dony menghajar vaginanya. Hmm Pinggul Dony sudah bergetar yang ketiga kalinya…gila hebat sekali dia…
Kemudian Dony minta dua temannya memegangi kedua kaki istriku dan memintanya membuka lebar lebar. Terlihat bibir kemaluan istriku yang merekah merah dengan lelehan sperma dipinggir pinggirnya,
“Maaf om supaya masuknya lebih mantap lagi, coba lihat..tante keenakan kan…” Kata Dony. Kembali Dony menhujamkan dalam dalam dan memompanya dengan penuh semangat membuat tempat tidur berderit, berayun ayun naik turun karena saking kerasnya Dony menhentakkannya. : “aahh sakit…ah…. Isteriku benar benar menjerit jerit kesakitan sampai …aku meminta Rudi agak mengurangi hentakannya.
“aduh jangan keras keras menghujamnya… Aduhh…tapi jangan berhenti… nggak papa ….nggak papa…enak kok…hunjamkan lagi Don…ayo…yang keras…enak…enak…enak..hek…hek kurang cepat….”Rintih istriku. Deritan tempat tidur dan kecipakan vagina istriku yang makin cepat benar benar membuatku seperti terhipnotis. Mata istriku terbeliak kebelakang, dengan makin melebarkan kedua pahanya, membuat batang Dony yang besar benar benar menghajar vaginanya.
Sementara anak anak muda yg swalayan dari tadi karena menunggu giliran menyemprotkan dan mengumpulkan sperma kereka kedalam gelas besar dan gelas kecil..
“Ok ok..stop dulu…”teriak Rudi…”kita ganti acaranya…”
“Ah kenapa berhenti…”erang istriku
Dengan membawa gelas kecil, Rudi menempelkan gelas tersebut ke vagina istriku. Dengan jarinya , dia membuka perlahan bibir labia kekiri dan kekanan…ooooh rupanya mereka akan memasukkan kumpulan sperma itu ke vagina istriku. Uhh.. terlihat vagina istriku sudah penuh dengan sperma para lelaki itu. Karena tidak cukup, terlihat sperma sperma itu meleh ke pahanya..wo becek sekali.. Kemudian gelas yang besar disorongkan kemulut istriku…yang dengan segera diteguk istriku seperti orang kehausan karena terburu buru menelannya, sperma sperma itu meleleh dari ujung bibirnya..Sementara Dony kembali mengenjot tubuh istriku dari bawah.
“Adduhh pa menggairahkan sekali…enak pa….hmmm ..rasanya agak asin…”Mulut istriku belepotan sperma dan meleleh ke leher, pipi, dahi, buah dadanya yang berguncang guncang karena hentakan dony…uuufff merangsang sekali…
“Bagaimana om…tante kelihatan sexy ya…menggairahkan tepatnya..nggak heran deh kalo temen temen semangat….” Tanya Rudi..” Ok Don, gentian dong…cepet dikeluarin, temen temen gak sabar neehhh “Teriak Rudi
Kemudian Roni, Acan, Danny, menggilir istriku dengan kocokan batang yang cepat sekali. persetubuhan cara itu cepat membuat si cowok ejakulasi tapi juga membuat si wanita bisa orgasme berkali kali..dan istriku masih tidak tampak lelah karena posisi doggy style memang tidak membuat wanita capek, Cuma resikonya karena dari belakang pantat istriku kelihatan montok menbuat anak anak muda` ini berebut menyetubuhinya.
“Tante kita coba bersamaan dengan anal ya…”Rayu Rudi..” enggak sakit Rud? Tapi jangan kasar kasar ya…”Pinta istriku.
Dengan posisi women on top, Cowok yang lain mulai memasukkan batangnya. Ya ampun…Mana cukup 2 lubang istriku dikerjai seperti itu. “Dick, punya kamu dulu…”Kata Rudi karena tahu kalo batang Dicko nggak terlalu besar.” Biar tante bisa menikmati om…Alasannya.
Perlahan batang Dicko mulai menekan lubang anal istriku, sengaja diberi lubricant agar mudah masuk dan tidak sakit. Sementara Hardy dibawah menggerakkan batangnya perlahan lahan. Dicko mulai memasukkan kepala penisnya pelan sekali. “aah…..aahh….sshh…..ssh…uhh.. geli pa…”Rintih istriku.
“Lebih saya tekan ya tante….” Dicko menambah tekanannya dan Hardy juga mulai memasukkan lebih dalam. “Nahh ..udah masuk semua khan…ayo Har kita gerakkan bergantian.” Untuk permainan seperti ini tidak`bisa kedua batang menekan bersama sama ke vagina karena tidak akan cukup. Dengan bergantian akan memberi sensasi nikmat yang luar biasa kepada si wanita. Dan benar saja istriku melenguh dan merintih, bergerak gerak liar karena gesekan batang batang itu membuatnya kegelian tetapi nikmat. “Adduhh paaa…geli paaa… aduh…enak ..enak.. ahh uuhh.. heeek…heeekkk.. Dick jangan keras keras… hekk…ahh…Agak cepat…dong….lebih cepat..ayo kurang cepat..oh…ah ah..” Teriak istriku…
Posisi Dicko yang setengah berdiri benar benar membuat batangnya menancap dalam…”
“Paaa.. kok nikmat pa…nikmat pa…aaahh….aku aku…mau keluar..pa…aku orgasme pa….aku….aduh kok enak sekali ya..ah ….ah…”Erang istriku tersendat sendat karena saking nikmatnya, akhirnya dia menjerit”aah …oh! “dengan mata yang membeliak kebelakang dan dengan tubuhnya yang menghentak hentak dan bergetar hebat, rupanya istriku mengalami orgasme yang luar biasa..
Sekarang istriku sudah menyerah mau diapain juga karena dia sudah mengalami multy orgasme yang berlebihan. Dan itu membuatnya lemas sekali. Dengan leluasa anak anak muda ini kembali bersemangat menyetubuhi istriku gantian…Rupanya tidak seperti yang aku perkirakan ,dimana aku pikir mereka hanya menyetubuhi 2 kami ternyata ada yang 4 kali !!!”Maaf om, tubuh tante sexy sekali…saya nggak bosan bosan menyetubuhinya…habis bisa menjepit sih…” Apalagi karena vaginanya licin kena sperma, membuat anak anak ini lebih cepat mengocok vagina istriku, aku coba terapkan 4 lelaki selesai, batangku masuk..ohh..ternyata memang enak sekali kalo licin begini. Saking bertubi tubinya persetubuhan ini sehingga membuat bibir labianya menjadi kemerahan.
Jam 3 pagi permainan ini selesai dengan sudah menggeleparnya semua lelaki yang gila gilaan menyetubuhi istriku…ya ampun 7 jam…minimal masing masing 2 sampai 3 kali, sehingga 20 lelaki tersebut menyembur 67 kali..karena vagina istriku sudah tidak cukup, mereka menyemburkan keseluruh tubuh istriku sehingga dari rambut hingga pahanya penuh sperma. Sprei tempat tidur menjadi lengket semua dipenuhi sperma anak anak muda ini.
“Ma bagaimana rasanya…hm… ma…”tanyaku. Istriku membuka matanya perlahan lahan sambil tersenyum” nikmat pa…nikmat sekali.. tak terkirakan rasanya…luar biasa nikmat….Belum pernah aku mendapat kenikmatan seperti ini….enak sekali pa…mau deh setiap hari kayak gini….
“Tante, bagaimana kalo kita bersihkan…dimandiin ya…”Kemudian.. Rudi, dan Hardy membersihkan istriku di kamar mandi…menggosok gosoknya dengan lembut..
Sambil mengobrol dengan Viktor aku menunggu mereka keluar…hmmm lama sekali mandinya. Aku mendatangi menegok mereka.
Ya ampun ..! masih bisa bisanya mereka berdua menyetubuhi istriku di bath up…didalam air..makanya mandiin aja kok lama sekali….Sambil berdiri di shower mereka bergantian menghunjamkan batangnya dari belakang. “eh..maaf om..Tante kelihatan menggairahkan kalo basah begini…jadi kepingin nihh, tante juga pengen nyoba sambil mandi ya Tan ….”Kata Rudi minta persetujuan istriku.
Istriku tersenyum malu :”Aduuhhh maaf pa…sensasinya kalo di air kok lain gitu….jadi pengen nyoba hmmm enak pa…ayo gabung juga pa…Rud kamu cabut dulu dong…”Kata istriku merasa nggak enak…. “Aduh tante nanggung neeh…saya keluarkan dulu ya” Kata Rudi sambil mempercepat goyangannya. Tangannya mencengkeram erat pinggul istriku sambil sesekali tangannya meremas buah dada istriku. “ah enak Rud…enak…bentar ya pa…bentar dulu ya pa lagi enak neh…nanggung …ah uhh..uhh..uh..kurang menghunjam Rud…hunjam dong….”Rintih istriku Semakin kasar Rudi menghunjamkan batangnya sampai tubuh istriku terangkat angkat. Suara kecipakan batang di dalam vagina istriku terdengar sexy sekali. Dengan siraman shower dan gerakan liar tubuh istriku yang menggelora terlihat menggairahkan sekali. Aku memandangnya dengan takjub. “Aahhh tante mau keluar nih…” Desis Rudi. Dengan cepat Rudi menarik batangnya dan istriku langsung jongkok di depan penisnya. Rudi mengocok batangnya dengan cepat dan…muntahlah sperma hangatnya ke mulut dan wajah istriku. Lidah istriku menari nari diseluruh permukaan penis Rudi yang berlepotan sperma. “Hmmm enak Rud…enak…keluarin lagi dong” Istriku meminta. :Aduh tante saya gak enak dengan om dong…dari tadi kita ML terus…berapa kali hayo…hmmm 5 kali ya…” Rudi berkata lemas. “5 kali?lho bukannya baru 3 kali?”Tanyaku.
“Aduh pa sori..tadi sebelum mandi, kita sempat ML di meja dapur…Quick sex…enak juga lho pa…Rudi hebat..aku sempat orgasme tadi meski singkat…”Kata istriku tersenyum senyum.” Terus abis dari situ, kita ML lagi depan TV….habis aku nggak mau kalo Rudi buru buru melepas batangnya….biar masuk terus…ya Rudy a….” Ya ampun istriku bener bener ketagihan dengan batangnya rudi.
“Ayo pa..sekarang giliran papa…ayo dong pa…capek ya….”Desak istriku.
Hmmm boleh juga…..Aku merebahkan diriku di bathup, istriku segera duduk diatasku dengan batang yang masuk menghunjam dalam dalam, kemudian dia kembali mengkaraoke penis rudi. Gila..ternyata di air sensasinya bener bener lain..
Ketika keluar dari kamar mandi istriku sudah tidak bisa berjalan karena kelelahan, Rudi menggendongnya menuju tempat tidur….”Tante istirahat dulu ya…bagaimana Tante…puas enggak?Tanyanya..
“Puas Rud…puas sekali….nikmat sekali….Trims ya..kamu hebat deh….”Istriku memberi ciuman bibir ke Rudi. Hmm bikin cemburu aja. “Honey jangan gitu dong…aku cemburu neeh “Protesku.
“Maaf ya pa…jadi lupa diri neeh “Kata istriku memohon pengertian.
“Eee karena sudah pagi kami pulang dulu om…:Kata Rudi…” hmmmm yang lain boleh pulang tapi Rudi disini dulu dong…aku masih pengen sekali lagi “rengek istriku…”Ya ampu nggak capek ma…? Ok Ok …”tanyaku
Istriku sudah tidak malu malu lagi dengan menarik Charles dan Rudi, memaksa mereka memciumi bibir bawahnya. Dany dan max sudah berebut menciumi putting susu istriku yang merah muda itu. Sedang aku berciuman mesra dengannya” Pa…nikmat sekali malam ini…shhh…aahh geli…aku boleh ya menciumi bibir mereka mereka…”tanyanya…Tanpa menunggu persetujuanku, mulutnya langsung menciumi bibir Rudi dan Charles dengan nafsu….
“Rud…masukkan sekarang Rud…sudah berdenyut denyut lagi neehh….aarrrghh” paksanya..”Iya tante…saya juga sudah kepingin masuk lagi dari tadi …habis kalo habis mandi begini tambah kelihatan sexy seehh……
“Lho kalian ini kok main tancep aja….pake dulu kondomnya dong…..Kan mama tadi baru mandi..kan kotor lagi….”Protesku….
Nggak usah ya pa…aku pengen tanpa kondom…please…aku pengen pa…kalo pake kondom sakiittt….ohh Max…jangan digigit dong !!!
“boleh ya pa…please…please…Rud masukkan`Rud…ayo…cepat..aah” istriku memohon.”Oklah…itu artinya vaginamu bakalan penuh sperma lagi lho…..”Aku mengingatkan.
“Nggak papa pa…malah jadi pelumas jadi nggak sakit…Tapi kalian antri saja ya..aku minta satu orang jangan lama lama, langsung ganti yang lain ah ah geli….”
Rudi segera mengarahkan batang raksasanya ke bibir bawah istriku…”Tante…saya masukkan ya….langsung ya…aahh oohh” Waduh…Rudi langsung mengocok batangnya dengan kecepatan luar biasa sehingga membuat tubuh istriku ikut tertarik naik turun mengikuti keluar masuknya penis Rudi.
Rupanya istriku masih ingin melanjutkan ML dengan Rudi, sementara aku sendiri sudah kecapekan dan tertidur di depan TV. Jam 4 pagi aku sedikit terbangun gara gara jeritan kecil istriku….dengan terkantuk kantuk aku melihat istriku masih asyik berdoggy style dengan Charles… hm rupanya mereka sudah menemukan posisi favorit dimana istriku menungging kemudian Charles menghunjamkan batangnya dengan posisi berdiri jadi tidak dengan bertumpu dengan lututnya. Posisi ini benar benar bisa bertahan lama karena posisi laki laki tidak dibuat lelah dan menghunjam dalam sekali.
Pagi Pagi ku cari istriku…hmmm dia tertidur di atas tubuh Rudi dengan batang Rudi masih menancap, sementara mulutnya juga masih mengoral punya Charles, ya ampunn, bisa bisanya dia tertidur dengan posisi seperti ini. Badanku terasa lengket semua, segera aku mandi agar lebih segar.
Keluar kamar mandi, istriku masih tertidur, terlihat olehku Randi sedang sibuk onani dibelakang tubuh istriku sambil sesekali batangnya digosok gosokan ke bibir vagina istriku yang masih basah kemerahan itu dengan pelan pelan, tampaknya Randi tidak ingin membuat istriku terbangun…..Aku berdehem ketika melewatinya..”Eh om…maaf ..tante kelihatan sexy sekali..kemarin saya juga baru sekali…masih kepingin …sori om gak ngomong ngomong” kata Randi agak sungkan dengan aku…
“Randy…masukin aja ya….”Bisik istriku yang rupanya terbangun karena mendengar suara kaget Randy..
Dengan nyengir, batang Randy menekan perlahan vagina isteriku. Karena masih basah dengan mudah batang itu menyelusup kedalam diiringan helaan nafas Randy yang kelihatan lega setelah diijinkan penetrasi.
Hhhhh…..istriku bener bener ingin menikmati pesta ML ini dengan sepuas puasnya. What’s next?aku belum tahu karena permainan ini menurutku udah yang terheboh. Apa ada lagi yang lebih heboh dari ini semua?Rasanya nggak ada dehhh…
Jam sepuluh istriku terbangun dan mengajakku mandi, dia ingin pelukan di bath up sambil ngobrol2. “Pa…thanks ya…malam ini luar biasa bagiku…gila puas banget….”kata istriku sambil mengelus ngelus dadaku. “honey jujur aja aku agak shock melihat cara bercintamu…wow..ganas dan…binal sekali….apalagi ketika doggy style..wwoooww…nggak sakit ya ma?” tanyaku.
“Aduh papa perhatian banget sih…papa keberatan ya…habis kan aku udah ngingetin kalo aku ketagihan bisa bahaya lho….tapi kata papa nggak papa..gimana seehhh…..Kalo doggy style aku nggak capek..malah batang mereka bisa mentok masuknya…lebih enak” istriku merajuk…”Iya… nggak papa kok…..papa juga ikutan puas kok…Cuma sering merasa ditinggal aja….tapi bener nggak papa…lihat kamu menggelepar gitu menggairahkan banget.”
“Pa gimana kalo kapan kapan kita buat sex party yuk….” Kata istriku” sex party bagaimana?”tanyaku heran.
“Ya sex party pakai orang yang banyak…aku coba ML dengan banyak orang…kalo perlu nggak usah dibatasi…jadi bisa seratusan deh…hiiii gimana ya rasanya” kata istriku dengan semangat.
“Waduh kok gila gilaan begini sih ma…” kataku kaget. “Nanti wajahku ditutup pa…biar orang orang nggak tahu siapa aku, jadi nanti pake penawaran siapa mau bercinta tapi yang kilat, harus pake kondom dan dalam 5 menit harus sudah ejakulasi. Akupenasaran mampu ML dengan berapa orang sih…Jadi nanti bukti kondomnya harus dipamerin lho….

The post Cerita Sex Istriku Seorang Swinger appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Cerita Sex Tia Pembantuku Yang Cantik Semok

$
0
0

Sebelumya memang aku bingung, aku ingin menceritakan kepada siapa, aku takut kalau diceritakan teman-temanku malah menjadi bumerang bagiku jadi terpaksa kusimpan terus pengalaman ini dan setelah aku menemukan website anda maka aku merasa aman untuk menceritakan segala pengalaman-pengalamanku. Sebelumnya aku mohon kritik dan saran dari teman-teman dan yang ingin berkenalan silakan menghubungiku melalui e-mail, kutunggu dengan senang hati.

Namaku Jemz, aku sudah berkeluarga dan mempunyai satu orang anak perempuan yang lucu dan manis. Sejak istriku melahirkan, dia tidak tinggal lagi serumah denganku, dia disuruh tinggal di rumah orang tuanya, dengan alasan agar bayinya lebih terawat. Karena orang tuanya menganggapku baru pertama kali mempunyai bayi sehingga kurang pengalaman, tapi sebenarnya bukan hanya itu, sebab anakku adalah cucu pertamanya jadi dia sangat sayang sekali. Tadinya aku pun disuruh pindah ke rumah orang tuanya tapi aku tidak mau karena aku paling risih kalau disuruh tinggal di rumah orang walaupun rumahnya besar tetapi lebih enak tinggal di rumah sendiri walaupun rumahnya agak kecil (type 70), mau ngapain juga terserah dan bebas. Oleh sebab itu maka sejak istriku melahirkan sampai anakku sekarang berumur 3 tahun, istriku masih sering tinggal di rumah orang tuanya, karena anakku juga sudah terbiasa tinggal di sana jadi kalau diajak pulang ke rumahku suka tidak betah dan minta pulang ke rumah neneknya, soalnya kalau di sana rumahnya selalu ramai ada kakak-kakak iparku yang juga sayang padanya dan selalu dimanjakan sedangkan kalau pulang ke rumahku tidak seramai di sana, di sini dia hanya punya 1 orang teman yaitu pembantuku yang kadang-kadang sibuk mengurusi segala keperluannya, sedangkan aku dan istriku kadang-kadang sibuk mengurusi pekerjaannya masing-masing.
Karena seringnya istriku jarang pulang sehingga aku lebih sering tinggal bersama pembantuku, segala keperluanku semuanya sudah diatur oleh pembantuku, mulai dari menyiapkan makan, menyiapkan pakaianku untuk ke kantor dan segala-galanya disiapkan olehnya. Hanya satu yang dia tidak bisa membantu yaitu tentang urusan seks. Memang untuk urusan yang satu itu jika aku lagi kepingin aku menyuruh istriku pulang dan aku melakukannya sampai sama-sama puas, tapi bagaimana kalau istriku tidak bisa pulang atau dia lagi kedatangan “tamu” bulanannya? Itulah yang menjadi kendala bagiku, lagi-lagi aku harus bermasturbasi (beronani) sendiri sambil menonton VCD porno atau membaca buku karangan Enny Errow, sambil mengelus-elus alat vitalku yang kian mengeras, tak terasa lama-lama aku jadi mengocoknya sampai akhirnya.. “Cret.. cret..” air maniku keluar. Malah pernah suatu kali aku lagi kepingin berat, ternyata istriku tidak bisa pulang, karena hari itu dia benar-benar capek sekali habis pulang kantor. Dan kalau begini urusannya pasti harus beronani ria lagi deh, maka cepat-cepat aku memutar VCD porno yang baru kupinjam dari temanku di kantor. Sambil menonton aku memainkan batang kemaluanku yang sudah menegang, tapi sampai tanganku pegal aku belum orgasme juga, maka aku pindah ke kamar tidurku dan melepaskan semua pakaian yang melekat di badanku hingga aku benar-benar polos alias bugil.
Aku tidak sadar kalau pintu kamarku tidak tertutup rapat tidak tahunya pembantuku itu rupanya dari tadi mengintipi aku. Memang biasanya kalau aku sedang onani atau aku sedang bermain bersama istriku, pembantuku kusuruh jangan masuk ke ruang keluarga. Rupanya dia jadi curiga, sedang apa aku di sana dan rupanya dia sering mengintipiku tanpa kusadari. (Oh ya, belum kukasih tahu ya, pembantuku itu orangnya memang agak cantik, pendidikannya SMP, badannya langsing, rambutnya sebahu, kulitnya putih bersih, (mirip seperti artis siapa ya..) tingginya sama seperti istriku, umurnya baru 19 tahun, kalau dilihat sekilas sepertinya dia tidak cocok deh jadi pembantu mungkin cocoknya jadi istri keduaku kali ya). Statusnya juga tidak jelas, janda bukan perawan juga bukan, karena dia pernah dikawinkan oleh orang tuanya, dengan lelaki yang sudah berumur sekitar 55 tahun dan baru kawin 5 hari dia kabur dari rumah suaminya, karena tidak tahan dengan perlakuan suaminya yang sering meminta yang tidak-tidak, dia bercerita kepada istriku. Istriku malah menanyakan lagi yang tidak-tidak bagaimana sih maksudnya.
“Itu loh Bu (Ibu adalah panggilan untuk istriku) aku disuruh nungging eh tahu-tahu pantat saya ditusuk sama kontol suami saya, wah.. sakitnya bukan kepalang Bu, malah sehabis digituin oleh suami saya jadi tidak bisa tahan lagi kalau saya sakit perut tau-tau langsung berak aja, habis lubangnya jadi gede kali dan tidak bisa balik lagi, padahal kan sudah ada tempatnya Bu, eh malah cari-cari lubang yang lain, ini aja juga lubang memek saya jadinya gatal terus maunya dipegangin aja, padahal kan saya juga sudah kasih tau ke suami saya masukinnya di lubang memek aja Mas, jangan di pantat soalnya sakit sekali Mas dan saya jadi tidak bisa nahan berak, tapi dia masih aja nusuknya di lubang pantat, coba aja Ibu bayangin selama 5 hari pantat saya ditusukin terus, dari pada digituin setiap hari mendingan saya kabur aja ke Jakarta.”
Aku tahu itu karena aku sering “nguping” pembicaraan istriku dengan pembantuku yang cantik itu. Aku baru sadar kalau pembantuku itu “ngintipi” aku, ketika dia ngintip rupanya dia sambil masturbasi juga, baju roknya diangkat ke atas tanpa pakai CD, jari tangan kanannya dimasukkan ke dalam liang kemaluannya, matanya sambil merem-melek dan tanpa disengaja rupanya dia telah mendorong pintu kamarku yang memang tidak tertutup rapat, aku kaget setengah mati karena tahu-tahu dia sudah berdiri di depan kamar sambil masturbasi dan dia juga tidak kalah kagetnya karena ketahuan mengintipku, maka dia langsung bilang, “Maaf ya Pak tadi saya tidak sengaja menyentuh pintu kamar Bapak, saya lagi mau nyapuin lantai.” Memang sih di sebelah dia ada sapu lantai, aku langsung saja jawab, “Itu tangan kanan kamu kenapa pegangin memek terus, emangnya takut hilang?” rupanya dia tidak sadar bahwa baju roknya masih terangkat ke atas dan tanpa CD sehingga dengan jelas aku dapat memandangi kemaluannya yang indah disertai bulu-bulu halus yang baru mulai tumbuh. “Eh.. anu.. Pak, tidak apa-apa,” jawabnya, dan buru-buru ia menutupi dengan baju roknya dan aku pun dengan gerakan refleks menarik selimut untuk menutupi tubuhku yang masih telanjang. “Tia sini deh bisa tolong pijitin saya, badan saya pada sakit nih,” kataku sambil pura-pura mengalihkan pembicaraan.
Sambil ragu-ragu akhirnya ia menghampiriku dan berdiri di dekat ranjang. “Ayo Tia pijitin dong! jangan diam saja,” dan akhirnya dia pun mau memijiti badanku. Setelah beberapa lama dia pun bertanya kepadaku, “Pak, tadi Bapak lagi ngapain sih, kok sambil telanjang?”
“Ah.. tidak, saya lagi pakai obat biar tetap kuat,” jawabku seenaknya.
“Memangnya kalau tidak pakai obat, tidak kuat ya Pak?”
“Sembarangan, emangnya kamu kamu coba,” kataku lagi, “Laah kamu sendiri ngapain, lagi nyapu kok tangannya dimasuk-masukin ke memek?”
“Ah.. nggak Pak, ini memek saya dari pagi gatal terus maunya dipegang-pegang aja..”
Coba sini saya periksa, jangan-jangan kamu terkena penyakit lagi.”
“Ah jangan Pak, saya malu, biar saya garuk sendiri aja, tapi ngomong-ngomong Bapak juga lagi ngapain, kok telanjang sendirian?”
“Ah, tidak, saya juga dari pagi lagi gatal nih.”
“Ibu nggak datang ya Pak?””Tidak, Ibu kecapean kali. Habis di kantornya lagi banyak kerjaan.”
“Pak, kalau saya garukin mau nggak Pak?”
“Ia sini garukin saya, tapi pelan-pelan ya.”
“Tenang saja Pak kalau soal garuk-menggaruk saya sudah ahli Pak, soalnya saya pernah diajari oleh bekas suami saya.”
Tanpa buang waktu lebih lama dia langsung mengusap-usap batang kemaluanku yang dari tadi sudah berdiri tegak, dan tanpa disuruh dia juga langsung menciumi batang kemaluanku serta menjilatinya persis seperti anak kecil dibelikan es krim.
“Eh Tia, (Setiawati nama pembantuku) kamu kok pintar banget sih, belajar dari mana?”
“Maaf ya Pak, saya sering ngintip Bapak waktu lagi nonton film porno, jadi saya sudah tau caranya, cuma saya masih ragu apakah Bapak mau berbuat begitu sama saya, soalnya saya kan cuma pembantu.”
“Pembantu kan cuma jabatannya tapi kalau memeknya kan sama aja.”
“Iya Pak tapi saya pernah dipesan oleh Ibu. Kamu jangan coba-coba ngerayu suami saya ya, nanti saya keluarin kamu, makanya Pak, Bapak jangan bilang-bilang sama Ibu ya, nanti kalau saya dikeluarin bagaimana, saya mau tinggal di mana Pak.”
“Iya deh, saya juga tidak bakalan bilang sama Ibu. Pokoknya begini aja deh kalau ada Ibu kamu tidurnya di kamar kamu tapi kalau tidak ada Ibu kamu tidurnya di sini aja sama saya.”
“Iya deh Pak, tapi saya tidak kuat tidur di kamar ini soalnya AC dingin sih Pak.
“Nantikan ada saya, kalau sudah dipelukin juga nggak dingin lagi.”
Memang sih dari dulu juga aku sudah punya niat mau “gituin” dia kalau lagi tidak ada istriku daripada ngocok sendiri. Tapi aku masih ragu, jangan-jangan dia “ngaduin” macam-macam ke istriku, wah.. bisa gawat tuh. Tapi tidak tahunya malah kebalikan dia malah suka, kalau tahu dia suka, dari dulu saja, jadi tidak usah onani sendiri betul tidak teman-teman? Soalnya aku terus terang saja paling tidak suka sama cewek-cewek WTS, soalnya bukanya apa-apa, penyakitnya itu yang paling repot dan juga bayarannya yang mahal. Ya, paling tidak kalau kita mau yang bersih, bayarannya yang “gope” ke atas kalau yang “gope” ke bawah itu mah tidak bisa dijamin kebersihannya, malah pernah temanku main yang harga bookingannya Rp.350.000 katanya bersih tapi tidak tahunya tetap saja kena penyakit. Daripada buang-buang duit dan cari penyakit buat cuma “ngecret” doang mendingan ngocok sendiri. Memang sih waktu dulu aku masih kerja di PT.XX gajiku sangat berlimpah, aku cuma kasih ke istriku setengahnya dan sisanya kusimpan sendiri. Dia memang tidak tahu kalau gajiku dua kali lipatnya, belum tunjangan-tunjangan lainnya seperti uang makan, uang transport, uang perbaikan mobil, uang kopi dan lain-lain, pokoknya yang dia tahu gajiku cuma segitu, sudah mencangkup segala-galanya. Itu saja dia juga masih bisa menyimpan setengahnya dari gaji yang kuberikan setiap bulannya. Wah kalau dipikir-pikir waktu dulu aku benar-benar “happy” banget deh, hampir tiap minggu aku “main” dengan cewek dengan tarif yang high class. Kalau dihitung-hitung sudah berapa puluh juta uang yang dibuang percuma untuk “ngecret” doang.
Sambil terus melamun batang kemaluanku terus dihisap serta dijilati oleh Tia pembantuku. Tiba-tiba dia berkata, “Kok, ngelamun Pak, pasti keenakan ya..”
“Iya, habis kamu tidak dari dulu sih bilang kalau kamu juga suka ngeseks..”
“Iya Pak, saya juga nyesel tidak dari dulu bilang ke Bapak, habis saya takut sih..”
“Eh, Tia ngomong-ngomong waktu dulu, kalau kamu lagi kepingin bagaimana..?
“Ya.. saya main sendiri Pak, kadang-kadang kalau saya ke pasar saya beli ketimun Pak buat main sendiri..”
“Wah.. berarti ketimun yang kamu sering masak bekas kamu pakai ya..?”
“Tidak Pak, kan saya beli ketimunnya banyak Pak, lagian kalau habis dipakai untuk itu biasanya ketimunnya bonyok Pak..”
“Tapi pernah kan kamu kasih saya timun yang hancur? waktu itu kamu bilang timunnya hancur gara-gara tas plastik bawaan kamu putus hayyoo..”
“Iya deh Pak, saya minta maaf lagi, soalnya waktu itu saya kepengen berat Pak, jadi saya pakai dulu ketimunnya, sehabis saya main saya pergi lagi ke pasar untuk beli ketimun eh.. sudah kehabisan Pak, jadi saya pakai saja yang itu, soalnya Bapak kalau makan kan musti ada lalapannya. Tapi tidak usah kawatir Pak, timunnya sudah saya cuci bersih kok Pak..”
“Tapi rasanya lain ya Tiaa, saya juga sudah curiga..”
“Lain bagaimana Pak?”
“Ya, rasanya lebih enak dan gurih, pasti karena sudah kecampur dengan lendir kamu..”
“Ah.. masa Pak, kalau begitu lain kali sebelum dimakan saya pakai dulu ya Pak, soalnya sayang kan dari pada dibuang.”
“Ya lain kali ngapain kamu pakai ketimun lagi, kan kamu bisa bilang ke saya nanti saya kasih ketimun saya yang lebih enak dan empuk.”
“Ia Pak, kok Bapak punya gede banget sih Pak, kayak ketimun saja, punyanya bekas suami saya saja tidak segini besar Pak, wah.. pasti enak banget ya Pak kalau dimasukin ke memek saya. Pak tangan Bapak jangan diam saja dong Pak, mainin memek saya dong, soalnya memek saya juga sudah gatal Pak dari tadi.”
“Lah.. tadi saya mau garukin katanya kamu bisa garuk sendiri..”
“Ya kan tangan saya sudah sibuk garukin punya Bapak, jadi saya tidak sempat Pak..”
“Ya sudah kamu naik dong ke ranjang saya dan baju kamu juga dicopot semuanya, saya saja sudah telanjang kok kamu masih pakai baju..”
“Iya Pak..”
“Tia, kalau begitu kita main 69 aja ya, supaya bisa sama-sama saling jilatin..”
“Aaahh.. Enak banget Pak.. terus Pak.. achh.. ohh.. ahh.. Pak kita masukin aja yuk Pak, saya sudah tidak tahan nih.. Kayaknya saya sudah mau keluar.. Aaahh.. haayyoo Pakk masukin ajaa.. saya sudah tidak tahan niihh..”
Tapi aku masih terus tahan tidak mau langsung dimasukin dulu, aku mau bikin dia gila dan ketagihan, aku masih terus menjilati serta mengisap klitorisnya yang bikin dia tergila-gila.
“Aaahh.. haayoo Pakk masukin ajaa.. saya sudahh nggak tahaan niihh.. Aaahh.. haayyoo Pakk masukin ajaa..”
Tanpa buang waktu dan disuruh lagi, dia langsung membalikkan badan dan dia naik di atas badanku serta dimasukannya batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya yang sudah basah akibat lendir kenikmatan.
“Aaahh.. haayoo Pakk masukin biar dalam Pak! terus Paakk dorong Pak dari bawah ini musti masuk semua ke dalam memek saya Paakk jangaan disisain Pakk..”
Sambil terus menggoyangkan pantatnya dia berusaha memasukkan batang kemaluanku yang besar dan panjang ini. Aku tidak tinggal diam, aku berusaha mendorongnya kuat-kuat batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya tapi rasanya sudah tidak bisa masuk lagi karena sudah mentok, karena batang kemaluanku panjangnya 20 cm dengan diameternya 4 cm sedangkan lubang kemaluannya mungkin kedalamannya cuma sekitar 16-17 cm jadi tidak bisa masuk semuanya.
Oh ya, aku belum menceritakan mengapa batangku bisa panjang seperti itu, ceritanya waktu aku kuliah di Bandung aku pernah datang ke salah satu dukun pengobatan, nah di situ aku diberi ramuan obat dan batang kemaluanku dimasukkan ke dalam bambu yang sudah kupilih sesuai dengan kemauan kita dan kira-kira 1 jam ketika aku bangun ternyata batang kemaluanku sudah membesar seperti itu, memang pada saat itu aku tidak sadarkan diri, aku tahu dari cerita teman wanita di tempat kostku, memang waktu aku ke sana aku diantar olehnya tadinya aku tidak percaya loh, tapi kenyataannya? malah sehabis itu, Sita teman kuliahku itu jadi lengket sama aku, karena cuma aku yang berani mengambil bambu sebesar itu, dan sebelumnya waktu dia mengantar teman-temanku yang lain mereka hanya mengambil bambu yang lebih kecil dari aku. (Maaf ini bukan promosi tapi sekedar informasi saja).
“Pak.. sekarang gantian dong saya yang di bawah, Bapak yang di atas supaya lebih bervariasi gitu..” sambil batang kemaluanku masih menancap pada lubang kemaluannya, aku merubah posisi yang tadinya aku di bawah sekarang aku di atas sehingga aku lebih leluasa memandangi tubuhnya yang mulus tanpa dibungkus sehelai benang pun yang baru pertama kali aku melihatnya. Memang payudaranya tidak sebasar milik istriku tapi aku justru lebih bergairah melihat payudara yang baru tumbuh dengan puting susunya yang masih kemerah-merahan.
“Ayo dong Pak.. dorong yang kencang, jangan ngelamun terus, ayoo aahh saayaa sudah nggaak tahaan niihh aahh.. sshh.. aahh sayaa sudah mau keluar nihh.. ini Pak, susu saya juga diisepin dong..”
Memang dari tadi aku lebih banyak pasif dari pada aktifnya sehingga dia lebih banyak protesnya maka aku pun langsung mengisap puting susunya yang sebelah kanan dan yang selelah kiri kumainkan dengan tanganku. Sementara untuk yang bagian bawah itu urusan kemaluanku.
“Ssshh.. aahh.. enak ya Tia, lubang kamu masih sempit walaupun sudah banyak lendirnya..”
“Iyaa.. terruuss Paakk dorong lagi yang kencang, aahh.. sshh.. sayaa sudah enggak taahan nih..”
Tiba-tiba aku mencabut batang kemaluanku dari lubang kemaluannya.
“Kenapa dicabut Pak? Hayo masukin lagi Paak.. cepat Paakk!”
“Tunggu Tia, saya mau pakai kondom dulu, soalnya saya takut nanti kamu hamil..”
“Iya Pak, ceepett Pak pakainya, saya sudah tidak tahan nih mau keluarr..”
Sesudah memakai kondom maka aku pun memasukkan kembali batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya, tiba-tiba..
“Acch..”
Dia memelukku erat sekali sampai aku susah sekali bernafas.
“Aaahh.. aahh.. saya sudah tidak tahan Pak, saya mau keluaarr aahh.. sshh.. wah eenaak sekali Pak, aachh.. aahh tapi Bapak belum keluar ya?”
“Iya saya juga sebentar lagi.. makanya saya pakai kondom supaya saya bisa keluarin di dalam. Tia sekarang kamu nungging ya, saya mau masukin dari belakang..”
“Ah jangan Pak, nggak mau ah nanti pantat saya sakit.”
“Tidak, saya juga tidak mau masukin di pantat, saya masukinnya di memek kamu tapi kamu nungging ya..”
“Begini Pak..”
“Iya..”
Ternyata dengan posisi nungging lubang kemaluannya semakin sempit, lebih terasa gesekannya. Dan akhirnya aku pun mengakhiri permainanku karena aku pun sudah orgasme.
“Aahh.. Terima kasih Tia kamu sudah membantu saya..”
“Terima kasih juga Pak, Bapak juga telah membantu saya, rupanya kita sama-sama kesepian ya Pak.”
“Iya dan hobi kita juga sama ya Tia, suka mencari kenikmatan dengan berseks ria.”
“Iya Pak, saya juga capai sekali Pak..”
“Iya sudah kamu tidur di sini saja sekalian temani saya tidur.”
“Iya deh Pak, tapi dipelukin ya Pak, saya kedinginan nih..”
“Iya deh.. Oh ya Tia, bagaimana kalau besok kita ke klinik..”
“Emangnya mau apa Pak, gatal saya sudah sembuh kok Pak.”
“Bukan maksud saya kamu pakai kontrasepsi aja, jadi saya tidak harus pakai kondom terus, kan kamu juga tidak enak kalau ada plastiknya, nanti kalau ditanya sama dokternya bilang aja kamu istri saya dan kamu tidak mau hamil dulu karena kamu masih sekolah.”
“Iya deh Pak, kita atur aja Pak, supaya kita sama-sama bisa enak.”
Dan sejak malam itu kalau istriku tidak ada di rumah, maka Tia yang selalu menemaniku tidur. Tapi sayang Lebaran nanti dia mau pulang kampung untuk menengok orang tuanya, dan dia berjanji akan kembali ke Jakarta, tapi aku ragu apakah dia diperbolehkan kembali ke Jakarta oleh orang tuanya? Kita lihat saja nanti, yang pasti dalam beberapa minggu aku pasti kesepian lagi.Oke deh, saya akhiri dulu cerita pengalaman saya, nanti saya sambung lagi deh, soalnya sudah capek nih. Oh ya, untuk saran dan kritik serta yang mau kenalan langsung aja ke e-mail saya, pasti saya balas.

The post Cerita Sex Tia Pembantuku Yang Cantik Semok appeared first on Kumpulan Cerita Sex Hari Ini.

Viewing all 68 articles
Browse latest View live